Anak obesitas bukanlah kondisi yang main-main. Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga dapat mengalaminya, sehingga memengaruhi kualitas hidup mereka. Penyebabnya banyak, termasuk gaya hidup serta aneka macam makanan dan minuman kekinian yang bisa menimbulkan dampak buruk jika dikonsumsi terus-menerus.
Di Amerika Serikat, persentase anak penderita obesitas mencapai angka 33 persen. Bagaimana dengan Indonesia? Meski belum mendapatkan angka yang pasti, namun kalangan medis di Tanah Air memandang kasus obesitas pada anak sebagai masalah serius.
“Obesitas pada anak masih menjadi salah satu masalah kesehatan paling serius di dunia yang belum teratasi. Faktanya, jumlah kasus obesitas pada anak terus meningkat. Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat kurang lebih 41 juta anak balita mengalami kelebihan berat badan. Hampir sebagian anak berada di wilayah Asia,” ujar dr. Andika Widyatama dari KlikDokter.
Menurut data Center for Disease Control and Prevention (CDC), obesitas dan kelebihan berat badan telah menjadi epidemi yang menyerang lebih dari sepertiga anak-anak berusia 2 hingga 19 tahun. Kebiasaan makan makanan yang tidak sehat, serta berkurangnya aktivitas fisik di rumah dan sekolah sangat berkaitan dengan peningkatan kasus obesitas.
Obesitas pada anak dapat berpengaruh terhadap kemampuan mereka untuk belajar. Akibatnya, pencapaian prestasi akademis mereka menjadi lebih rendah. Hal ini meliputi fungsi motorik seperti olahraga, serta kognitif baik dari cara berpikir hingga mengambil sikap.
Selain itu, obesitas sudah lama diketahui dapat menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan tubuh dan berbagai organ penting. Peningkatan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes, masalah tulang dan sendi, strok, dan lain-lain. Tak pelak, anak obesitas rentan mengalami kerusakan hati.
Kaitan obesitas pada anak dan kerusakan hati
Para peneliti di Columbia University Medical Center memaparkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa kelebihan berat badan berdampak negatif pada hati anak. Hal ini dibeberkan oleh Jennifer Woo Baidal, salah satu peneliti yang terlibat.
"Dengan meningkatnya obesitas, kita melihat lebih banyak anak dengan penyakit hati berlemak. Banyak orang tua tahu bahwa obesitas dapat menyebabkan diabetes tipe 2 dan kondisi metabolisme lainnya. Namun cuma sedikit yang sadar kalau obesitas dapat menimpa anak-anak kecil. Lebih parah lagi, ia bisa menyebabkan penyakit hati yang serius," ujarnya.
Untuk riset tersebut, para peneliti mengukur kadar ALT dalam darah, enzim hati yang merupakan penanda untuk kerusakan hati, pada 635 anak-anak. Hasilnya, hampir seperempat dari partisipan dinilai memiliki kadar ALT yang tinggi. Secara fisik, hal tersebut tampak dari lingkar pinggang yang lebih besar karena penumpukan lemak dan adanya tendensi mengalami obesitas.
Para peneliti pun memastikan bahwa kerusakan hati dapat berkembang pada anak, remaja dan dewasa muda yang mengalami kelebihan berat badan. Oleh karena itu, cara terbaik memerangi kerusakan hati pada anak-anak adalah menurunkan berat badan dengan cara yang tepat.
Mengukur obesitas pada anak
Menurut dr. Andika, perlu dilakukan penghitungan indeks massa tubuh (IMT) untuk mengetahui potensi obesitas pada anak. Untuk mengetahui IMT yang ideal, berat badan anak dalam satuan kilogram dibagi dengan hasil perkalian tinggi badan anak dengan tinggi badan anak dalam satuan meter. Rumusnya adalah IMT = (BB) / [(TB) x (TB)].
“Jika hasil perhitungan IMT anak berada di antara 23–29,9, berarti anak mengalami kelebihan berat badan. Lalu, jika IMT menunjukkan angka 30 atau lebih, maka anak sudah masuk dalam kategori obesitas,” katanya.
Lebih lanjut, dr. Andika menjelaskan bahwa penentuan obesitas menggunakan IMT ini hanya berlaku bagi anak di atas usia 5 tahun. Untuk anak di bawah usia 5 tahun perlu pengukuran berat badan ideal menggunakan kurva yang sudah dibuat oleh Kementerian Kesehatan Indonesia.
Anak obesitas rentan mengalami kerusakan hati dan sejumlah gangguan kesehatan lain yang berisiko mengganggu tumbuh kembang mereka. Orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganan obesitas yang tepat pada anak-anak.
[RS/ RVS]