Pernah mendengar soal fase terrible two? Tahap ini dialami oleh anak yang usianya menginjak 2 tahun ke atas. Dari kata “terrible”-nya saja, mungkin perasaan orang tua langsung tak enak.
Fase apa sebenarnya ini? Daripada menebak-nebak seperti apa fase terrible two itu, langsung saja simak penjelasan berikut.
Apa Itu Fase Terrible Two pada Anak?
Seperti yang sempat disinggung di atas, fase terrible two terjadi ketika anak menginjak usia 2 tahun. Di usia tersebut, sebagian anak mulai menunjukkan perilaku negatif, seperti sering mengamuk, menantang, dan frustrasi.
Meski muncul di usia 2 tahun, bukan tak mungkin perilaku ini bertahan sampai beberapa tahun selanjutnya. Karena itulah, orang tua harus ekstra sabar dalam menghadapi si Kecil.
Di samping itu, fase terrible two bisa dimulai lebih terlambat, namun sangat jarang terjadi.
Artikel Lainnya: Gejala Gangguan Perkembangan Anak yang Harus Diwaspadai
Sebenarnya tidak semua anak akan melakukan perilaku menjengkelkan di usia 2 tahun.
Hal ini bergantung pada karakteristik, pribadi anak, dan bagaimana pola asuh yang diajarkan orang tua selama ini.
Jika sejak kecil si anak diajarkan empati dengan berbagi dan lain-lain, kemungkinan anak untuk mengalami fase terrible two makin kecil.
Sebaliknya, jika dari kecil tidak diajari, apalagi anak baru punya adik atau ada perubahan drastis di keluarga, perilaku agresif akan muncul.
Perlu diketahui juga, ibu yang mengonsumsi minuman beralkohol lebih berisiko memiliki anak dengan masalah neuro behaviour. Kondisi tersebut antara lain ditandai dengan gangguan perilaku, memori, dan kognisi.
Beberapa jurnal penelitian melaporkan bahwa ada tendensi anak akan hiperaktif dan mencari perhatian, termasuk kondisi terrible two ini.
Apa Tanda Anak Sudah Masuk Fase Terrible Two?
Ketika anak memasuki usia 1 tahun ke atas, kondisi fisik dan intelektualnya sedang berkembang. Ia mulai berjalan, bicara, dan punya keinginan eksplorasi yang sangat tinggi.
Sayangnya, keinginan mereka lebih besar ketimbang kemampuan verbalnya. Alhasil, anak-anak cenderung frustrasi ketika ingin mengomunikasikan keinginan dan kondisinya sendiri.
Mereka menjadi tidak sabar, egois, dan melebih-lebihkan supaya mendapat perhatian dari orang sekitarnya. Di lain sisi, kemampuan anak untuk mengerti perasaan orang lain juga belum sempurna.
Sejumlah ciri si Kecil sudah mulai masuk ke fase terrible two, yaitu:
1. Tantrum
Teriakan histeris dan rengekan yang terus-menerus menjadi ciri yang pertama.
Anak akan memukul, menendang, hingga melempar barang. Biasanya tantrum berlangsung selama 5 menit.
2. Sering Melawan
Anak ingin menguji keterampilan dan kemampuannya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan anak menolak dan melawan hal-hal yang biasa orang tua perintahkan.
Saat anak mengembangkan kemandiriannya, mereka bersikeras untuk melakukan segalanya sendiri meski hasilnya belum baik.
3. Perubahan Suasana Hati yang Cepat
Satu menit anak bahagia dan penuh kasih, menit berikutnya ia berteriak dan menangis.
Kondisi ini disebabkan oleh rasa frustrasi untuk melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Atau sebaliknya, dia ingin dibantu tapi tak ada yang menggubrisnya.
4. Sering Berkelahi dengan Saudara Sendiri atau Orang Lain
Saat fase ini, anak akan kesulitan menyampaikan emosinya. Pada orang dewasa saat merasakan emosi yang berlebihan, mereka cenderung mengekspresikannya menggunakan kata-kata.
Anak-anak masih dalam tahap belajar sehingga mereka akan mudah geram. Akibatnya tampak seperti tindakan menggigit, memukul atau menendang.
Artikel Lainnya: Kenali Fase Tantrum pada Anak
Orang tua mungkin bertanya-tanya, apakah fase terrible two pada anak ini bisa memicu masalah lain, misal gangguan perilaku? Jawabannya adalah bisa saja.
Fase terrible two yang normal tidak berlangsung lama atau tidak berlanjut. Kondisi ini akan mereda seiring bertambahnya usia, sekitar menuju 4 tahun.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam The Journal of Pediatrics pernah membahas hal ini. Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada anak tantrum karena bisa berpotensi jadi gangguan perilaku, yaitu:
- Amukan yang konsisten, termasuk memukul, menendang, menggigit, kekerasan fisik lainnya terhadap orang tua atau pengasuh.
- Anak berusaha melukai dirinya sendiri dan terjadi 10-20 kali sehari dan berlangsung lebih dari 25 menit.
- Anak tidak mampu menenangkan diri.
Cara Mengatasi Anak Terrible Two
Untuk menolong anak dan orang tua melewati fase tersebut, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan:
- Terapkan waktu makan serta tidur yang teratur. Perilaku anak yang moody lebih berpeluang terjadi saat mereka lelah dan lapar.
- Berikan apresiasi terhadap perilaku baiknya.
- Jangan berteriak ataupun memukul. Hal ini justru menjadi contoh bahwa teriakan dan pukulan adalah hal normal untuk dilakukan.
- Alihkan perhatiannya. Tunjukkan hal-hal yang lucu dan menarik saat si Kecil mulai merengek.
- Terapkan aturan sederhana secara konsisten, dan beri penjelasan singkat. Contohnya, beri tahu buah hati kalau ia harus memegang tangan orang tua saat menyeberang agar tidak ada yang terluka.
- Biarkan anak punya kendali dengan menawarkannya pilihan. Contohnya, orang tua dapat bertanya, "Mau pakai baju yang biru atau yang kuning?"
- Jangan menyerah dan tetaplah konsisten. Jika anak mengamuk dan merengek di toko makanan karena tidak dibelikan permen, cukup bawa keluar anak dari situasi itu. Tunggulah sampai keadaan tenang.
- Anak membuat kekacauan? Tetaplah tenang! Hitung sampai 10 atau ambil napas dalam-dalam sebelum bertindak.
Kapan Harus ke Dokter Anak dan Psikolog?
Orang tua dapat mencari bantuan dokter dan tenaga profesional seperti psikolog ketika anak:
- Menarik diri terus-menerus.
- Tidak melakukan kontak mata.
- Sangat agresif.
- Melakukan kekerasan terhadap orang lain, hewan, dan dirinya sendiri.
- Dan perilaku anak sudah sampai bikin masalah rumah tangga.
Selain itu, terkadang bukan cuma anak yang butuh bantuan dari tenaga profesional, orang tuanya pun perlu. Itu sebabnya, jangan sungkan untuk meminta bantuan atau sekadar berdiskusi kepada dokter anak maupun psikolog soal perkembangan anak.
Bila masih ada pertanyaan seputar kesehatan, tumbuh kembang dan pola asuh anak, konsultasikan kepada dokter lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter. Mari #JagaSehatmu dan keluarga selalu!
[RS]