Homeschooling atau sekolah di rumah saat ini cukup banyak dilirik oleh para orang tua dalam menentukan metode pendidikan yang terbaik bagi buah hatinya. Kalau dulu homeschooling sering tak terlalu dianggap karena murid terkesan seperti tidak bersekolah, kini tidak lagi.
Pemerintah pun sekarang sudah memiliki peraturan khusus dan regulasi jelas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 129 Tahun 2014 tentang Sekolah Rumah. Peraturan tersebut memberikan arahan agar homeschooling memiliki lulusan yang mutunya sama dengan sekolah konvensional.
Bukan sekedar sekolah di rumah
Bila mendengar istilah homeschooling, umumnya yang terbayang adalah bentuk pengajaran yang dilakukan di rumah oleh satu orang atau beberapa guru, sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
Tentu bila pola seperti ini yang terjadi, salah satu yang dipertaruhkan adalah kemampuan sosialisasi anak. Padahal, selain kemampuan belajar di sekolah, kemampuan anak bersosialisasi juga tidak kalah penting dalam membentuk karakter dan menentukan masa depannya kelak.
Ternyata berdasarkan Permendikbud tersebut, homeschooling tidak lagi terbatas hanya di satu rumah tetentu. Homeschooling bisa saja dilakukan secara bersama- sama dengan beberapa keluarga. Ini yang dinamakan sekolah rumah majemuk.
Beberapa anak yang usianya relatif sama dapat dikumpulkan untuk kemudian diberikan pengajaran secara bersama- sama. Lingkup yang lebih luas juga dapat dilakukan dengan sekolah rumah komunitas, dimana anak yang terlibat dalam pengajaran lebih banyak lagi jumlahnya.
Kalau sekolah rumah atau homeschooling tipe seperti ini yang dipilih untuk anak, kemampuan sosialisasi anak pun tetap dapat dikembangkan.
Kelebihan dari homeschooling
Selain tetap dapat bersosialisasi, metode homeschooling juga menawarkan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh sekolah biasa atau konvensional lainnya. Apa saja kelebihannya?
1. Waktu belajar yang lebih fleksibel
Berbeda dengan sekolah biasa yang memiliki jam mulai dan akhir tetap, homeschooling memberikan fleksibilitas dalam hal waktu pengajaran. Hal ini tentu dapat memudahkan anak yang memiliki agenda lain di hari-hari tertentu.
Misalnya saja di hari Senin anak dapat belajar 3-4 jam. Lalu di hari berikutnya yang lebih luang, anak dapat bejajar lebih lama hingga 6 jam.
Bila terlihat jenuh di tengah jam pengajaran, anak dapat diberikan waktu istirahat ekstra, sehingga ia tak menganggap waktu belajar sebagai momen yang membosankan.
2. Metode pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan anak
Di sekolah konvensional anak lebih banyak bejalar dengan melihat. Faktanya, tidak semua anak dapat menerima pelajaran melalui metode visual. Ada anak-anak tertentu yang tipe belajarnya lebih tepat dengan metode kinestetik.
Pada anak-anak ini, pelajaran berhitung misalnya, lebih tepat dilakukan dengan menggunakan banyak benda yang ia dapat sentuh dan gunakan. Atau anak yang lebih cocok dengan metode audio, dimana ia akan lebih nyaman dan lebih cepat menangkap pengajaran yang disampaikan melalui kata-kata dan cerita.
Hal inilah yang sulit dilakukan bila anak belajar di sekolah konvensional. Dengan homeschooling, orang tua dan guru dapat bekerja sama menentukan metode belajar seperti apa yang terbaik untuk anaknya.
Legalitas lulusan homeschooling
Tidak perlu khawatir. Permendikbud tersebut juga menegaskan bahwa lulusan homeschooling dapat memiliki legalitas yang sama, asalkan ia ikut ujian nasional di sekolah konvensional terdekat. Dengan demikian, kemampuan lulusan homeschooling telah terbukti mengikuti standar nasional yang telah ditetapkan.
Setelah mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK), siswa yang mengenyam Pendidikan lewat homeschooling akan memperoleh ijazah kesetaraan. Ijazah tersebut dikeluarkan oleh Kemendikbud, yaitu paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMU.
Nantinya, ijazah ini dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan ke sekolah formal atau yang lebih tinggi, bahkan ke luar negeri sekalipun.
Homeschooling dapat menjadi pilihan tepat bagi orang tua dan anak yang menginginkan sekolah dengan fleksibilitas waktu dan metode pengajaran. Untuk menjamin kemampuan anak dalam bersosialisasi, homeschooling yang dilakukan dapat yang bersifat majemuk atau komunitas. Dengan begitu, seluruh kemampuan anak akan terasah dengan baik dan tumbuh cerdas sesuai potensi optimalnya.
[NP/ RVS]