Hampir semua orang menyenangi bayi yang memiliki pipi tembam atau tubuh bayi yang terlihat gempal karena lipatan lemak. Orang dewasa yang melihatnya pun berlomba-lomba untuk mencubit dan memeluk bayi. Namun, tahukah Anda bayi yang gemuk atau obesitas justru dapat membahayakan kesehatannya?
Tubuh bayi memiliki proporsi yang berbeda dengan orang dewasa. Proporsi kepala bayi memang besar dibanding tubuhnya. Perut pada bayi yang kurus maupun gemuk sama-sama terlihat buncit. Karena bayi yang gemuk dianggap menggemaskan, maka banyak orang yang membiarkannya begitu saja. Padahal, obesitas pada bayi sering tidak diketahui dan ini bisa berdampak buruk terhadap kesehatannya kelak. Orang tua harus menyadari pentingnya menjaga bayi agar terhindar dari obesitas.
Bayi gemuk memang merupakan hal yang positif. Lemak memang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan sang bayi. Namun, jika lemak terlalu berlebihan hingga menyebabkan bayi obesitas, ini bukan malah mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi tapi justru menghambat dan membahayakannya pada usia dini maupun saat ia dewasa nanti.
Bayi obesitas memiliki risiko tinggi obesitas saat dewasa
Bayi obesitas memang jarang dipermasalahkan. Banyak orang tua beranggapan bahwa kegemukan itu tidak masalah karena nanti ketika bayi sudah bisa merangkak atau berjalan, berat badan akan turun dengan sendirinya. Hal ini salah besar. Bayi obesitas akan memiliki risiko tinggi untuk tetap obesitas pada masa anak-anak, bahkan hingga dewasa.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal “Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine” mengungkap hasil penelitian dari 44.000 bayi di Amerika Serikat selama sepuluh tahun terhadap pencegahan obesitas dilihat dari berat tubuh bayi baru lahir hingga usia 24 bulan. Hasilnya, grafik grafik pertumbuhan berat tubuh dan panjang bayi baru lahir yang digunakan dokter anak saat melakukan checkup rutin, mampu menjadi acuan risiko obesitas pada bayi kemudian hari.
Dalam grafik pertumbuhan tersebut, dokter dapat menghitung persentil pertumbuhan normal pada bayi sehingga apabila bayi mengalami kenaikan lebih dari 2 persentil dalam pertumbuhan bayi sebelum berusia 2 tahun, akan meningkatkan risiko obesitas a pada usia 5 tahun. Bahkan, bayi tetap punya risiko obesitas sebanyak 75 persen saat berusia 10 tahun.
Perkembangannya lebih lambat
Bayi obesitas juga diketahui mengalami perkembangan yang lebih lambat dibandingkan bayi yang memiliki berat badan ideal. Perkembangan yang dimaksud adalah seperti menegakkan kepala, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan sebagainya. Ini dapat mengakibatkan aktivitasnya berkurang sehingga sulit untuk menurunkan berat badan.
Studi menemukan bahwa anak berusia 2 tahun yang obesitas, waktu usianya 6 bulan juga mengalami obesitas. Bayi obesitas sudah dapat diketahui dari usia bayi 6 bulan. Cara yang digunakan adalah dengan grafik berat untuk panjang badan (weight for length) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Faktor-faktor yang berperan pada obesitas bayi
Studi juga menunjukkan bahwa bayi obesitas lebih banyak terjadi pada ibu yang sebelum hamil juga obesitas atau ibu mengalami kenaikan berat badan secara drastis ketika hamil. Temuan ini membuktikan bahwa memang obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik (keluarga). Namun, bukan berarti jika orang tua obesitas, anaknya juga sudah pasti obesitas.
Faktanya, obesitas juga dipengaruhi oleh lingkungan atau pola makan. Studi menunjukkan bahwa bayi dengan susu formula yang diberi makanan padat sebelum usianya 4 bulan, memiliki risiko obesitas lebih tinggi. Bayi yang diberi susu formula biasanya makan lebih banyak.
Penelitian membuktikan bahwa memberikan ASI eksklusif secara langsung dan tidak dikombinasikan dengan bantuan botol dapat mencegah bayi obesitas. Memberikan buah secara utuh dibandingkan jus buah instan juga membantu menjaga berat badan ideal bayi dengan memberikan cukup serat jika bayi sudah menginjak masa MPASI.
Ancaman penyakit yang mengintai bayi obesitas
Bayi obesitas juga berhubungan dengan penyakit serius seperti diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Obesitas pada anak balita (bawah lima tahun) mengakibatkan kelainan metabolisme pada insulin serta enzim hati dan kolesterol. Sehingga, pada usia dewasa, bayi obesitas akan mengalami penyakit metabolik.
Selain itu, bayi obesitas juga memiliki risiko untuk mengalami pubertas awal dan gangguan tidur. Obesitas yang terjadi seumur hidup juga dapat menyebabkan gangguan sendi, kanker, dan stroke.
Sangat penting untuk memantau berat badan bayi dan anak oleh tenaga ahli. Bayi gemuk memang terlihat lucu, tapi jangan “terjebak” dan membiarkannya berlanjut hingga ia tumbuh besar. Jika obesitas berlanjut, maka risiko penyakit yang lebih kompleks di kemudian hari pun meningkat. Dalam kondisi tersebut, segera konsultasikan dengan dokter anak, agar si Kecil mendapatkan penanganan yang tepat.
[RN/ RVS]