Sembelit atau konstipasi merupakan suatu kondisi yang sering dijumpai pada anak, bahkan pada bayi di bawah usia 12 bulan. Sembelit atau konstipasi adalah ketidakmampuan mengeluarkan tinja secara sempurna.
Ada beberapa gejala sembelit pada bayi yang bisa dicermati orangtua, seperti berkurangnya frekuensi BAB (Buang Air Besar), tinja lebih keras, lebih besar dan nyeri dibandingkan sebelumnya. Selain itu, pada perabaan perut biasanya teraba massa tinja.
Menurut the North American Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition (NASPHGAN), definisi konstipasi secara umum adalah kesulitan atau keterlambatan melakukan defekasi (BAB) selama dua minggu atau lebih, dan mampu menyebabkan stres pada pasien.
Artikel lainnya: Mengenali Tanda Sembelit pada Bayi
Jenis Sembelit pada Bayi
Berdasarkan penyebabnya, sembelit pada bayi bisa diklasifikasikan menjadi konstipasi struktural dan konstipasi fungsional.
- Konstipasi Struktural
Penyebab bayi susah BAB yang tergolong konstipasi struktural adalah jika ditemukan kelainan struktural di sepanjang saluran pencernaan sehingga terjadi hambatan aliran tinja menuju muara akhir yaitu anus.
Salah satu penyebab konstipasi struktural adalah Hirschsprung’s Disease. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan yang terjadi saat pembentukan persarafan usus saat janin dalam kandungan.
- Konstipasi Fungsional
Penyebab bayi susah BAB yang termasuk konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas atau pergerakan usus besar sehingga tinja sulit dikeluarkan. Penyebab susah BAB pada bayi yang paling banyak dijumpai adalah konstipasi fungsional ini.
Konstipasi fungsional dapat dikelompokkan menjadi bentuk primer dan sekunder, tergantung pada ada tidaknya penyebab yang mendasarinya. Diagnosis konstipasi fungsional primer ditegakkan bila penyebab dasar konstipasi tidak dapat ditentukan. Konstipasi fungsional primer inilah yang paling sering menjadi penyebab susah bab pada bayi.
Adapun konstipasi fungsional sekunder adalah sembelit disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu yang mendasari. Beberapa penyebab konstipasi fungsional sekunder pada bayi yang sering dijumpai adalah penyakit sistemik dan efek samping pemakaian beberapa obat tertentu.
Artikel lainnya: Anak Sembelit? Ini Cara Mengatasinya
Penyebab Bayi Sembelit yang Sering Dijumpai
Beberapa penyebab sembelit pada bayi yang sering kita jumpai antara lain:
1. Konsumsi Susu Formula
Pemberian susu formula yang berlebihan atau pemberian susu formula yang terlalu pekat dapat menyebabkan sembelit pada bayi. Pada dasarnya, susu formula membutuhkan waktu yang lebih lama diproses sistem pencernaan terutama proses absorbsi (penyerapan sari-sari makanan).
Karena itu, pemberian susu formula yang berlebihan atau terlalu pekat bisa menjadi penyebab susah BAB pada bayi.
2. Kurangnya konsumsi Air Susu Ibu (ASI)
Keunikan kandungan ASI, terutama oligosakarida dan laktosa, adalah dapat membuat konsistensi tinja bayi menjadi lebih lunak (tidak cair). Hal itu berlaku pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Itu sebabnya, bayi yang mendapat ASI eksklusif sangat jarang mengalami konstipasi. Bila pun ada kasus anak dengan asupan ASI mengalami sembelit, biasanya lebih dipengaruhi faktor luar, yaitu makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
3. Alergi
Alergi protein susu sapi merupakan salah satu penyebab bayi sembelit. Hal ini didukung data adanya reaksi alergi di saluran cerna pada penderita konstipasi.
Gejala klinis konstipasi hilang pada sebagian anak setelah mendapat makan yang bebas protein susu sapi. Namun, keluhan kembali muncul setelah susu sapi diberikan kembali pada anak.
4. Riwayat trauma sebelumnya
Bayi yang mempunyai riwayat BAB keras akan menyebabkan rasa nyeri saat BAB.
Pengalaman tidak menyenangkan ini akan membuat bayi trauma dan cenderung tidak mau BAB.
Karena ditahan, tinja akan mengeras karena terjadi penyerapan air pada dinding usus besar. Akibatnya, anak akan semakin merasa sakit saat berusaha BAB.
5. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Pemberian MPASI di minggu-minggu pertama bisa menyebabkan bayi sembelit. Hal itu disebabkan sistem pencernaan bayi yang masih dalam fase adaptasi, dari sebelumnya hanya mendapatkan ASI saja, kini mulai mendapatkan ASI ditambah MPASI.
6. Kurang minum air putih.
Kurang minum air putih dapat menyebabkan sembelit pada bayi, khususnya pada bayi yang sudah mendapat MPASI. Untuk bayi usia 6 bulan ke atas, orangtua dapat berikan air putih setiap selesai makan secara bertahap.
Fungsi air putih akan membantu melancarkan pencernaan dan membersihkan rongga mulut bayi. Dengan demikian, bayi akan terhindar dari sembelit.
7. Penyakit Hirschsprung’s
Hirschsprung’s Disease adalah salah satu penyebab bayi susah BAB dalam kategori konstipasi struktural. Kelainan ini merupakan kelainan bawaan yang terjadi saat pembentukan persarafan usus saat janin dalam kandungan.
Bayi dengan penyakit Hirschsprung’s mengalami kegagalan pembentukan serabut saraf di bagian usus besar, terutama di bagian yang paling ujung dekat anus. Akibatnya, bagian tersebut menjadi kaku dan tidak dapat mengeluarkan tinja.
Sementara itu, bagian atasnya akan bekerja lebih keras sehingga timbul pelebaran usus. Gejala yang khas untuk Hirschsprung’s Disease adalah adanya kesulitan BAB sejak lahir.
Selain itu jika dilakukan colok anus, maka tinja akan menyemprot keluar. Bila menemukan gejala seperti ini orang tua harus membawa bayinya ke dokter anak untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut.
Artikel lainnya: Pijat Bayi untuk Atasi Sembelit, Apakah Ampuh?
Orangtua perlu cermat memperhatikan gejala bayi susah BAB. Kondisi tersebut dapat terjadi secara akut maupun kronis. Konstipasi akut pada bayi terjadi bila keluhan sembelit pada bayi berlangsung selama 1-4 minggu. Sementara konstipasi kronis terjadi bila keluhan telah berlangsung lebih dari 4 minggu.
Angka kejadian sembelit pada bayi memang lebih jarang dibanding pada anak. Namun, beberapa kasus sembelit pada bayi perlu mendapatkan perhatian khusus. Adakalanya diperlukan penanganan dalam bentuk tindakan operasi. Untuk itu, kita harus memahami apa saja penyebab sembelit pada bayi.
#JagaSehatmu dan si kecil dengan menerapkan gaya hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan. Bila ada pertanyaan seputar masalah kesehatan bayi dan anak, konsultasikan kepada lewat fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.
(JKT)
- Sari Pediatri. 2004. Konstipasi Fungsional
- Sari Pediatri. 2001. Pola Defekasi pada Anak.
- Pediatrics in Review. Barton Schmitt. Constipation (baby).
- Pediatrics in Review. 2020. Constipation
- IDAI. Diakses 2022. Sembelit (Konstipasi) pada AnakIDAI. Diakses 2022. Firmansyah A. Tinja Bayi: Normal atau Tidak? (Bagian 1).
- IDAI. Diakses 2022. Gangguan Pencernaan pada Bayi (2)