Setiap orang tua pasti ingin buah hatinya lahir dengan kondisi sehat. Maka, saat bayi terlihat kuning pada bagian kulit dan matanya, sebagian besar orang tua akan panik. Padahal, kondisi bayi yang sakit kuning ini merupakan hal yang umum terjadi. Jadi, Anda pun tak perlu khawatir.
Dalam bahasa medis, kondisi bayi kuning disebut jaundice. Saat mengalaminya, bagian putih mata dan kulit si Kecil akan menjadi berwarna kuning. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pigmen kuning atau disebut bilirubin di dalam darah.
Bayi kuning dan bilirubin
Bilirubin merupakan hasil produk dari pemecahan sel darah merah yang akan dibawa oleh darah menuju organ hati. Saat itu terjadi proses kimiawi yang menghasilkan pigmen hijau dan dikeluarkan melalui empedu. Pada orang dewasa, bilirubin ini akan dikeluarkan dari tubuh saat buang air besar.
Selama masa kehamilan, organ hati ibu akan menyaring bilirubin keluar dari darah yang berada di sekitar janin. Setelah lahir, proses ini kemudian diambil alih oleh organ hati si Kecil yang baru lahir.
Karena organ hati pada bayi baru lahir masih belum sempurna, sehingga butuh waktu untuk mengeluarkan bilirubin tersebut. Akibatnya, bilirubin menumpuk dalam darah dan menyebabkan warna kuning pada permukaan kulit si Kecil.
Kabar baiknya, kebanyakan kasus jaundice pada bayi baru lahir hilang dengan sendirinya sejalan dengan organ hati bayi yang semakin matang dan bayi mulai makan, sehingga membantu bilirubin untuk keluar dari tubuh bayi.
Sebagian besar kasus jaundice pada bayi baru lahir akan hilang dalam 2-3 minggu. Namun, bila kondisi ini bertahan hingga lebih dari 3 minggu, bisa jadi terdapat kondisi lain yang mendasarinya, seperti inkompatibilitas sel darah, infeksi pada aliran darah, infeksi virus tertentu, abnormalitas enzim tertentu, dan abnormalitas membran sel darah merah.
Sebenarnya, bayi baru lahir normal bila mengalami jaundice pada mata dan wajahnya. Jadi, Anda juga tak perlu khawatir berlebihan. Kondisi ini biasa terlihat pada hari kedua atau ketiga setelah si Kecil dilahirkan, yang disebut sebagai jaundice fisiologis.
Namun, bila pada hari pertama kehidupan jaundice terjadi pada dada atau perut, tandanya kadar bilirubin si Kecil mungkin lebih tinggi dari normal, sehingga patut untuk diwaspadai.
Sering kali, peningkatan kadar bilirubin tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Namun, kadar bilirubin yang sangat tinggi atau tidak berfungsinya terapi dapat menyebabkan hilangnya pendengaran dan kerusakan otak pada bayi baru lahir. Hal ini berisiko lebih tinggi pada bayi yang prematur atau tidak cukup bulan.
Penanganan yang sebaiknya dilakukan
Kebanyakan jaundice fisiologis tidak perlu terapi dan akan membaik dengan sendirinya. Namun, jika jaundice menyebar ke dada atau perut, dokter spesialis anak akan membutuhkan pengecekan kadar bilirubin bayi.
Keputusan untuk terapi berdasarkan pada kadar bilirubin dan maturitas bayi. Keputusan ini sebaiknya dibuat dengan bantuan dokter spesialis anak.
Selain itu, pemberian minum ASI yang dilakukan sesering mungkin (antara 8-12 kali sehari) akan membantu bayi mengeluarkan bilirubin dari tubuh dan mencegahnya mengalami dehidrasi. Bila bayi belum dapat minum ASI, berikan formula sebanyak 30-60 mililiter setiap 2-3 jam untuk minggu pertama.
Pada kasus jaundice yang lebih berat, si Kecil mungkin membutuhkan terapi lain, seperti fototerapi. Jenis terapi ini menggunakan cahaya untuk memecahkan bilirubin pada tubuh bayi.
Dengan fototerapi, bayi diletakkan pada tempat tidur khusus di bawah cahaya spektrum biru menggunakan popok saja dan mengenakan kacamata pelindung khusus. Selimut khusus mungkin juga diletakkan di bawah bayi.
Fototerapi sering membutuhkan rawat inap di rumah sakit dan bayi prematur mungkin membutuhkan terapi lebih agresif dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan.
Bayi yang sakit kuning saat lahir memang terlihat mengkhawatirkan, karena dari segi fisiknya, kulit tubuhnya akan menjadi berwarna kuning. Namun, Anda tak perlu cemas. Kondisi ini cukup wajar terjadi pada bayi baru lahir. Jadi, bila menemukan buah hati Anda terkena jaundice, segera konsultasikan apa yang perlu Anda ketahui dan lakukan dengan dokter spesialis anak.
[NP/ RVS]