Sifilis menjadi salah satu masalah kesehatan seksual yang cukup mengkhawatirkan. Bahkan, sifilis bisa tertular dari ibu hamil yang menderita sifilis ke janin yang dikandung.
Kondisi ini perlu diperiksakan oleh para ibu sebelum melahirkan demi menghindari risiko yang tidak diinginkan. Simak penjelasan dari dokter berikut ini!
Apa itu Sifilis?
Sifilis sendiri adalah infeksi menular seksual dan terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier. Ada gejala-gejala yang berbeda di setiap tahapnya.
Untuk penularannya, Anda bisa tertular sifilis melalui kontak langsung dengan luka sifilis selama hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Luka tersebut bisa ditemukan di sekitar penis, vagina, anus, rektum, bibir, atau mulut.
Penderita sifilis primer biasanya memiliki luka di area infeksi semula. Luka itu umumnya terjadi di dekat area alat kelamin, di dalam atau sekitar mulut, atau di sekitar anus.
Luka pada sifilis primer biasanya terasa kencang, bulat, dan tidak nyeri. Sementara, gejala sifilis sekunder meliputi ruam kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan demam.
Gejala sifilis primer dan sekunder terbilang ringan, serta mungkin sulit diterka.
Berikutnya, pada tahap sifilis laten, tidak ada tanda atau gejala. Sementara, sifilis tersier dikaitkan dengan masalah medis yang parah.
Dokter biasanya dapat mendiagnosis sifilis tersier dengan beberapa tes. Hal itu dapat memengaruhi jantung, otak, dan organ tubuh lainnya.
Artikel lainnya: Bahaya Infeksi Menular Seksual pada Ibu Hamil
Sifilis Bisa Menular ke Bayi Sejak di Dalam Kandungan
Sifilis bisa ditularkan oleh ibu ke bayi di kandungan. Jadi, anak yang nanti lahir akan mengalami masalah kesehatan ini.
"Biasanya hal ini terjadi karena ibunya sudah memiliki masalah sifilis yang tidak diobati," jelas dr. Sara Elise Wijono, MRes.
Kondisi sifilis ini dikenal dengan istilah sifilis kongenital. Sering kali, sifilis ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan. Tetapi, bisa juga terjadi selama persalinan pervaginam bila bayi mengalami kontak langsung dengan luka sifilis.
Kelahiran pervaginam adalah keadaan saat kontraksi di rahim membantu mendorong bayi keluar melalui vagina.
Melansir Centers for Disease Control and Prevention, sifilis kongenital dapat menyebabkan komplikasi pada bayi selama kehamilan dan setelah lahir.
Bayi mungkin tampak sehat saat lahir. Tetapi, sifilis dapat menyebabkan komplikasi kesehatan di kemudian hari bila tidak segera ditangani.
Komplikasi tergantung pada berapa lama Anda terinfeksi sifilis selama kehamilan dan kapan mendapat pengobatan.
"Kadang-kadang, sifilis bisa membuat cacat bawaan, misalnya tuli atau buta. Kalau kasus begitu, biasanya akan selamanya. Tetapi, bisa juga tidak ada gejala pada bayi. Misalnya, ternyata dicek dan ada sifilis, bisa diobati sampai sembuh," ujar dr. Sara.
Masalah lain yang mungkin terjadi pada bayi akibat sifilis sejak dari kandungan adalah masalah tulang dan persendian, masalah sistem saraf, serta keterlambatan perkembangan.
Anak-anak yang tertular sifilis juga bisa mengalami gigi Hutchinson. Masalah gigi ini adalah gigi berbentuk pasak dan berjauhan satu sama lain.
Artikel lainnya: Waspada, Anak dan Bayi juga Dapat Terkena Sifilis
Pencegahan agar Bayi Tak Tertular Sifilis di Kandungan
Langkah paling mudah adalah melakukan pemeriksaan sebelum semuanya terjadi. Sebisa mungkin, cek kondisi sebelum Anda merencanakan kehamilan.
"Paling bagus sebelum hamil dicek. Kalau ada sifilis, harus diobati. Setelah selesai, bisa dimulai program kehamilannya," kata dr. Sara. Menurutnya, kalau sifilis sudah diobati seharusnya sudah tidak menulari bayi.
Selain itu, minta pasangan juga jalani tes sifilis demi keamanan bersama. Jika pasangan terinfeksi, maka Anda juga berisiko terinfeksi.
Itulah beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang risiko sifilis saat hamil bagi janin. Jadi, konsultasi kondisi kesehatan sebelum hamil penting dilakukan. Pakai Live Chat dari KlikDokter untuk konsultasi awal ke dokter kandungan lebih mudah.
(FR/JKT)