Bayi baru lahir, utamanya bayi prematur, lebih rentan terhadap berbagai gangguan pernapasan. Itulah sebabnya, gangguan napas pada bayi baru lahir amat penting untuk dikenali dan diselidiki sejak dini.
Apa saja penyakit pernapasan yang rentan dialami bayi baru lahir? Berikut dijelaskan oleh dr. Arina Heidyana.
1. Apnea Prematuritas
Apnea prematuritas mengacu pada pernapasan yang melambat atau berhenti karena sebab apa pun. Kondisi tersebut mengacu pada jeda pernapasan pada bayi yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan atau kelahiran prematur.
Sebagian besar bayi prematur memiliki derajat apnea tertentu karena area otak yang mengontrol pernapasan masih berkembang. Ada beberapa penyebab apnea pada bayi baru lahir, yakni:
- Area otak dan jalur saraf yang mengontrol pernapasan masih berkembang.
- Otot-otot yang menjaga jalan napas terbuka lebih kecil dan tidak sekuat di kemudian hari.
Pola pernapasan pada bayi apnea ditandai dengan episode pernapasan pendek sekitar 3 detik dari pernapasan dangkal atau pernapasan berhenti.
Episode ini diikuti oleh periode pernapasan teratur yang berlangsung selama 10-18 detik.
Artikel Lainnya: Jaga Anak dari Gangguan Pernapasan dengan Cukup Tidur
Episode apnea yang berlangsung lebih dari 20 detik dianggap serius. Bayi mungkin juga mengalami penurunan detak jantung dan penurunan tingkat oksigen.
Bayi yang dalam keadaan sehat dan terkadang mengalami episode minor akan sembuh dengan sendirinya.
Dokter akan menyarankan ibu untuk memberikan rangsangan dengan memberikan sentuhan lembut selama periode sampai pernapasan bayi kembali normal.
Selain itu, bayi prematur yang mengalami apnea sedang perawat atau dokter akan memberikan kafein untuk membantu membuat pola pernapasan mereka lebih teratur.
Terkadang, perawat akan mengubah posisi bayi, menggunakan alat pengisap untuk mengeluarkan cairan atau lendir dari mulut dan hidung, atau menggunakan kantong dan masker untuk membantu pernapasan. Pada kasus ekstrem, dokter dapat memasangkan ventilator.
2. Bronchopulmonary Dysplasia
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir selanjutnya adalah bronchopulmonary Dysplasia (BPD). Ini adalah masalah paru-paru serius yang menyerang bayi baru lahir. BPD kebanyakan menyerang bayi baru lahir prematur yang membutuhkan terapi oksigen.
“BPD itu gangguan pernapasan kronis, biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang menggunakan alat bantu napas dalam jangka waktu lama,” ucap dr. Arina.
Artikel Lainnya: Bagaimana Bayi Bernapas dalam Rahim?
BPD kebanyakan dialami bayi yang lahir lebih dulu 10 minggu sebelum tanggal perkiraan lahir. Biasanya, bayi dengan kondisi ini memiliki berat kurang dari 2 pon saat lahir, dan punya masalah pernapasan.
Beberapa bayi baru lahir mungkin memerlukan oksigen jangka panjang atau bantuan pernapasan dari mesin nasal continuous positive airway pressure (NCPAP), ventilator, dan obat-obatan seperti bronkodilator.
Mereka mungkin terus mengalami masalah pernapasan selama masa kanak-kanak dan bahkan hingga dewasa.
Orangtua dapat membantu mengurangi risiko komplikasi BPD dengan mendorong kebiasaan makan yang sehat dan nutrisi yang baik.
Sebisa mungkin, bayi dengan BPD dihindarkan dari asap rokok dan paparan zat yang bisa memicu iritasi paru-paru lainnya.
3. Meconium Aspiration Syndrome (MAS)
Dilansir dari National Heart, salah satu gangguan pernapasan pada bayi baru lahir adalah meconium aspiration syndrome (MAS).
Mekonium adalah feses awal yang dikeluarkan bayi segera setelah lahir, sebelum mulai menyusu dan mencerna.
Artikel Lainnya: Jenis dan Fungsi Alat Bantu Pernapasan yang Sering Digunakan Medis
Dalam beberapa kasus, bayi mengeluarkan mekonium saat masih di dalam rahim. Hal ini bisa terjadi saat bayi mengalami stres akibat penurunan suplai darah dan oksigen. Kondisi tersebut sering terjadi karena masalah pada plasenta atau tali pusat.
Begitu bayi memasukkan mekonium ke dalam cairan ketuban di sekitarnya, mereka dapat menghirupnya ke paru-paru.
Akibatnya, dapat terjadi masalah pernapasan karena pembengkakan atau peradangan di paru-paru bayi setelah lahir. Mekonium juga dapat memblokir saluran udara bayi segera setelah lahir.
Jika dokter menemukan jejak mekonium dalam cairan ketuban tapi bayi yang lahir tetap aktif dan menangis, bisanya tidak diperlukan pengobatan. Namun, jika bayi tidak menangis, dokter dapat memberikan beberapa perawatan khusus.
Bayi akan dapat ditempatkan di ruang perawatan khusus atau unit perawatan intensif. Ruangan ini dikhususkan untuk menghangatkan tubuh dan mempertahankan suhu normal bayi.
Jika bayi tidak bernapas atau detak jantungnya rendah, dokter akan membantu bayi bernapas dengan menggunakan masker wajah yang ditempelkan pada kantong yang mengalirkan campuran oksigen untuk mengembang paru-paru bayi.
Artikel Lainnya: Pentingnya Vitamin C untuk Kurangi Gangguan Pernapasan
Perawatan lain mungkin termasuk:
- Antibiotik untuk mengobati kemungkinan infeksi.
- Mesin pernapasan (ventilator) jika bayi tidak dapat bernapas sendiri atau membutuhkan oksigen ekstra dalam jumlah besar.
- Oksigen untuk menjaga kadar darah tetap normal.
- Nutrisi intravena (IV), nutrisi melalui pembuluh darah jika masalah pernapasan membuat bayi tidak bisa menyusu melalui mulut.
- Radiant warmer untuk menjaga suhu tubuh.
- Surfaktan untuk membantu paru-paru menukar oksigen. Cara ini hanya digunakan pada kasus yang lebih parah.
- Nitric oxide disebut juga NO, atau gas yang dihirup untuk membantu aliran darah dan pertukaran oksigen di paru-paru. Cara ini hanya digunakan pada kasus yang parah.
4. Pulmonary Arterial Hypertension (PAH)
Hipertensi pulmonal terjadi ketika tekanan di pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke paru-paru lebih tinggi dari biasanya. Salah satu jenis hipertensi pulmonal adalah pulmonary arterial hypertension (PAH).
Gangguan napas pada bayi baru lahir ini dapat terjadi dengan sendirinya atau disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain. Namun, penyebab umum PAH adalah penyakit jantung kiri.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipertensi pulmonal pada bayi baru lahir adalah penyakit sel sabit, emboli paru, yang merupakan jenis tromboemboli vena, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Meningkatnya tekanan di pembuluh darah paru-paru membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti gangguan pernapasan pada bayi baru lahir.
Artikel Lainnya: Perbedaan Sesak Napas karena Virus Corona dan Asma
Jika tidak segera ditangani, tekanan yang meningkat dapat merusak jantung. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius atau mengancam jiwa, seperti gagal jantung dan aritmia (gangguan irama jantung).
Jika bayi didiagnosis hipertensi pulmonal, dokter akan menentukan rencana perawatan berdasarkan penyebab penyakitnya.
Dokter mungkin merekomendasikan untuk untuk orangtua menerapkan gaya hidup, konsumsi makanan yang bergizi seimbang, olahraga teratur yang bertujuan untuk menjaga gejala untuk tidak lebih buruk.
5. Pneumonia Neonatal
Pneumonia adalah infeksi yang menyerang satu atau kedua paru-paru. Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir tersebut menyebabkan kantong udara paru-paru terisi dengan cairan atau nanah. Bakteri, virus, atau jamur dapat menyebabkan pneumonia.
"Pneumonia neonatal itu penyakit radang paru pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh infeksi. Entah itu karena ketuban pecah dini, ibu menderita infeksi tertentu saat hamil, atau karena perawatan lama di rumah sakit," ucap dr. Arina.
Gejala dapat berkisar dari ringan hingga serius dan mungkin termasuk batuk dengan atau tanpa lendir, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.
Perawatan untuk pneumonia mungkin termasuk antibiotik atau obat virus atau jamur. Mungkin perlu waktu beberapa minggu untuk pulih dari pneumonia. Jika gejala pneumonia pada bayi makin parah, mungkin akan diberikan antibiotik yang diberikan melalui jalur intravena dan terapi oksigen.
6. Transient Tachypnea Neonatal (TTN)
Transient tachypnea neonatal (TTN) adalah gangguan pernapasan yang terlihat segera setelah melahirkan pada bayi prematur atau prematur terlambat. TTN disebabkan oleh bayi tidak dapat beradaptasi dengan baik setelah dilahirkan.
Artikel Lainnya: Penyebab Sesak Napas Setelah Makan
Saat bayi tumbuh di dalam rahim, paru-paru membuat cairan khusus. Cairan ini mengisi paru-paru bayi dan membantunya tumbuh. Saat bayi lahir, hormon yang dilepaskan selama persalinan “memberitahu” paru-paru untuk berhenti membuat cairan khusus ini.
Beberapa napas pertama bayi setelah dilahirkan akan mengisi organ paru-paru dengan udara, serta bantu membersihkan cairan paru-paru yang tersisa. Cairan yang tersisa di paru-paru dapat menyebabkan bayi bernapas dengan cepat.
Faktor risiko TTN pada bayi antara lain:
- Lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu.
- Persalinan dengan operasi caesar.
- Lahir dari ibu penderita diabetes atau asma.
- Bayi kembar.
- Bayi berjenis kelamin laki-laki.
Bayi baru lahir dengan TTN mengalami masalah pernapasan segera setelah lahir, biasanya 1-2 jam.
Gejalanya antara lain warna kulit kebiruan (sianosis), napas cepat atau suara seperti mendengus, serta lubang hidung melebar atau gerakan di antara tulang rusuk atau tulang dada.
Untuk menanganinya, dokter biasanya akan memberikan oksigen untuk menjaga tingkat oksigen darah tetap stabil. Sebagian besar bayi dengan TTN membaik dalam waktu kurang dari 24-48 jam, tapi sebagian bayi akan membutuhkan bantuan selama beberapa hari.
Artikel Lainnya: Berbagai Cara Alami untuk Mengatasi Sesak Napas Karena Asma
7. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Masalah respiratory distress syndrome (RDS) cenderung dialami bayi prematur. "RDS itu gangguan pernapasan berat pada bayi baru lahir.
Penyebabnya karena kurangnya cairan yang dibuat paru-paru untuk membuat saluran udara tetap terbuka," ucap dr. Arina.
Surfaktan adalah cairan yang berfungsi untuk melapisi bagian dalam paru-paru. Cairan ini membantu bayi dapat menghirup udara begitu mereka lahir.
Itulah tujuh gangguan napas pada bayi baru lahir. Jika Anda memiliki pertanyaan lain seputar kesehatan, Anda dapat memanfaatkan layanan LiveChat di aplikasi Klikdokter untuk berkonsultasi dengan dokter langsung.
(HNS/AYU)