Faktanya, mendengkur tak hanya bisa dialami oleh orang dewasa. Anak pun bisa mengalaminya. Tentu saja ini perlu diwaspadai karena anak yang tidur mendengkur tidak semuanya normal. Jika terlambat dikenali, ini dapat mengganggu aktivitas, konsentrasi, hingga perilaku anak. Sebetulnya, apa saja penyebab anak tidur mendengkur?
Pada dasarnya, mendengkur terjadi saat seseorang tidak dapat menghirup atau mengeluarkan udara dengan bebas lewat saluran pernapasannya ketika sedang tidur. Adanya hambatan menyebabkan sebagian udara tidak lewat secara “mulus” dan timbul getaran (vibrasi) beberapa struktur yang ada di saluran pernapasan. Getaran inilah yang menimbulkan suara dengkuran. Struktur yang bergetar tersebut umumnya lidah, langit-langit mulut, uvula, tonsil, dan adenoid.
Uvula adalah struktur yang menggantung di belakang mulut, berbentuk seperti kantong kecil, yang akan tampak saat seseorang membuka mulut dengan lebar. Tonsil dan adenoid adalah dua kelenjar getah bening yang terletak di belakang mulut (tonsil) dan hidung (adenoid).
Anak yang mendengkur mungkin saja mengganggu orang yang ingin tidur di sekitarnya. Namun, bukan inilah yang harus dipermasalahkan orang tua. Sebagai orang tua, Anda perlu khawatir bahwa anak yang mendengkur bisa saja tidak mendapatkan tidur yang berkualitas.
Kenali kategori mendengkur anak
Berdasarkan frekuensi terjadinya dengkuran, mendengkur dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu:
- Occasional snoring (mendengkur sesekali). Terjadinya dengkuran jarang atau frekuensinya kurang dari tiga kali per minggu.
- Habitual snoring (sering mendengkur). Dengkuran sudah lebih dari 3 kali per minggu. Anak dengan habitual snoring rentan mengalami obstructive sleep apnea syndrome (OSAS).
Setelah mengetahui seberapa sering frekuensi anak mendengkur, selanjutnya adalah mencoba mencari penyebabnya. Anda bisa mencobanya mencari penyebabnya terlebih dulu secara mandiri maupun langsung berkonsultasi dengan dokter.
Lima penyebab anak mendengkur
Berikut ini adalah lima penyebab tidur mendengkur yang kerap ditemukan:
-
Alergi
Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari bunga, dan udara dingin, dapat menyebabkan produksi lendir yang bertambah pada hidung anak. Hidung beringus akan menyebabkan timbulnya dengkuran akibat getaran permukaan lendir di saluran napas, yang bergerak saat udara bersirkulasi.
-
Hidung tersumbat
Hidung tersumbat akibat pembengkakan mukosa hidung akan menyebabkan timbulnya mendengkur. Pembengkakan mukosa hidung dapat terjadi pada alergi, selesma (pilek), hingga infeksi sinus (sinusitis). Sinusitis adalah infeksi yang terjadi pada sinus, rongga-rongga udara di tengkorak kepala.
-
Pembesaran adenoid dan tonsil
Pembesaran tonsil populer dengan sebutan amandel. Adenoid dan tonsil merupakan struktur yang berperan dalam proses daya tahan saluran pernapasan terhadap infeksi. Saat terjadi infeksi, adenoid dan tonsil akan memproduksi sel-sel yang bertugas untuk menyerang dan melumpuhkan kuman. Sayangnya, bila infeksi kerap terjadi, maka keduanya dapat dan membesar seiring waktu.
Pembesaran ini akan menyebabkan sumbatan jalannya udara dan timbul dengkuran. Pembesaran adenoid cukup banyak dialami oleh anak-anak. Namun, tidak semua adenoid dan tonsil yang membesar pasti membutuhkan operasi.
-
Berat badan berlebih
Berat badan berlebih, bahkan obesitas, akan menyebabkan penyempitan dari jalan napas. Oleh karena itu anak bisa mendengkur saat tidur.
-
Obstructive sleep apnea syndrome
Ini merupakan penyebab tidur mendengkur anak yang cukup serius. Nama lain dari OSAS adalah sleep apnea atau henti napas saat tidur. Ya, seorang anak dengan OSAS akan mengalami pernapasan yang tidak beraturan, bahkan henti napas bisa terjadi saat ia tidur.
Seseorang yang mengalami sleep apnea akan berhenti bernapas selama beberapa saat sebanyak 30 hingga 300 kali dalam semalam! Kondisi ini bisa jadi masalah besar bila penderita tidak mendapatkan cukup oksigen. Pada anak-anak, pembesaran kelenjar tonsil dan adenoid menjadi faktor risiko utama terjadinya sleep apnea.
Saat tidak mendapatkan cukup oksigen, anak dengan sleep apnea dapat menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
- Merasa letih sepanjang hari.
- Terus mengantuk dan kesulitan untuk tetap bangun.
- Anak akan cenderung sulit diatur, bad mood, mudah marah, dan hiperaktif.
- Anak dapat sulit berkonsentrasi saat belajar maupun mengerjakan tugas rumah, sehingga prestasi akademik bisa menurun.
- Tidur anak tidak nyenyak, sering terbangun dari tidur karena gelagapan.
Adapun penanganan OSAS bertumpu pada pencarian gangguan anatomi atau alergi yang menyebabkan terjadinya sumbatan jalan napas. Tata laksana penyakit penyebab dengan maksimal, maka OSAS dengan sendirinya akan teratasi.
Apa yang harus orang tua lakukan jika anak mendengkur?
Ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan orang tua ketika mendapati anak mendengkur.
- Anda perlu mewaspadai saat anak sering mendengkur, utamanya saat ia sedang sakit pilek, selesma, atau radang tenggorokan, apalagi bila sudah disertai tanda-tanda sleep apnea.
- Jika anak sering mendengkur, amati apakah mendengkurnya akan hilang dengan perubahan posisi tidur atau tidak.
- Amati jika terdapat periode henti napas di sela dengkuran tidur anak.
- Perhatikan adanya perubahan prestasi belajar atau jika ada laporan anak nakal atau perubahan perilaku di sekolah.
Penting bagi orang tua untuk mengetahui penyebab anak tidur mendengkur. Jangan disepelekan, karena mendengkur bisa menjadi salah satu pertanda adanya masalah kesehatan serius yang harus ditangani dokter. Jika terlambat ditangani, risiko akan berdampak lebih lanjut pada kelancaran aktivitas bermain dan prestasi akademik si Kecil.
[RN/ RVS]