Bukan hanya orang dewasa atau lanjut usia (lansia), bayi pun bisa terkena diabetes. Kondisi ini terhitung langka, yakni terjadi pada sekitar 1 dari 300.000-400.000 kelahiran.
Diabetes pada bayi, atau bisa disebut diabetes melitus neonatal, terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan. Diabetes ini ada dua jenis, yakni transien dan permanen.
Dari dua jenis tersebut, tipe transien lebih sering terjadi, yakni memengaruhi 50-60% kasus diabetes anak.
Penanganan dan perawatan dengan segera tentu diperlukan. Namun, terlebih dahulu Anda harus mengetahui apa penyebab dan gejala diabetes pada bayi. Berikut ulasannya untuk Anda.
Penyebab Diabetes pada Bayi
Berdasarkan penuturan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, tubuh yang normal membutuhkan insulin untuk membantu sel-sel menghasilkan energi.
Namun, tubuh bayi dengan kondisi diabetes tidak menghasilkan cukup insulin, sehingga kadar glukosa darah meningkat.
Kondisi yang kerap ditemukan pada bayi atau anak adalah diabetes tipe 1. Sementara itu, orang dewasa cenderung memiliki diabetes tipe 2.
"Penyebab diabetes tipe 1 pada anak biasanya bawaan dan sampai saat ini belum diketahui pasti. Tetapi, pada kebanyakan pasien, terjadi mekanisme autoimun di mana tubuh menganggap sel-sel yang memproduksi insulin sebagai 'musuh' sehingga dihancurkan. Jadi, tubuh tidak bisa produksi insulin sendiri," ujar dr. Astrid.
Ketika tubuh tanpa insulin, gula dalam darah tidak bisa didistribusikan ke sel-sel yang ada. Akibatnya, menurut dr. Astrid, gula akan menumpuk dalam darah dan menyebabkan berbagai gejala.
Artikel Lainnya: Bolehkah Penderita Diabetes Jalani Program Bayi Tabung?
Deteksi Dini Gejala Diabetes pada Bayi
Dalam kasus diabetes pada bayi, deteksi dini sangat penting dilakukan. Biasanya bisa dipantau lewat beberapa gejala yang muncul.
Seperti diungkapkan dr. Astrid, gejala diabetes pada bayi dan anak mirip dengan gejala diabetes tipe 2 pada orang dewasa.
"Misalnya, sering kehausan, sering mengompol atau kebelet buang air kecil, lapar terus, dan berat badan turun drastis. Anak juga bisa mengalami gangguan perilaku, misalnya tantrum terus atau mudah marah," ungkap dr. Astrid.
Hanya saja, untuk mengetahui gejala diabetes pada bayi cukup tricky. Pasalnya, tidak seperti orang dewasa yang bisa merasakan sendiri gejalanya, anak perlu bantuan orang tua untuk mengecek.
Hal inilah membuat gejala diabetes pada bayi sulit dideteksi. Orang tua harus benar-benar peka pada ciri-ciri yang ditunjukkan si kecil.
Ketika tanda bayi diabetes tidak ditangani dengan baik, ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi. Seperti dilansir children.co.uk, komplikasi tersebut adalah berikut ini.
- Keterlambatan perkembangan seperti kelemahan otot dan ketidakmampuan belajar.
- Ketoasidosis diabetik (produksi asam darah atau keton sangat tinggi).
- Berat badan lahir rendah.
- Kelemahan otot.
- Epilepsi.
- Macroglossia, lidah yang lebih besar dari biasanya.
Artikel Lainnya: Bolehkah Ibu dengan Diabetes Menyusui?
Penanganan Diabetes pada Bayi
Saat menemukan ciri-ciri diabetes pada bayi di atas, tak ada salahnya Anda segera membawanya ke dokter anak.
"Nanti untuk mengetahui diagnosisnya, sama dengan mengecek kondisi diabetes pada orang dewasa, yaitu dengan cek kadar gula darah," ungkap dr. Astrid Wulan.
Terkait pengobatannya, diabetes pada bayi sering diobati dengan insulin. Dalam beberapa kasus, setelah mutasi genetik spesifik diketahui, pengobatan oral dapat digunakan.
Selain itu, karena disebabkan oleh mutasi genetik, saat ini belum ada cara untuk mencegah atau menyembuhkannya.
Diabetes melitus neonatal hanya dapat dikelola untuk mencegah komplikasi di kemudian hari.
Pada bayi, memang butuh orang tua untuk mendeteksinya. Karena memang sangat berbahaya penyakit ini kalau tidak terpantau sejak dini.
Itulah penyebab dan beberapa gejala diabetes pada bayi. Konsultasikan apa pun kondisi bayi yang dirasa tidak biasa kepada dokter.
Manfaatkan fitur Tumbuh Kembang Anak dari Klikdokter untuk memantau perkembangan si buah hati.
(HNS/AYU)