Banyak mitos yang beredar di kalangan masyarakat, salah satunya larangan membawa bayi saat melayat karena bisa menyebabkan sawan. Mitosnya, sawan bayi merupakan gangguan dari makhluk halus, sehingga si kecil menjadi rewel, tidak berhenti menangis, hingga kejang.
Sayangnya, tidak ada istilah sawan dalam dunia medis. Namun, kondisi ini biasa disebut kejang, di mana satu atau beberapa bagian otak mengalami ledakan sinyal secara berlebihan yang mengganggu sinyal otak normal.
Dilansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kondisi sawan atau kejang bisa ditandai dengan mata yang mendelik atau berkedip, kedua tangan dan kaki yang kaku, dan diikuti dengan kelojotan. Saat kejang terjadi, anak umumnya tidak sadar dan tidak memberi respons.
Penyebab Sawan Bayi
Pada dasarnya, sawan bisa disebabkan gangguan sinyal otak atau epilepsi. Disampaikan dr. Reza Fahlevi, Sp.A, biasanya sawan juga diakibatkan demam.
Berikut sejumlah faktor yang dapat memicu terjadinya sawan pada bayi:
1. Demam
Kejang bisa terjadi karena demam yang tiba-tiba. Kondisi ini bisa disebabkan infeksi bakteri atau virus, contohnya infeksi saluran napas bagian atas.
Menurut keterangan IDAI, belum diketahui secara pasti alasan demam bisa menyebabkan kejang pada satu anak dan tidak pada anak lainnya.
Namun, setiap anak memiliki batas suhu kejang yang berbeda-beda. Ada yang mengalami kejang saat suhu tubuhnya 38 derajat Celcius dan ada pula yang baru kejang saat suhu tubuh mencapai 40 derajat Celcius.
Artikel Lainnya: Bisakah Penderita Epilepsi Sembuh?
2. Faktor Genetik
Menurut Korean Journal of Pediatrics, kejang bisa disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Riwayat keluarga dapat berperan dalam menentukan apakah anak rentan mengalami kejang.
Berdasarkan penelitian, 25-40 persen pasien menunjukkan adanya riwayat keluarga yang positif mengalami kejang.
3. Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan sistem persarafan sentral yang menyebabkan aktivitas pada otak menjadi abnormal.
Bagian otak yang mengalami ledakan sinyal listrik abnormal dapat mengganggu sinyal otak normal dan menyebabkan kejang.
Terdapat dua jenis kejang yang bisa dialami si kecil. Pertama, kejang fokal yang menyebabkan terganggunya pendengaran atau perubahan indera. Kedua, kejang umum yang menyebabkan anak kehilangan kesadaran.
4. Kolik
Bayi rewel dan tidak berhenti menangis selama tiga jam atau lebih bisa jadi tanda kolik. Kondisi ini sering kali membuat orang tua kebingungan karena terjadi tanpa alasan.
Meski penyebab kolik belum diketahui secara pasti, ada sejumlah faktor yang berkontribusi, seperti:
- Sistem pencernaan yang belum berkembang
- Ketidakseimbangan bakteri sehat di sistem pencernaan
- Alergi atau intoleransi makanan
- Terlalu banyak makan atau kurang makan
Artikel Lainnya: Benarkah Kopi Hitam Bisa Cegah Bayi Alami Kejang?
Cara Mengatasi Sawan pada Bayi
Setelah mengetahui apa itu sawan, berikut cara menghilangkan sawan pada bayi yang bisa dilakukan orang tua:
- Baringkan anak di tempat aman dan jauhkan dari benda-benda yang berbahaya
- Miringkan posisi berbaring anak supaya muntahan, minuman, makanan, atau benda lainnya bisa keluar dan mencegah anak tersedak
- Hindari memasukkan apa pun ke dalam mulut, baik itu jari orang tua, sendok atau benda lain
- Jangan memberi minum anak yang sedang kejang
- Biarkan anak bergerak dengan bebas
- Jangan menahan gerakan atau menghentikan kejang secara paksa karena bisa menyebabkan patah tulang
- Pantau kondisi anak selama kejang dan segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
Saran dr. Reza, orang tua perlu tetap tenang saat menghadapi anak yang sedang sawan atau kejang.
Artikel Lainnya: Tanda Serangan Epilepsi pada Bayi yang Wajib Diketahui
Meski sering dikaitkan dengan mitos, orang tua tetap perlu waspada jika si kecil mengalami tanda-tanda sawan atau kejang.
Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Mama dan Papa juga bisa berkonsultasi kepada dokter secara online lewat layanan Tanya Dokter, ya!
Unduh aplikasi KlikDokter untuk mendapatkan informasi terkait kesehatan anak. KlikDokter, solusi untuk #JagaSehatmu!
(DA/JKT)
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses 2022. Kejang Demam: Tidak Seseram yang Dibayangkan.
- Korean Journal of Pediatrics. Diakses 2022. Febrile seizures.
- Stanford Medicine. Diakses 2022. Epilepsy and Seizures in Children.