Minyak esensial saat ini makin ramai dibicarakan karena khasiatnya. Tak heran, di tengah kemajuan teknologi pengobatan, minyak esensial tidak kehilangan popularitasnya.
Minyak alami yang dinilai bermanfaat untuk mengatasi beberapa jenis penyakit ini pada dasarnya aman digunakan oleh segala usia, mulai dari bayi hingga lansia. Namun khusus pemakaian minyak esensial untuk bayi, bagaimana aturan pakai yang tepat?
Apa itu minyak esensial?
Minyak esensial adalah campuran hidrokarbon aromatik kompleks yang diekstrak dari tanaman tertentu. Ada beberapa cara untuk menggunakan minyak esensial, yaitu dengan mengoleskannya secara langsung di kulit, dihirup, diteteskan dalam diffuser, atau diminum.
Ada banyak alasan mengapa orang menggunakan minyak esensial, khususnya pada bayi. Mereka menilai bahwa minyak tersebut mampu membunuh kuman penyebab penyakit.
Selain itu, bila dioleskan dengan tepat, minyak esensial dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri atau tidak nyaman pada bayi. Khususnya ketika si Kecil sedang dalam masa tumbuh gigi atau demam.
Bila dikombinasikan dengan pijat bayi, minyak esensial dapat membantu meningkatkan berat badan, meningkatkan kualitas tidur, dan menjaga daya tahan tubuh bayi.
Aturan pakai minyak esensial pada si Kecil
Kendati demikian, pemberian minyak esensial pada bayi bukanlah tanpa risiko. Metode pengobatan apapun yang digunakan tentunya memiliki risikonya masing-masing. Bila tidak tepat, dapat menimbulkan masalah kesehatan baru.
Karena itu, Anda harus perhatikan dengan saksama aturan pakai minyak esensial pada bayi, yaitu:
-
Perhatikan usia bayi
Para ahli menyarankan untuk tidak memberikan minyak esensial pada bayi yang berusia di bawah tiga bulan. Pasalnya, sebelum tiga bulan, kulit bayi masih sangat sensitif dan belum memiliki sistem pertahanan yang matang, sehingga akan mudah mengalami iritasi dan reaksi kulit lainnya terhadap minyak esensial.
-
Pilih cara pakai yang aman
Minyak esensial hendaknya digunakan dengan metode yang paling aman bagi bayi, yaitu dengan inhalasi atau dihirup. Metode ini dilakukan bukan dengan menghirup langsung minyak esensial, melainkan dengan melarutkan minyak esensial dalam alat diffuser untuk dihirup aromanya.
Teknik tersebut paling sedikit risikonya bagi kesehatan. Kalaupun ada risiko, umumnya terjadi bila aromaterapi dihirup dalam waktu lama.
-
Pertimbangkan kadar minyak esensial
Selain dihirup, minyak esensial juga dapat digunakan dengan dioles. Namun, Anda harus memperhatikan kadar minyak esensial yang dioleskan pada kulit bayi. Minyak esensial adalah minyak yang poten, sehingga dapat memicu reaksi kulit.
Bila diaplikasikan secara langsung tanpa diencerkan atau dicampur dengan bahan lain sebagai pembawanya (carrier), bisa menyebabkan peradangan. National Association for Holistic Aromatherapy (NAHA) menyarankan konsentrasi minyak esensial yang digunakan pada bayi adalah 0,5-2,5 persen. Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut, Anda dapat mencampurkan minyak esensial dengan minyak pembawa seperti minyak zaitun, minyak kelapa, atau minyak bunga matahari.
-
Kenali ciri reaksi kulit
Beberapa reaksi kulit yang bisa terjadi adalah kemerahan, kulit mengelupas, muncul lenting berair, bengkak, terasa hangat saat diraba, dan bayi tampak gelisah atau kesakitan.
Tidak semua jenis minyak esensial dapat menimbulkan efek tersebut. Meski demikian ada beberapa jenis minyak yang memang tidak dianjurkan digunakan pada bayi, yaitu thyme, bay, serai, dan citronella.
Selain itu, hindari mengoleskan minyak esensial pada area kulit yang luka, karena akan memperberat reaksi kulit yang terjadi. Bila iritasi kulit tersebut terjadi pada bayi, segera hentikan penggunaan minyak esensial dan periksakan bayi ke dokter.
Hal terpenting yang perlu diingat, penggunaan minyak esensial bukan satu-satunya cara untuk menjaga kesehatan bayi. Bukan pula digunakan untuk menggantikan obat-obatan. Bila bayi memang sedang sakit, seperti batuk, pilek, atau demam, Anda tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
[NP/ RVS]