Membarut atau membungkus bayi baru lahir dengan kain bedong atau lebih akrab disebut bedong (atau disebut juga bedung), banyak memberikan manfaat. Selain membantu bayi beradaptasi setelah dilahirkan, hal ini juga merupakan salah satu cara untuk menenangkan bayi ketika sulit tidur.
Teknik bedong bayi ini dapat membuat si Kecil Anda merasa nyaman dan hangat seperti di dalam rahim ibu. Sebab, sewaktu di dalam kandungan, bayi sudah terbiasa dengan posisi meringkuk dengan ruangan yang sempit.
Selain itu, pada bayi terdapat refleks alami yang dinamakan refleks moro, yakni respon tiba-tiba pada bayi yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Teknik bedong bayi yang tepat dapat membuat si Kecil merasa tenang saat mengalami refleks tersebut. Jika bayi asal dibedong, efeknya bisa berbahaya.
Dampak bedong bayi yang tidak tepat
Berbagai manfaat dari bedong bayi hanya dapat diperoleh bila teknik bedong dilakukan dengan benar. Jadi, Anda perlu berhati-hati saat membarut si Kecil dengan kain. Kesalahan teknik bedong dapat mendatangkan bahaya seperti:
1. Posisi panggul bayi bergeser
Jika bedong terlalu ketat, bayi berisiko mengalami dysplasia panggul, yaitu posisi panggul bergeser dan tidak sejajar satu sama lainnya. Hal ini biasanya terjadi saat kaki dipaksa dirapatkan dan diluruskan saat dibedong. Sebaiknya berikan ruang gerak pada kaki bayi agar panggulnya dapat bergerak bebas.
Alasan membedong agar kaki bayi tidak bengkok sudah terbukti tidak benar lewat penelitian. Faktanya, semua bayi lahir dengan kedua tumit saling mendekat dan kedua lutut saling menjauh.
Hal ini dikarenakan di dalam kandungan kaki bayi sering berada dalam posisi bengkok dan menyilang satu sama lainnya. Seiring dengan perkembangan usia bayi, kakinya akan menjadi lurus.
2. Sindrom kematian mendadak pada bayi
Sindrom kematian mendadak pada bayi adalah suatu keadaan dimana bayi yang dalam keadaan sehat meninggal dunia dengan tiba–tiba tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini sering terjadi saat bayi tertidur, apalagi bila bayi dibedong lalu diletakkan di tempat tidur dengan posisi miring atau ditelungkupkan.
Selain itu, jika bedong terlalu ketat, bayi akan susah bernapas atau tercekik saat tidur. Sebaliknya, pembedongan yang terlalu longgar juga dapat memicu risiko kematian mendadak saat kain bedongan menutupi mulut dan hidung bayi.
Kapan sebaiknya bedong bayi dihentikan?
Membedong bayi secara terus-menerus ternyata bisa membahayakan kesehatan bayi. Maka sebagai orang tua, Anda perlu mengetahui kapan bedong bayi harus dihentikan. Berikut ini adalah tanda-tanda Anda perlu melepaskan bedong dari tubuh si Kecil:
- Saat si Kecil mulai aktif bergerak. Biasanya, usia 3-4 bulan bayi Anda mulai rutin bergerak ke samping kiri dan kanan atau mulai bisa berguling. Jika sudah demikian, Anda dapat menghentikan pembedongan agar si Kecil dapat bebas bergerak dan perkembangan motorik kasarnya berjalan dengan baik.
- Bayi terus memberontak saat dibedong. Hal ini menandakan bayi Anda sudah tidak nyaman dengan kondisi tersebut dan ingin bebas bergerak.
Jadi, pembedongan pada bayi boleh dilakukan, asal disesuaikan dengan kondisi perkembangan bayi. Selain itu, sebelum membedong si Kecil, lakukan latihan terlebih dahulu hingga Anda dapat membedong dengan benar. Sebab. teknik bedong yang salah bisa membahayakan nyawa bayi. Agar si Kecil nyaman saat dibedong, gunakan kain jenis katun yang lembut di kulit.
[NP/ RVS]