Sebagian bayi prematur memerlukan alat bantu pernapasan untuk bisa bertahan hidup. Alat ini mesti digunakan dengan sangat hati-hati, karena berpotensi menimbulkan cedera paru yang disebut Bronchopulmonary dysplasia (BPD).
Lantas, bagaimana mungkin penggunaan alat bantu pernapasan tersebut bisa menyebabkan BPD? Adakah cara mengatasi bronchopulmonary dysplasia pada bayi? Yuk, cari tahu.
Penyebab Bronchopulmonary Dysplasia pada Bayi
Melansir Nemours KidsHealth, bronchopulmonary dysplasia bukanlah penyakit akibat cacat lahir. Penyakit ini hanya bisa terjadi akibat penggunaan alat bantu napas, seperti ventilator, pada bayi prematur.
Artikel Lainnya: Seperti Apa Frekuensi Napas Bayi yang Normal?
Ventilator mekanik bekerja memompa oksigen ke dalam paru-paru melalui tabung yang dimasukkan ke dalam tenggorokan bayi. Mesin tersebut mengandalkan tekanan untuk memindahkan udara ke dalam paru-paru bayi yang masih kaku dan belum berkembang.
Karena paru-paru bayi belum dapat berfungsi dengan optimal, hal tersebut dapat meregangkan alveoli (alveolus)—tempat bertukarnya oksigen dan karbon dioksida.
Paru-paru bayi yang belum mampu mengakomodasi tekanan oksigen dari ventilator dapat mengalami peradangan berupa pembengkakan dan iritasi. Hal tersebut juga meningkatkan risiko pembentukan jaringan parut, sehingga paru-paru tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Diagnosis Bronchopulmonary Dysplasia pada Bayi
Melansir dari Cincinnati Children Hospital, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menegakkan diagnosis Bronchopulmonary dysplasia pada bayi:
- Seberapa prematur bayi Anda lahir?
- Sudah berapa lama bayi membutuhkan alat bantu pernapasan?
- Adakah gejala atau keluhan yang muncul?
Guna memastikan diagnosis BPD pada bayi, dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
- Rontgen dada, CT scan, atau MRI. Tes ini untuk melihat apakah paru-paru bayi prematur tumbuh sebagaimana mestinya.
- Tes darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta memastikan infeksi yang terjadi.
- Echocardiogram. Tes ini untuk melihat kondisi jantung dan mencari tahu ada/tidaknya masalah terkait organ tersebut yang membuat bayi kesulitan bernapas.
- Pulse-oximetry. Tes ini untuk mengecek kadar oksigen dalam darah secara berkala.
Artikel Lainnya: Laringomalasia, Penyebab Napas Berbunyi pada Bayi
Cara Mengatasi Bronchopulmonary Dysplasia pada Bayi
Pengobatan BPD berfokus pada pemberian nutrisi yang tepat dan seimbang guna membantu paru-paru bayi untuk tumbuh dan berkembang.
“Hal yang bisa dilakukan dokter, yaitu pemberian obat dan oksigen,” kata dr. Sara Elise Wijono, M Res.
“Sedangkan hal yang bisa dilakukan orang tua adalah kontrol rutin setelah anak boleh pulang dan memastikan si kecil terlindungi dari penyakit infeksius dengan mengikuti program vaksinasi lengkap,” sambungnya.
Orang tua bisa melakukan antisipasi untuk mencegah buah hatinya mengalami BPD. Salah satu caranya dengan menjaga kondisi kehamilan agar tetap sehat. Dengan demikian, bayi terhindar dari kelahiran prematur.
“Lakukan antenatal care secara rutin, terapkan gaya hidup maupun pola makan sehat, serta jauhi rokok dan alkohol. Konsumsi juga obat infeksi semasa hamil apabila diperlukan atau disarankan oleh dokter,” pungkasnya.
Penggunaan alat bantu napas pada bayi prematur dapat meningkatkan risiko Bronchopulmonary dysplasia. Cegah kondisi ini dengan menjaga kesehatan selama kehamilan, agar tak terjadi kelahiran prematur.
Apabila ada pertanyaan mengenai bronchopulmonary dysplasia atau kondisi lain terkait kehamilan dan persalinan, Anda bisa chatting langsung dengan dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi Klikdokter.
(NB/JKT)