Kesehatan Bayi

Mengenal Kriptorkidisme, Kelainan Testis pada Anak Laki-laki

Tamara Anastasia, 05 Feb 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pernah mendengar kriptorkidisme? Ini adalah kondisi kelainan testis pada bayi laki-laki. Apa penyebab kriptorkidisme dan bagaimana penanganannya?

Mengenal Kriptorkidisme, Kelainan Testis pada Anak Laki-laki

Kabar sedih datang dari aktris peran Oki Setiana Dewi. Anak keempat Oki yang lahir pada November 2020 lalu didiagnosis mengalami kriptorkidisme, yakni undescended testicle alias testis yang belum turun.

Dikutip dari berbagai sumber, kakak Ria Ricis tersebut menjelaskan, pada kasusnya tersebut, bayi laki-laki lahir dengan penis, tapi tanpa testis.

Mengapa kelainan testis pada bayi ini bisa terjadi? Bagaimana pula kondisi kriptorkidisme diobati? Berikut penjelasannya.

1 dari 2

Apa Penyebab Kriptorkidisme? 

Dokter Sepriani Timurtini Limbong mengatakan kriptorkidisme adalah kondisi di mana testis tidak turun ke skrotum (kantong buah zakar). Biasanya, kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua testis.

Pada umumnya, kriptorkidisme tidak menyebabkan rasa nyeri, tapi bisa mengganggu kesehatan penderitanya, termasuk masalah infertilitas dan kanker testis

Dalam kondisi normal, testis akan dibentuk dan berkembang di dalam rahim dan terjadi pada dua fase. Tahap pertama ketika di awal kehamilan, di mana testis akan terbentuk di rongga perut yang dipengaruhi oleh hormon androgen.

Artikel lainnya: Awas, Merokok Bisa Picu Kanker Testis

Fase kedua dimulai lagi pada usia kandungan 7 bulan. Pada tahap tersebut, testis yang sudah terbentuk akan turun secara bertahap dari rongga perut menuju ke selangkangan skrotum.

Nah, bayi yang memiliki masalah kriptorkidisme rentan mengalami gangguan pada fase kedua ini. Artinya, testis yang tadinya sudah terbentuk dengan sempurna akan mengalami keterlambatan penurunan.

Jadi, testis tidak turun dengan normal, tapi tetap berada di saluran inguinal, yakni jalan dari rongga perut menuju skrotum.

“Seorang anak yang memiliki Kriptorkidisme, testisnya tidak akan teraba di skrotum saat lahir. Penyakit yang satu ini juga bisa diketahui dari hasil pemeriksaan fisik oleh dokter,” tutur dr. Sepriani.

“Apabila dokter melihat bahwa kedua testis belum turun dengan sempurna pada waktunya, hal ini akan dicurigai sebagai Kriptorkidisme,” jelasnya. 

Artikel Lainnya: Ukuran Testis Berbeda, Haruskah Khawatir?

Lantas, apa yang penyebab kriptorkidisme? Berikut penjelasan dr. Sepriani:

  • Lahir Prematur 

Normalnya, bayi akan berada di kandungan selama 9 bulan. Namun, bayi prematur akan lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu.

Proses penurunan testis baru saja dimulai pada usia janin sekitar 7 bulan. Namun, karena bayi harus lahir lebih cepat, proses ini terganggu. 

  • Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir rendah juga jadi penyebab lain seorang bayi bisa mengalami kriptorkidisme.

“Seorang bayi yang dinyatakan BBLR biasanya memiliki berat badan kurang dari 2,5 kilogram. Sedangkan normalnya, bayi akan memiliki berat 2,5 sampai 3 kilogram,” ujar dr. Sepriani. 

Bayi dengan berat badan yang rendah lebih rentan mengalami infeksi penyakit, kelahiran prematur, dan berisiko mengalami banyak gangguan kesehatan lainnya. 

  • Riwayat Keluarga dengan Kondisi Serupa 

Memiliki keluarga dengan kondisi serupa juga bisa jadi penyebab lainnya seorang anak menderita kriptorkidisme.

Tapi jangan dibawa pusing dulu, selalu konsultasikan kesehatan pada dokter kandungan guna mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. 

Artikel lainnya: Pentingnya Deteksi Dini Kanker Testis

2 dari 2

Bagaimanakah Pengobatan Kriptorkidisme?

Untuk mendiagnosis kondisi kriptorkidisme, dokter akan memeriksa testis bayi yang baru lahir secara prematur. Pemeriksaan penunjang akan jarang dilakukan karena dokter bisa memeriksa ada tidaknya testis dengan metode perabaan.

Selanjutnya, jika testis tidak bisa dirasakan, pemeriksaan melalui MRI atau USG juga bisa dilakukan. 

Untuk pengobatan, bayi dengan kriptorkidisme akan menjalani terapi. Terapi ini meliputi orkidopeksi yang berfungsi untuk memindahkan testis ke area skrotum.

Selain itu, terapi hormon juga mungkin akan dilakukan dengan menyuntikkan hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang proses turunnya testis. Berbagai macam pengobatan untuk kriptorkidisme ini akan dilakukan setelah bayi berusia 6 bulan dan di bawah 12 bulan. 

Jangan ketinggalan informasi seputar kesehatan bayi dan nutrisi penunjangnya dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

Kesehatan Bayi
Kesehatan Reproduksi