Setelah melewati periode emas, kini saatnya Bunda mempersiapkan si Kecil untuk menerima makanan padat pertamanya. Salah satu menu yang paling mudah untuk MPASI anak adalah bubur bayi. Meski terkesan mudah, Bunda perlu mengetahui cara yang tepat untuk menyajikannya.
Mempersiapkan makanan pendamping ASI atau MPASI memang susah-susah gampang. MPASI yang disiapkan harus sesuai, baik dari porsi, tekstur maupun nilai gizinya.
Nutrisi dan keutuhan gizi menu MPASI si Kecil menjadi satu hal yang sangat penting. Karena di atas usia 6 bulan, ASI tidak lagi mencukupi keseluruhan kebutuhan si Kecil.
Meski demikian, dalam memberikan si Kecil makanan pendamping ASI, Bunda perlu memerhatikan berbagai hal, mulai dari belajar memahami kapan si Kecil bisa memulai MPASi hingga memilih tekstur makanan bayi yang baik.
Tanda si Kecil siap makan
Untuk memastikan si Kecil siap menerima makanan bayi padat pertamanya, ada beberapa hal yang harus Bunda perhatikan. Berdasarkan American Academy of Pediatrics (AAP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi dikatakan siap diperkenalkan makanan padat bila:
- Kepala sudah tegak
- Mampu duduk dengan bantuan
- Refleks menjulurkan lidah sudah berkurang
- Terlihat tertarik ketika melihat orang makan
- Mulai mencoba meraih makanan
- Membuka mulut jika disodori sendok atau makanan
Umumnya, tanda-tanda tersebut akan muncul di saat si Kecil menginjak usia 6 bulan. Sebab, di usia tersebut pencernaan bayi dianggap cukup matang dan siap mengolah bahan makanan dan minuman lain selain ASI.
Pentingnya keseimbangan nutrisi bubur bayi
Setelah si Kecil dinilai siap makan, hal pertama yang pastinya jadi pertimbangan adalah variasi makanan bayi yang akan diberikan untuk memenuhi kelengkapan gizi sang buah hati.
Bubur bayi yang diberikan kepada si Kecil harus mengandung karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang cukup. Kedua nutrisi ini sangat penting untuk digunakan sebagai sumber energi dan mendukung tumbuh kembang anak.
Selain itu, protein dan zat besi dari sumber hewani juga bisa Bunda masukkan ke dalam menu bubur si Kecil. Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) tidak melarang pemberian daging pada bayi sejauh tidak ada kecenderungan alergi.
Pada usia tersebut kandungan seng dan vitamin A sudah berkurang. Itulah sebabnya Bunda perlu menambahkannya dalam menu MPASI si Kecil untuk melengkapi kebutuhan nutrisi hariannya.
Contoh makanan yang kaya akan vitamin A di antaranya wortel, tomat, pepaya dan ragam sayur serta buah lain yang berwarna jingga kemerahan. Tak hanya soal bahan, tekstur bubur bayi juga perlu Bunda perhatikan.
Tekstur bubur bayi yang baik untuk menu MPASI
Sepanjang periode ASI eksklusif, si Kecil hanya mengenal satu jenis tekstur asupan, yaitu cairan. Oleh karena itu, makanan padat pertama yang diberikan padanya sebaiknya bertekstur secair mungkin.
Jika si Kecil sudah mulai terbiasa, Bunda dapat meningkatkan kekentalan bubur menjadi lebih kental secara bertahap. Sehingga saat si Kecil diberi suapan, bubur tidak mudah jatuh. Tekstur kental ini juga sangat penting untuk menjamin gizi yang cukup di setiap suapan si Kecil.
Sebab makanan yang terlalu cair bisa jadi mengandung nutrisi yang lebih sedikit di setiap sendoknya. Dengan demikian, si Kecil pun akan lebih sulit memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.
Menu MPASI yang berbentuk pure bisa bertahap menjadi lebih kental, kemudian ditambah bahan makanan yang dicincang, hingga akhirnya si Kecil diharapkan sudah mampu makan dengan menu makanan keluarga di tiup lilin pertamanya.
Dampingi setiap proses mengenalkan bubur bayi dengan sabar dan penuh cinta, agar anak lama-kelamaan bisa menikmati bubur bayi sebagai menu makanan padat pertamanya. Dengan demikian, kebutuhan nutrisi harian si Kecil terpenuhi dan tumbuh kembang anak berjalan dengan optimal.
[NP/ RH]