Kesehatan Bayi

Mitos Soal Otak Bayi yang Tak Perlu Anda Percaya

Tri Yuniwati Lestari, 23 Okt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Banyak di mitos yang menyebar di masyarakat mengenai perkembangan otak bayi. Berikut beberapa mitos tentang otak bayi yang perlu ibu ketahui.

Mitos Soal Otak Bayi yang Tak Perlu Anda Percaya

Ada banyak isu berkembang mengenai dos and don’ts seputar otak bayi. Salah-salah, perkembangan otak bayi disebut-sebut tidak akan berjalan baik dan optimal.

Hal inilah yang membuat sebagian ibu menjadi ragu dan terpengaruh pada larangan-larangan seputar perawatan bayi. Agar Anda tidak ikut terjebak pada anjuran menyesatkan, berikut mitos otak bayi yang perlu orangtua ketahui.

1. Mengajak Bayi Bermain atau Berbicara Tidaklah Memiliki Manfaat

Banyak anggapan di masyarakat bahwa mengajak anak bayi bermain atau berbicara tidak akan memiliki manfaat untuk otak mereka. Pasalnya, otak bayi dinilai belum berkembang dengan sempurna.

Namun, dijelaskan dr. Devia Irine Putri, perkembangan otak bayi terjadi sejak dalam kandungan hingga sekitar 2 tahun usia pertama kehidupan anak. Rentang usia tersebut disebut dengan 1.000 hari periode emas. 

“Setelah lahir, orangtua mengajak stimulasi, misalnya bermain bersama. Hal tersebut adalah salah satu cara membantu mengoptimalkan fungsi sel sel otak anak. Melatih anak juga untuk jadi berpikir kritis dan mengenal problem solving,” ucap dr. Devia.

Artikel Lainnya: Mitos Seputar Anak Kembar yang Tak Perlu Dipercaya

1 dari 2

2. Jika Orangtua Tidak Pintar, Anak Juga Tidak Pintar 

Mitos otak bayi selanjutnya adalah kecerdasan anak adalah diwariskan. Dianggap, kecerdasan anak ada dan berasal dari dalam gen. Dengan kata lain, tingkat intelegensia orangtua akan berpengaruh pada kecerdasan anak.  

Selain itu, mereka yang percaya akan mitos ini juga berasumsi bahwa lingkungan, pengasuhan, atau kerja keras mengasuh anak merupakan hal yang sia-sia. Hal-hal tersebut tidak dapat memengaruhi kecerdasaan anak. Bagaimana faktanya?

Richard Nesbitt, profesor psikologi di University of Michigan, menampik mitos ini. Dia mengumpulkan penelitian yang menunjukkan bahwa kecerdasan manusia hampir fleksibel tanpa batas.

“Perkembangan otak harus dibantu dengan stimulasi, tidak bisa didiamkan saja. Harus ada interaksi dengan anak, misalnya bermain bersama dan berbicara. Jadi, tidak berkembang secara genetik,” ucap dr. Devia.

Penelitian menunjukkan, bayi yang mendapat lebih banyak jenis interaksi positif dan penuh kasih dari orangtua, memiliki kosakata yang lebih banyak.

Mereka juga berprestasi lebih baik di sekolah dan bahkan memiliki masa depan yang lebih sukses.

3. Mendengarkan Mozart Bisa Membuat Bayi Pintar

Dewasa ini, acap kita temukan orangtua memperdengarkan lagu Mozart sejak bayi masih di dalam kandungan sampai tahun pertama kehidupannya. Mendengarkan lagu-lagu Mozart dinilai dapat membuat bayi terlahir lebih cerdas. 

Penelitian pada tahun 1993 di University of California memang sempat menunjukkan bahwa setelah mendengarkan sonata Mozart selama 10 menit, skor IQ siswa meningkat 8-9 poin dan bertahan selama 10-15 menit. 

Namun, temuan tersebut telah dibantah oleh satu studi yang dipimpin Kenneth Steele, profesor psikologi di Appalachian State University.

Pada penelitian yang lebih besar tersebut, Steele tidak menemukan efek mozart pada kecerdasan anak. 

Artikel Lainnya: 4 Mitos tentang Tidur Bayi yang Perlu Bunda Tahu

2 dari 2

4. Pembelajaran Sebenarnya Dimulai Saat Anak Mulai Masuk Prasekolah

Prasekolah dan taman kanak-kanak dipandang sebagai awal dari pendidikan formal untuk anak. Padahal, orangtua adalah guru pertama dan terpenting bagi si kecil.

Permainan sederhana seperti peek-a-boo bisa menjadi momen pembelajaran untuk si kecil. Membacakan anak buku cerita juga efektif untuk stimulasi otak anak, bahkan sejak masih bayi. 

Studi menunjukkan, mendorong komentar dan tanggapan anak saat orangtua bercerita dapat mempercepat perkembangan bahasanya.

Jadi ketika Anda sedang membacakan cerita, cobalah ajukan pertanyaan seperti “Di mana burung itu?” dan “Apa yang adek suka di halaman ini?” untuk membantu melibatkan mereka dalam belajar. 

Membaca juga merupakan aktivitas ikatan yang kuat antara anak dan orangtua. Ketika membacakan buku cerita untuk si kecil, Anda sedang membangun hubungan sosial-emosional antara anak dan ibu.

5. Jika Ingin Anak Cerdas, Anda Harus Membeli mainan Edukatif

Mainan edukatif memang baik, tapi bukan menjadi syarat mutlak. Bahkan, tidak ada bukti bahwa mainan edukasi yang mahal membuat perbedaan dalam perkembangan otak bayi.

Permainan edukasi sering dapat merangsang anak secara berlebihan, tapi tidak membuatnya lebih pintar. 

Meskipun menyenangkan memiliki berbagai mainan yang menarik dan penuh warna di rumah, mainan terbaik untuk si kecil adalah orangtua mereka sendiri.

Artikel Lainnya: Bunda Jangan Bingung Lagi, Ini Mitos dan Fakta dalam Merawat Bayi

Berbicara, membaca, dan juga bernyanyi untuk anak adalah kegiatan paling efektif yang dapat dilakukan orangtua. 

Bawa anak-anak berjalan-jalan dengan kereta dorongnya. Kemudian ajak bicara dengan menunjukan mobil, hewan, dan pepohonan di sepanjang jalan. 

Itulah tadi beberapa mitos mengenai otak bayi yang perlu ibu ketahui. Daripada percaya pada hal-hal yang salah, lebih baik berikan bayi waktu bermain dan stimulasi yang optimal agar tumbuh kembangnya bisa maksimal.

Sampaikan pertanyaan seputar tumbuh kembang anak dengan layanan Live Chat dari aplikasi Klikdokter.

(HNS/AYU)

Mitos
Anak
Tumbuh kembang