Salah satu masalah perkembangan yang kerap ditemui pada anak adalah autisme. Banyak keyakinan yang beredar di masyarakat mengenai kondisi ini.
Salah satunya adalah anggapan bahwa anak dengan autisme tidak boleh mengonsumsi susu sapi. Benarkah demikian? Lalu, adakah jenis susu untuk anak autis yang paling baik? Simak selengkapnya di bawah ini.
Anak dengan Autisme, Bolehkah Minum Susu Sapi?
Sebelum menjawab tersebut, kamu perlu mengetahui lebih dalam mengenai autisme. Autisme melibatkan masalah dalam bidang sosial dan fungsi afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non-verbal, fleksibilitas, minat, kognisi, dan atensi.
Gejala-gejala autisme biasanya akan tampak sebelum anak berusia tiga tahun dan gejala tersebut di antaranya adalah:
- Tidak adanya kontak mata
- Tidak merespons lingkungan sekitar
- Melakukan gerakan atau kegiatan yang repetitif (berulang)
- Gemar memutar benda atau terpaku pada benda tertentu
- Lebih senang menyendiri atau menarik diri dari pergaulan
- Tidak takut akan bahaya
- Tidak mau dipeluk
- Senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
Hingga saat ini, belum diketahui dengan jelas apa yang menjadi penyebab dari autisme.
Artikel lainnya: Ragam Terapi untuk Penderita Autis
Menurut studi ilmiah, beberapa faktor risiko adalah adanya riwayat kondisi serupa di keluarga, faktor stres di keluarga, hingga kondisi tertentu saat kehamilan dan kelahiran.
Ada banyak metode pengobatan yang dapat ditempuh para orang tua untuk mengontrol atau membentuk perilaku baru pada anak, di antaranya terapi perilaku yang umumnya dilakukan di klinik tumbuh kembang.
Selain mengikuti terapi khusus, nutrisi juga merupakan hal yang penting diperhatikan oleh para orang tua.
Menghindari makanan tertentu kerap dianggap dapat mengurangi gejala autisme, termasuk menghindari atau membatasi susu sapi. Kandungan kasein di dalam susu sapi dipercaya memiliki peran dalam timbulnya autisme.
Hal ini juga berdasarkan teori bahwa anak dengan autisme kerap mengalami alergi atau hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang mengandung gluten atau kasein, termasuk susu sapi.
Dengan menghindari konsumsi susu sapi diharapkan dapat mengurangi gejala-gejala autisme. Akan tetapi, pola makan dengan menghindari minum susu sapi tidak terbukti bermanfaat untuk anak dengan autisme.
Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada gejala setelah anak-anak dengan autisme menghentikan konsumsi susu.
Artikel lainnya: Hubungan Anak Autis dengan Alergi Makanan
Waspadai Alergi Susu Sapi pada Anak dengan Autisme
Jadi, secara umum, anak dengan autisme tidak perlu menghindari konsumsi susu sapi. Susu tetap boleh diminum untuk anak dengan autisme.
Akan tetapi, apabila anak menunjukkan gejala alergi susu sapi, kamu tetap perlu mencari pengganti susu sapi untuk anak autisme.
Gejala alergi susu sapi meliputi mual, muntah, ruam kulit, mata bengkak, gatal dan berair, hingga gejala yang sifatnya lebih berat seperti sesak napas atau batuk-batuk.
Jika anak mengalami salah satu atau lebih dari gejala tersebut setelah mengonsumsi susu sapi, berkonsultasilah ke dokter untuk memastikan.
Dengan demikian, dokter akan memberikan pengobatan yang tepat serta menyarankan jenis susu yang cocok untuk anak autis dengan alergi susu sapi.
Selain itu, tetap perhatikan kebutuhan nutrisi untuk anak dengan autisme. Pastikan anak mengonsumsi zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak tak jenuh, serta berbagai vitamin dan mineral secara seimbang setiap hari.
Jadi, rumor yang menyebutkan bahwa konsumsi susu tidak boleh untuk anak dengan autisme tidak terbukti benar. Mencukupi kebutuhan nutrisi anak dengan autisme lebih penting untuk diperhatikan.
Berkonsultasilah kepada dokter untuk mengetahui kecukupan gizi dari makanan yang dikonsumsi anak.
Apabila kamu memiliki pertanyaan lain seputar kesehatan anak, gunakan fitur Tanya Dokter atau Temu Dokter di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter.
(NM)