Terlahir dengan sindrom Williams menjadikan seorang bayi berisiko terhadap berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah stunting.
Ya, stunting menjadi ancaman bila dalam masa tumbuh kembang anak, sindrom Williams atau Williams syndrome tidak terkontrol baik.
Salah satu alasan utama mengapa bayi dengan sindrom Williams rentan terkena stunting adalah karena adanya kelainan pada jantung dan pembuluh darah.
Jantung sebagai mesin pompa utama tubuh memegang kunci dalam mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Sementara itu, pembuluh darah bertugas sebagai selang penyalur berbagai zat penting tersebut.
Bila keduanya bermasalah, distribusi oksigen dan nutrisi yang menjadi modal utama tumbuh kembang anak tentu dipertaruhkan.
Risiko Stunting pada Bayi Sindrom Williams
Terdapat berbagai penyebab mengapa risiko stunting meningkat pada anak dengan sindrom Williams. Berikut di antaranya:
-
Kelainan Jantung dan Pembuluh Darah
Pada sindrom Williams, organ jantung dan pembuluh darah umumnya mengalami kelainan. Kelainan tersebut berupa adanya sumbatan pada pembuluh darah besar yang keluar dari jantung, yaitu aorta dan arteri pulmoner.
Akibatnya, aliran darah yang keluar jantung menjadi terganggu. Padahal, dalam darah terkandung oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan sel untuk tumbuh dan berkembang.
Pada akhirnya, jantung akan meningkatkan sistem pompanya dan bekerja lebih ekstra. Namun, kerja jantung juga ada batasnya.
Artikel Lainnya: Mengurai Problem Penanganan Stunting
Dalam jangka panjang, bila tidak tertangani, dinding jantung bisa membengkak dan pada akhirnya menurunkan performa kerjanya.
Keseluruhan masalah inilah yang dapat menyebabkan seorang bayi kerap mengalami kesulitan penambahan berat dan tinggi badan. Kondisi ini dalam dunia medis disebut stunting.
Dasar penyebabnya, yaitu kurangnya nutrisi akibat gangguan peredaran darah dan meningkatnya metabolisme akibat jantung bekerja ekstra. Pada akhirnya, sistem pompa jantung menurun akibat terlalu lelah bekerja.
-
Gangguan Proses Makan
Selain kelainan jantung serta pembuluh darah, bayi dengan penyakit Williams syndrome umumnya memiliki gangguan menyusu dan makan.
Di awal usianya, bayi-bayi ini cenderung sulit menyusu karena refleks mengisapnya terbatas dan kemampuan menelannya terganggu.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kekuatan otot di sekitar rongga mulut hingga kerongkongan yang lebih lemah dibandingkan anak lainnya.
Walau umumnya akan membaik seiring dengan bertambah usia anak, tetapi gangguan ini dapat meningkatkan risiko malnutrisi akibat proses menyusu dan makan yang tidak optimal.
Artikel Lainnya: Anak Berkebutuhan Khusus, Perlukah Diet Khusus?
Bisakah Dicegah?
Risiko stunting pada bayi dengan sindrom Williams bisa dilakukan dengan melakukan kontrol rutin, pengobatan tepat, dan terapi sesuai dengan kebutuhan anak.
Pada kelainan yang sifatnya ringan, penanganan yang diperlukan bisa jadi hanya observasi atau sebatas obat minum.
Akan tetapi, bila kelainan yang dialami cukup berat dan sangat mengganggu tumbuh kembang anak, operasi bisa jadi pilihan.
Begitu pula dengan gangguan menyusu dan makan yang menjadi tantangan bagi bayi dengan sindrom Williams. Penggunaan sonde atau selang makan bisa menjadi alternatif, terutama di masa awal kehidupannya.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, umumnya masalah pola makannya akan membaik. Agar proses makannya lebih optimal, terapi makan dan konsultasi dengan gizi terkadang diperlukan.
Bayi dengan sindrom Williams memang rentan stunting. Namun, ini tidak menjadi harga mati. Asalkan diterapi secara dini, dilakukan kontrol berkala, dan diberikan pengobatan dengan tepat, bayi dengan sindrom Williams dapat tumbuh optimal.
Dapatkan informasi seputar berbagai kondisi kesehatan si Kecil dengan membaca artikel di aplikasi Klikdokter. Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis anak lewat Live Chat.
[WA]