KlikDokter.com - Imunisasi polio adalah salah satu imunisasi yang diwajibkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Departemen Kesehatan bagi bayi yang baru lahir untuk memberantas Penyakit Polio. Apa itu penyakit polio?
Polio adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus polio dan bersifat sangat menular. Gejala yang timbul dapat menjadi begitu berat, hingga kelumpuhan permanen, kesulitan bernapas dan bahkan kematian. Penyakit polio ditularkan lewat fekal-oral, yang berarti bila tertelan virus yang berasal dari kotoran penderita, seseorang bisa terjangkit polio.
Hampir 30 tahun yang lalu, polio menyebabkan kelumpuhan 1.000 anak setiap harinya di seluruh dunia, sebelum muncul gerakan pemberantasan polio global pada tahun 1988. Amerika Serikat telah dinyatakan bebas polio sejak 1979. Di Indonesia, kasus polio terakhir ditemukan pada tahun 2006 di Aceh Tenggara.
Untungnya, telah ditemukan imunisasi yang ampuh untuk mencegah polio. Berkat kegigihan aparat kesehatan dan tenaga layanan kesehatan, program imunisasi ini dapat disebarkan hingga ke pelosok daerah Indonesia. Bentuk imunisasi polio dalam program pemerintah yaitu dalam bentuk vaksin yang diteteskan ke mulut (Vaksin Polio Oral).
Vaksin polio oral mengandung virus polio yang sudah dilemahkan. Anda tidak perlu khawatir, virus yang ada dalam vaksin ini tidak akan menyebabkan penyakit. Virus ini lemah dan hanya mampu sebatas merangsang munculnya imunitas atau daya tahan tubuh anak terhadap penyakit ini.
Lalu apa hubungannya dengan antisipasi cuci tangan? Halaman berikutnya penjelasan selengkapnya.
Hal yang penting untuk diketahui, virus polio masih dapat bertahan dalam tinja bayi hingga selama 6 minggu. Karenanya, bila terdapat bayi lain yang belum diimunisasi polio di sekitarnya, bisa muncul risiko terjangkit polio jika kebersihan tidak terjaga dengan baik. Maka, cucilah tangan dengan sabun secara saksama setelah mengganti popok bayi yang baru diimunisasi polio oral.
Hal ini pula yang mendasari munculnya rekomendasi IDAI untuk memberikan imunisasi polio oral hanya pada saat bayi sudah akan pulang ke rumah (bila sebelumnya dirawat di rumah sakit). Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari tinja anak yang diimunisasi, pada pasien bayi lain yang belum sempat mendapat imunisasi polio di rumah sakit tersebut.
Transmisi virus ke dalam kotoran bayi hanya terjadi pada vaksin yang diberikan secara oral, tidak pada vaksin yang diberikan lewat suntikan. Namun, vaksin yang diberikan secara oral secara umum lebih disukai sebab cara pemberiannya mudah dan tidak sakit (hanya diteteskan), dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan tidak terlatih (misalnya di desa), dan mengurangi penyakit infeksi akibat jarum suntik.
Untuk menjaga kondisi ‘bebas polio’ yang telah didapatkan negara kita, berikan imunisasi polio pada bayi Anda saat baru lahir, saat berusia 2, 4, dan 6 bulan, serta booster (peningkat imunitas) pada usia lebih besar (usia 18-24 bulan dan usia 5 tahun). Bila masih ada keluarga/kerabat yang belum imunisasi polio, maka ajaklah mereka untuk melakukannya. Selain itu, orangtua yang merawat bayi harus menjaga kesehatan anggota keluarga dengan tidak lupa mencuci tangan menggunakan sabun secara rutin, apalagi setelah mengganti popok anak yang baru diimunisasi polio oral.