Kita tahu betapa berbahayanya paparan nikotin dari aktivitas merokok. Ya, rokok terus menjadi momok menakutkan bagi banyak orang, baik perokok aktif maupun pasif. Bahkan, paparan nikotin pada bayi ternyata bisa sebabkan gangguan pendengaran.
Para perokok pasti akrab sekali dengan zat kimia bernama nikotin. Bersamaan dengan tar yang terkandung dalam rokok yang diisap, nikotin sangat berbahaya.
Apa Itu Nikotin dan Bahayanya?
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter, nikotin adalah senyawa kimia organik kelompok alkaloid yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Zat ini secara alami dapat dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan.
Efek dari nikotin membuat penggunanya merasakan sensasi relaks. Setelah diserap oleh tubuh, akan memberikan rangsangan ke otak untuk menghasilkan endorfin.
"Ini adalah hormon yang dapat meringankan efek dari rasa sakit, memberi rasa tenang, dan nyaman. Selain itu, nikotin yang diserap tubuh juga akan memicu produksi dopamin. Hormon ini dapat meningkatkan konsentrasi, semangat, dan rasa percaya diri," ujar dr. Dyah Novita.
Artikel Lainnya: Bahaya Merokok atau Menghirup Asap Rokok Saat Hamil
Nikotin bersifat adiktif, sedangkan tar bersifat karsinogenik. Keduanya bisa mendatangkan dampak buruk bagi kesehatan. Apalagi bila terpapar secara terus-menerus dalam waktu lama.
Dalam satu batang rokok, jumlah nikotin yang masuk ke tubuh kurang lebih sebanyak satu miligram. Saat rokok diisap dan asapnya masuk ke paru-paru, nikotin akan berpindah lewat alveoli.
Ini adalah bagian dari paru-paru yang berupa kantung tempat pertukaran antara udara bersih dan kotor.
"Setelah itu, nikotin akan menuju sistem peredaran darah. Dengan durasi waktu tidak lebih dari 15 detik, sudah sampai ke otak," kata dr. Dyah Novita.
Artikel Lainnya: Bahaya Asap Rokok Bagi Bayi dan Balita
Bahaya Nikotin bagi Pendengaran Bayi
Ya, kita sudah sama-sama tahu bahaya dari nikotin. Sudah sangat banyak imbauan untuk berhenti merokok, atau jangan sampai menjadi perokok pasif.
Sayangnya, sampai sekarang itu hanyalah sekadar imbauan. Masih banyak yang merokok. Bahkan, berani merokok di dekat bayi. Padahal, itu jelas membahayakan kesehatan bayi!
Menurut salah satu penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Physiology, paparan nikotin, sebelum dan sesudah kelahiran, dapat menyebabkan anak mengalami masalah pendengaran karena perkembangan abnormal pada batang otak pendengaran.
Paparan nikotin selama kehamilan sebelumnya telah terbukti merusak perkembangan otak janin.
Ibu yang merokok, mengisap vape, atau terapi penggantian nikotin memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur, penurunan berat badan lahir anak, dan peningkatan angka kematian bayi mendadak.
Penelitian ini melaporkan bahwa untuk pertama kalinya batang pendengaran (area otak yang berperan menganalisis pola suara) dapat berkembang secara tidak normal pada anak ketika ibu hamil terpapar nikotin sebelum dan setelah melahirkan.
Anak-anak dengan gangguan fungsi batang otak pendengaran juga cenderung mengalami kesulitan belajar dan masalah dengan perkembangan bahasa.
Artikel Lainnya: Awas, Anak Bisa Terserang Pneumonia Gara-Gara Orang Tua Merokok
Penelitian ini pernah diuji coba pada tikus. Mereka menambahkan nikotin ke dalam air minum tikus hamil untuk mencapai tingkat nikotin darah yang mirip dengan perokok berat manusia.
Kemudian, anak-anak tikus itu terpapar nikotin sebelum kelahiran dan melalui ASI sampai mereka berusia tiga minggu, yaitu usia yang kira-kira setara dengan anak-anak sekolah dasar.
Para ilmuwan kemudian menganalisis otak tikus dengan mengukur firing properties dan kemampuan sinyal neuron mereka. Hasil ini dibandingkan dengan kelompok tikus hamil tanpa paparan nikotin.
Hasilnya, neuron yang mendapat input dari koklea (organ sensorik di telinga) tidak terlalu efektif dalam mentransmisikan sinyal ke neuron batang otak pendengaran lainnya pada tikus yang terpapar nikotin.
Selain itu, sinyal-sinyal ini ditransmisikan dengan kurang presisi, yang akhirnya memperburuk pengkodean pola suara. Ini bisa menjadi bagian dari penyebab yang mendasari kesulitan pemrosesan pendengaran pada anak-anak dari ibu yang menjadi perokok berat.
Ursula Koch, Profesor di Freie Universität Berlin dan ketua peneliti mengatakan, "Kami tidak tahu berapa banyak bagian lain dari sistem pendengaran yang terpengaruh oleh paparan nikotin."
"Butuh lebih banyak penelitian tentang efek kumulatif paparan nikotin dan mekanisme molekuler tentang bagaimana nikotin memengaruhi perkembangan neuron di batang otak pendengaran," lanjutnya.
Koch menambahkan, jika ibu merokok selama kehamilan dan anak-anak mereka menunjukkan kesulitan belajar di sekolah, maka mereka harus diuji terkait defisit pemrosesan pendengaran.
Jelas bahwa nikotin memang berbahaya bagi siapa pun. Melihat hal tersebut, pastikan aktivitas merokok dihentikan dan jauhi asap rokok demi pertumbuhan anak yang optimal. Ingin konsultasi mudah dengan dokter? Pakai saja fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter!
(FR/AYU)