Bagi bayi, ASI merupakan sumber makanan terbaik. Ibu biasanya menyusui bayi selama 6 bulan. Lalu dilanjutkan hingga si Kecil berusia 2 tahun. Namun ibu yang kena hepatitis B tentu ragu melakukannya, karena ia tidak ingin anaknya tertular penyakit tersebut lewat ASI.
Apakah benar bahwa hepatitis bisa menular dari ibu ke bayi melalui ASI?
Mengenali penyakit hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan lain-lain. Peradangan ini dapat berdiri sendiri atau merupakan ikutan dari infeksi sistemis.
Hepatitis virus hepatotropik adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Penyakitnya sendiri kemudian disebut sesuai dengan virus penyebabnya, misalnya hepatitis A, hepatitis B dan seterusnya.
Di antara hepatitis akibat virus, yang bisa dicegah dengan imunisasi adalah hepatitis A dan B. Hepatitis A sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menyebabkan penyakit hati kronis (kronisitas). Sedangkan hepatitis B bisa berkembang menjadi sirosis dan kanker hati.
Inilah kenapa hepatitis B adalah masalah kesehatan secara global. Berdasarkan pemetaan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia termasuk daerah dengan tingkat endemis sedang sampai tinggi.
Ibu kena hepatitis, amankah ASI diminum bayi?
Penularan hepatitis B biasanya terjadi lewat darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya dari seseorang yang terinfeksi. Wanita dengan hepatitis B dapat menginfeksi bayi saat persalinan. Mungkin dari situlah kekhawatiran banyak ibu mengenai penularan ke bayi lewat ASI.
Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter ibu dengan hepatitis B masih bisa dengan aman menyusui bayinya.
"Mau hepatitis bahkan HIV sekalipun, ibu harus tetap menyusui anaknya. Hanya saja, memang ada bagian-bagian virus yang bisa mencampuri ASI. Tapi kalau dilihat dari risiko dan manfaatnya, tetap lebih banyak manfaat dari memberikan ASI,” jelas dr. Sepriani.
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), banyak penelitian tentang ASI dihubungkan dengan kejadian hepatitis B. Hasilnya, ASI tidak meningkatkan risiko penularan hepatitis B.
Ada penelitian di Taiwan yang mengikutsertakan 147 bayi baru lahir dari ibu pembawa virus hepatitis B yang kemudian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah bayi-bayi yang minum ASI dan kelompok kedua adalah bayi-bayi yang minum susu formula. Hasilnya, ASI tidak terbukti meningkatkan risiko penularan hepatitis B, serta tidak ada perbedaan kejadian hepatitis B pada kedua kelompok. Dengan demikian tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI untuk bayinya bagi ibu penderita hepatitis B.
Jika memang benar-benar takut bayi tertular virus hepatitis B, dr. Sepriani mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
"ASI-nya diperah dulu, lalu sebelum diberikan kepada bayi, ASI-nya dihangatkan terlebih dulu. Cara itu bisa membunuh virus yang mungkin ada di dalam ASI. Setelahnya, ASI kembali didinginkan lalu baru diberikan kepada bayi,” kata dr. Sepriani memaparkan.
Untuk mencegah penularan dari ibu pengidap hepatitis B ke bayi yang dilahirkan dan mencegah penularan horizontal berikutnya, vaksin hepatitis B harus diberikan segera setelah bayi lahir (dalam 24 jam pertama).
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian vaksin ke-2 dan ke-3 sesuai jadwal yang ditentukan. Selain vaksin, bisa juga ditambahkan dengan pemberian HbIG (imunoglobulin hepatitis B).
Jangan menyusui dulu ketika puting luka atau lecet
Meski ibu dengan hepatitis B atau hepatitis C tetap bisa menyusui, tetapi hentikan dulu saat puting sedang luka atau lecet. Kata dr. Sepriani, misalnya puting sebelah kanan lecet, susui bayi dari payudara sebelah kiri. Ini penting supaya anak terhindar dari virus hepatitis B, mengingat virus bisa menyebar lewat kontak darah dari penderita.
"Bagi ibu yang punya hepatitis dan putingnya lecet, lebih baik jangan berikan ASI dari puting yang lecet karena hepatitis, kan, penyebarannya dari darah," tegasnya.
Dilansir dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), karena kurangnya data, aman atau tidaknya ibu menyusui saat puting sedang luka atau lecet tidak pasti. Meski begitu, seperti yang disebut dr. Sepriani, virus hepatitis B menyebar lewat darah. Jika puting luka, sebaiknya jangan menyusui dulu sementara waktu.
Untuk menjaga suplai ASI, ibu menyusui disarankan tetap mengeluarkan ASI dan membuangnya hingga puting sembuh. Setelah luka sembuh, ibu dengan hepatitis B bisa melanjutkan menyusui anak.
Pencegahan terjadinya luka pada puting sangat dianjurkan pada awal kehidupan bayi sehingga penularan dapat dicegah. Bimbingan menyusui, khususnya posisi menyusui yang baik dan pelekatan mulut bayi yang betul, dapat mencegah terjadinya puting lecet.
Hepatitis harus dideteksi sedini mungkin
Penyakit hepatitis harus dideteksi sedini mungkin bagi para ibu yang sudah menikah dan hamil, supaya penyebaran virus bisa ditanggulangi dengan baik sebelum anak lahir.
Bagi ibu yang terdiagnosis hepatitis, biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan pengobatan secara intensif. Di sisi lain, biasanya, anak yang dilahirkan dari ibu yang mengalami hepatitis akan diberikan vaksin HbIg untuk mencegah anak tertular penyakit tersebut.
“Kalau memang benar ibunya mengalami hepatitis, biasanya anak yang dilahirkan akan langsung diberikan vaksin HbIg. Setelahnya, bayi akan diberikan vaksin hepatitis secara berkala,” pungkas dr. Sepriani.
Jadi bayi minum ASI dari ibu yang kena hepatitis, masih diperbolehkan.Ibu tidak perlu menjadikan hepatitis sebagai alasan untuk tidak menyusui si Kecil. Namun ingat, ada beberapa kondisi yang sebaiknya diperhatikan agar menyusui si Kecil bisa tetap aman bagi ibu maupun anak.
(RN/ RVS)