Pilek merupakan penyakit yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Pilek lebih jarang terjadi pada orang dewasa, yakni hanya memiliki frekuensi 2-4 kali dalam setahun, sedangkan pada anak-anak, pilek memiliki frekuensi yang lebih besar, yakni hingga 7-10 kali dalam setahun.
Namun, kejadian pilek yang tersering adalah pada bayi. Bayi dapat terkena pilek hampir 12 kali dalam tahun pertama kehidupannya.
Penyebab pilek pada bayi yang baru lahir biasanya serupa dengan penyebab pilek pada orang dewasa. Hampir lebih dari 200 jenis virus penyebab pilek, yang bisa masuk melalui perantara udara ketika bersin atau batuk, atau melalui tangan dan benda yang mengandung virus tersebut.
Pilek merupakan hal yang biasa terjadi pada bayi karena sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang. Pada bayi, gejala pilek yang biasanya dirasakan adalah ingusan dan hidung tersumbat.
Ingus pada bayi awalnya akan berwarna jernih, lalu kemudian dapat berubah menjadi kehijauan atau kuning, dan gejala hidung tersumbat akibat pilek akan menyebabkan bayi menjadi tidak nyaman karena lubang hidung bayi masih kecil dan membuat mereka bernapas melalui mulut. Gejala lain yang dirasakan bayi akibat pilek adalah demam yang tidak terlalu tinggi (<38oC), bersin, batuk, mata merah, nafsu makan menurun, dan tidur menjadi terganggu.
Beberapa faktor risiko yang dapat membuat bayi baru lahir lebih rentan terkena pilek, antara lain:
- Tidak mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini membuat risiko bayi terkena pilek menjadi lebih tinggi dua kali lipat.
- Terpapar asap rokok.
- Paparan dari orang lain, contohnya bayi yang dititipkan di penitipan menjadi lebih rentan terkena pilek, bahkan bayi yang tinggal dengan saudara yang lebih tua juga lebih mungkin terkena pilek.
Meskipun pilek dapat membuat bayi menjadi tidak nyaman, namun ternyata hal tersebut bisa membantu bayi melindungi dirinya dari infeksi di masa mendatang. Pasalnya, pilek yang terjadi pada bayi akan membantu pembentukan antibodi pada bayi tersebut.
Namun, apabila Anda tidak menginginkan sang buah hati terserang pilek, beberapa cara yang dapat Anda lakukan, antara lain:
- Anda dapat mencegah bayi Anda terserang pilek dengan memberikan ASI eksklusif. Perlu Anda ketahui, proses menyusui adalah cara agar bayi terus menerima antibodi dari ibu. Salah satu antibodi yang akan diterima bayi adalah antibodi terhadap infeksi, seperti pilek. Hal ini merupakan cara terbaik untuk mencegah bayi terkena pilek.
- Mencuci tangan secara teratur dengan teknik yang tepat merupakan salah satu cara mencegah bayi terkena pilek. Seperti yang diketahui bahwa tangan merupakan perantara dari berbagai penyakit. Saat terpenting untuk mencuci tangan untuk mencegah penyakit pilek, yakni:
- Sebelum memegang atau menggendong bayi
- Setelah Anda bersin atau batuk
- Sebelum menyuapi bayi
-
Pastikan benda yang masuk ke mulut bayi bersih. Umur bayi masih terlalu kecil untuk dapat merangkak dan memungut benda untuk dimasukkan ke mulut. Namun beberapa benda, seperti ujung dot – untuk bayi dengan susu formula, dan puting ibu – untuk bayi yang mendapatkan ASI, bisa membawa virus yang menyebabkan bayi menjadi pilek. Pastikan benda yang akan masuk ke mulut bayi Anda sudah bersih.
Jauhkan bayi dari orang yang sedang sakit. Bukan hanya orang yang sedang sakit, namun pastikan juga orang yang akan memegang bayi sudah bersih. Orang yang sedang pilek tidak boleh memberi makan atau bersentuhan dengan bayi agar penyakit yang mereka derita tidak tertular ke bayi.
Tutup mulut Anda ketika batuk. Perlu Anda ketahui, pilek merupakan penyakit yang dapat menular lewat udara saat seseorang yang pilek sedang bersin atau batuk. Virus yang keluar dari orang yang pilek ketika ia bersin atau batuk dapat mendarat di permukaan benda apapun. Menutup hidung dan mulut dengan tisu ketika bersin ataupun batuk merupakan pilihan yang baik, namun Anda tetap harus mencuci tangan setelahnya.
Bayi berumur kurang dari 3 bulan yang terkena pilek lebih rentan terkena komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi telinga atau radang paru-paru (pneumonia). Beberapa gejala yang harus diwaspadai, yakni:
- Suhu >38oC
- Batuk terus-menerus, terutama bila bayi masih berusia di bawah 28 hari.
- Bayi terlihat kesulitan bernapas, contohnya:
- Napas cepat (normalnya 30-60 kali dalam semenit)
- Terdengar bunyi mengi ketika bernapas
- Napas menjadi jarang, atau bernapas dangkal
- Ketika bernapas, kulit sekitar sela iga terlihat tertarik ke dalam
- Kulit bayi berubah warna. Perhatikan apabila kulit lebih pucat di daerah mulut atau di bawah kuku.
- Bayi merintih.
- Bayi tidak merespon atau menjadi rewel, contohnya:
- Anda tidak bisa menenangkan bayi menangis
- Bayi sulit dibangunkan atau ketika dibangunkan tampak lesu. Namun, perlu diperhatikan bahwa bayi dapat tidur hinggai 16 jam setiap hari.
- Bayi malas atau bahkan tidak mau menetek
- Popok tidak penuh atau tidak basah dalam kurun waktu 8 jam.
- Terlihat kemerahan di kulit.
- Bayi muntah.
- Batuk hebat yang menyebabkan bayi muntah.
- Batuk ketika sedang diberi makan atau ketika menyusui.
- Leher bayi kaku.
- Terlihat nanah di tenggorokannya.
Apabila Anda menemukan kondisi di atas pada bayi Anda, segeralah bawa bayi Anda ke dokter terdekat agar bayi Anda dapat ditangani dengan segera.