Mendengar si Kecil mengucapkan kata pertamanya adalah hal yang dinantikan oleh setiap orang tua. Apalagi saat ia memanggil Anda dengan sebutan “Mama” atau “Papa”. Pada anak yang sudah lebih besar, Anda pastinya akan senang saat anak dengan serunya berceloteh tentang kesehariannya atau menceritakan teman-temannya.
Namun, bagaimana bila si Kecil jarang bicara? Masih banyak orang tua menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang serius. Anak yang jarang bicara sering dicap sebagai anak yang pemalu, tidak mampu beradaptasi, atau tidak bisa bergaul. Padahal, anak yang jarang bicara bisa jadi mengalami gangguan perkembangan, terutama bila sejak kecil anak belum banyak mengucapkan kata-kata.
Perkembangan bahasa anak
Sebelumnya, mari menggali lebih dalam mengenai perkembangan bahasa anak. Dalam tiga tahun pertama kehidupannya, otak seorang anak akan berkembang begitu pesat, termasuk kemampuan bahasanya. Pada masa inilah, otak anak akan menyerap begitu banyak informasi, bahasa, dan perbendaharaan kata-kata. Nantinya hal tersebut akan menjadi modal dalam berkomunikasi saat ia makin dewasa.
Secara umum perkembangan bahasa anak sesuai usianya adalah sebagai berikut:
● 0–3 bulan: menangis, menunjukkan senyum sosial (terutama kepada orang terdekat seperti ayah atau ibunya), menunjukkan mimik atau ekspresi tertentu ketika diajak bicara.
● 4–6 bulan:
- mengoceh dengan suku kata tunggal (cooing atau babbling), seperti “aaa”, “ooo”, “ma ma ma”, “da da da”.
- menggunakan berbagai intonasi ketika bersuara.
- menoleh ke arah sumber suara.
● 6–12 bulan:
- Mencoba menirukan suara.
- Mencoba mengucapkan suku kata dari sebuah kata.
- Mengerti instruksi sederhana seperti “lempar bola”.
- Mengucapkan kata pertama yang dapat dimengerti umumnya di usia 12 bulan.
● 12–18 bulan:
- Mengenali nama orang-orang terdekat.
- Mampu menyebutkan beberapa anggota tubuh.
- Memiliki 8–10 kosakata.
● 18–24 bulan:
- Mengucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata.
- Mampu melakukan instruksi sederhana.
- Memiliki setidaknya 50 kosakata.
Kapan perlu khawatir?
Berikut adalah beberapa tanda bahaya dari gangguan perkembangan bahasa pada anak:
- Usia 12 bulan: tidak menunjuk benda yang ia inginkan, tidak menunjukkan gestur apa pun saat berkomunikasi, tidak babbling.
- Usia 15 bulan: tidak mengucapkan setidaknya tiga kata, tidak mampu menyebutkan 5 barang di sekitarnya saat diminta.
- Usia 18 bulan: tidak mengucapkan “mama” atau “papa”, tidak mampu mengikuti satu instruksi sederhana.
- Usia 24 bulan: tidak mampu menyebutkan satu anggota tubuh, kosakata kurang dari 25 kata.
- Usia 3 tahun: tidak memiliki setidaknya 200 kata, tidak mampu mengikuti instruksi dua langkah, saat menginginkan sesuatu tidak menyebutkan namanya melainkan menarik tangan orang lain untuk mengambilkannya, mengulang kata yang diucapkan lawan bicaranya (echolalia).
Apabila si Kecil menunjukkan gejala-gejala seperti di atas, jangan tunda untuk membawanya ke dokter. Dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebab dari gangguan bicara atau bahasa tersebut. Umumnya, langkah awal yang akan dilakukan adalah pemeriksaan fungsi pendengaran. Setelah itu kemudian pemeriksaan perkembangan lainnya.
Gangguan bicara juga dapat dialami oleh anak di usia yang lebih besar. Bila anak terlihat lebih jarang bicara padahal sebelumnya ia dapat berkomunikasi dengan baik, ada berbagai kemungkinan penyebabnya, di antaranya mutisme selektif, gangguan cemas, hingga depresi. Untuk memastikannya, kembali lagi Anda perlu membawa anak ke dokter atau psikolog anak, terutama bila anak juga menunjukkan masalah emosi.
Jangan anggap sepele anak yang jarang bicara. Segera cari tahu penyebabnya agar dapat ditangani dengan tepat dan optimal.
[RS/ RVS]