Memiliki bayi yang gemuk bisa jadi adalah kebanggaan tersendiri bagi orang tua karena dianggap sehat dan menggemaskan. Padahal, bayi montok dengan pipi tembam serta tangan dan kaki berlipat bisa jadi ia mengalami obesitas yang dapat membahayakan kesehatan bayi hingga ia dewasa kelak.
Lemak memang dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. Namun, bukan berarti bayi gemuk – bahkan hingga obesitas – adalah hal yang baik. Perlu Anda ketahui bahwa bayi yang mengalami obesitas berisiko untuk tetap mengalami obesitas hingga usia anak-anak dan dewasa. Tentu saja kondisi obesitas ini bisa meningkatkan risiko penyakit serius seperti diabetes, jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), sendi, kanker, dan stroke.
Berbagai penyebab bayi obesitas
Bayi yang obesitas bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti di bawah ini:
-
Keturunan
Obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Studi membuktikan bahwa bayi obesitas lebih sering dialami oleh ibu yang sudah obesitas sebelum hamil. Pola makan juga biasanya menjadi kebiasaan dalam keluarga, sehingga kemungkinan besar obesitas terjadi pada satu keluarga.
-
Ibu mengalami diabetes gestasional
Ibu yang mengalami diabetes gestasional, yaitu diabetes yang terjadi pada masa kehamilan, kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir berlebih hingga di atas 4 kg. Kelak, bayi tersebut akan berisiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas. Selain itu, kondisi diabetes gestasional juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi kehamilan lainnya. Kontrol secara rutin ke dokter kandungan sangat penting agar bayi dapat terhindar dari risiko obesitas.
-
Ibu hamil mengalami kenaikan berat badan berlebih
Studi juga membuktikan bahwa bayi obesitas lebih sering terjadi pada ibu hamil yang mengalami kenaikan berat badan terlalu signifikan. Oleh sebab itu, penting untuk membatasi kenaikan berat badan yang terjadi ketika hamil. Konsumsilah makanan yang sehat dan bergizi ketika hamil. Usahakan kenaikan berat badan sekitar 11,5-16 kg untuk Anda yang memiliki indeks masa tubuh normal.
-
Bayi tidak diberi ASI eksklusif
Memberikan ASI ekskusif memiliki banyak sekali manfaat baik bagi ibu maupun sang bayi. Studi sudah membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif secara langsung akan menurunkan risiko bayi obesitas, sedangkan pemberian susu formula akan berisiko overfeeding.
-
Pemberian makanan padat terlalu dini
Biasanya, makanan pendamping ASI (MPASI) dimulai sejak bayi berusia 6 bulan. Namun, ada saja ibu yang bandel memberikan MPASI ke bayi lebih dini. Ketahuilah bahwa pemberikan makanan padat sebelum usia 4 bulan akan meningkatkan risiko obesitas. Berikan MPASI pada saat usia 4-6 bulan ketika bayi sudah siap.
-
Terlalu sering mengandalkan camilan
Biasanya, bayi menyukai camilan yang dapat membantunya tenang. Tak jarang para orang tua mengandalkan pemberian camilan pada bayi, apalagi saat ia rewel, tak mau diam, dan tidak makan MPASI yang sudah disiapkan. Jika ini tidak diatasi, kebiasaan ini dapat menyebabkan obesitas pada bayi.
-
Kurang gerak
Aktivitas fisik pada bayi seperti mengangkat leher, miring ke kanan atau kiri, tengkurap, membalikkan badan, merangkak, berdiri dan merambat, berjalan termasuk aktivitas yang dapat membakar kalori. Membiasakan anak diam dengan membuatnya menyaksikan tayangan animasi lucu, berakibat mengurangi aktivitas gerak bayi. Bayi pun berisiko mengalami obesitas. Oleh karena itu, jangan malas untuk melatih bayi sering bergerak agar terhindar dari obesitas.
Kondisi obesitas pada bayi bisa diakibatkan oleh berbagai hal. Apa pun itu, Anda sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap kesehatan bayi hingga ia besar. Hindari faktor risiko di atas sehingga bayi tak mengalami obesitas, karena akan membuatnya berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan.
[RN/ RVS]