Ada banyak masalah yang mungkin dihadapi seorang wanita di masa kehamilan mereka. Mulai dari yang ringan hingga yang cukup berat dan berpotensi mengganggu kesehatan ibu dan janin di kandungan.
Dari sekian banyak gangguan kesehatan itu, plasenta previa adalah salah satu yang tidak boleh disepelekan.
Normalnya, plasenta akan berkembang dan melekat pada bagian atas rahim. Bagian ini merupakan area teraman dan jauh dari jalan lahir bayi. Setelah bayi telah lahir, maka sekitar 15 menit kemudian plasenta baru akan lahir.
Akan tetapi, pada kondisi tertentu, plasenta dapat tumbuh di area lain. Misalnya, di bagian bawah rahim atau bahkan menutup jalan lahir bayi. Kondisi ini yang disebut plasenta previa.
Plasenta previa dapat berbahaya karena meningkatkan risiko perdarahan di masa kehamilan hingga menjelang persalinan. Dalam kondisi yang cukup berat, plasenta previa bahkan bisa mengancam nyawa ibu dan sang janin.
Artikel Lainnya: Bisakah Hamil Lagi Setelah Mengalami Plasenta Previa?
Agar ibu hamil dapat lebih waspada, mari ketahui apa saja gejala plasenta previa serta faktor risiko plasenta previa.
Gejala Plasenta Previa
Berikut ini adalah tanda dan gejala plasenta previa yang perlu diwaspadai:
- Perdarahan pada kehamilan merupakan gejala utama yang umumnya dialami.
- Kontraksi yang sangat mengganggu dan memberat ketika beraktivitas.
- Keluar bercak darah atau flek.
- Kulit tampak pucat.
- Nadi lemah dan cepat.
- Napas pendek.
- Tekanan darah rendah sebagai kompensasi perdarahan yang banyak.
Walau terkesan menyeramkan, sebagian kasus plasenta previa berlangsung tanpa banyak mengganggu kehamilan.
Kondisi ini dapat terjadi terutama apabila letak plasenta tidak menutup total jalan lahir dan terdeteksi sejak awal kehamilan.
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan semakin besarnya rahim, plasenta yang awalnya terletak di bawah ini bisa bergeser ke arah atas.
Berbeda halnya bila plasenta yang berkembang menutup total jalan lahir. Kondisi ini pada umumnya akan menetap hingga akhir kehamilan dan berpotensi menimbulkan berbagai keluhan.
Mendeteksi seawal mungkin adanya ciri atau gejala plasenta previa merupakan kunci agar kehamilan tetap terjaga sehat hingga persalinan.
Untuk mendeteksi kondisi ini, ibu diharapkan dapat melakukan pemeriksaan USG setidaknya satu kali saat kehamilan memasuki trimester kedua.
Ibu hamil juga harus segera memeriksakan diri bila mengalami kontraksi yang sangat mengganggu atau flek secara tiba-tiba.
Artikel Lainnya: Waspada Pengapuran Plasenta dan Efeknya Bagi Janin
Faktor Risiko Plasenta Previa
Walau dapat terjadi pada setiap ibu hamil, sebagian orang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa. Apa saja faktor yang memengaruhi terjadinya plasenta previa?
Berikut adalah beberapa faktor risiko plasenta previa:
- Usia ibu sudah di atas 35 tahun.
- Sudah pernah hamil sebelumnya.
- Memiliki riwayat operasi caesar di kehamilan sebelumnya.
- Memiliki riwayat operasi lain pada rahim.
- Memiliki riwayat plasenta previa di kehamilan sebelumnya.
- Kehamilan yang dijalani adalah kehamilan kembar.
- Kehamilan memasuki trimester ketiga.
- Merokok
- Sedang hamil setelah menjalani prosedur Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) untuk mengobati infertilitas.
- Menggunakan kokain.
Seorang ibu yang mengalami plasenta previa umumnya dianjurkan untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat memicu kontraksi rahim. Misalnya, berhubungan seksual, mencuci vagina, atau bahkan berolahraga.
Persalinan pada ibu hamil dengan plasenta previa umumnya dilakukan dengan metode operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko perdarahan hebat akibat pembukaan jalan lahir.
Ibu, untuk #JagaSehatmu, baca artikel lainnya mengenai kehamilan di aplikasi KlikDokter. Ibu hamil juga dapat berkonsultasi dengan dokter melalui layanan Live Chat 24 jam.
[RS]