Tips Parenting

Empty Nest Syndrome: Kesedihan yang Dirasakan Orang Tua saat Anaknya Merantau

Empty nest syndrome adalah perasaan sedih dan hampa yang dialami orang tua saat anak mereka meninggalkan rumah. Psikolog Iswan Saputro bahas cara mengatasinya.

Empty Nest Syndrome: Kesedihan yang Dirasakan Orang Tua saat Anaknya Merantau

Tidak semua orangtua beruntung dapat berkumpul bersama dengan anak-anaknya diusia senja. Anak yang merantau atau meninggalkan rumah karena karir, melanjutkan pendidikan atau menikah seringkali menjadi momen yang berat bagi orangtua.

Orangtua dapat merasakan empty nest syndrome (sindrom sarang yang kosong) ketika merasakan kesedihan mendalam saat ditinggalkan oleh anaknya. Sindrom ini bukanlah gangguan klinis, namun perlu disadari untuk menjaga kesehatan mental orangtua saat usia lanjut.

Psikolog Iswan Saputro akan membahas empty nest syndrome dan bagaimana dukungan psikologis yang tetap bisa diberikan kepada orangtua yang tinggal sendiri tanpa anaknya.

Artikel lainnya: Di Usia Berapa Anak Boleh Diajak Bepergian Jauh untuk Mudik?

Penyebab Empty Nest Syndrome

Empty nest syndrome adalah istilah yang menggambarkan kondisi psikologis dan emosional orangtua saat anak-anaknya meninggalkan rumah. Sindrom ini ditandai dengan kesedihan mendalam, stres, dan kesepian yang dirasakan orangtua.

Ibu lebih berisiko mengalami sindrom ini dibandingkan ayah. Kondisi ini dapat diperburuk ketika orangtua menderita penyakit kronis, menjalani pengobatan, memasuki masa pensiun, atau meninggalnya pasangan. Faktor yang menyebabkan empty nest syndrome adalah:

1. Perubahan peran dan rutinitas

Peran sebagai orangtua mengalami perubahan drastis ketika anak-anak meninggalkan rumah. Orangtua yang terbiasa mengasuh anak-anak secara langsung akan mengalami kehilangan yang cukup signifikan ketika sendirian di rumah.

2. Berkurangnya peran sosial

Orangtua biasanya terlibat aktif dalam fase kehidupan sosial atau pendidikan anak. Namun, peran tersebut perlahan menghilang ketika anak sudah dewasa dan memilih jalan hidupnya sendiri.

3. Ketergantungan emosional

Orangtua yang sangat dekat dengan anak secara emosional akan merasakan kehilangan yang sangat mendalam. Interaksi dan pengalaman emosional setiap hari menjadi berkurang dan tidak bisa mengandalkan anak lagi.

4. Perubahan hubungan dengan pasangan

Anak-anak yang meninggalkan rumah menyisakan hubungan antara suami dan istri. Hal ini dapat memicu konflik baru karena kehilangan fokus dalam mengasuh anak secara langsung di rumah.

Artikel lainnya: Usia Berapa Anak Dapat Ditinggal Sendirian di Rumah?

Gejala Empty Nest Syndrome

Gejala yang muncul dapat bervariasi bagi setiap orangtua. Berikut gejala-gejala yang ditemui dalam empty nest syndrome:

1. Kesedihan yang mendalam: Sedih berkepanjangan yang berdampak pada motivasi menjalani hari dan produktivitas.

2. Kesepian: Perasaan tidak terhubung secara emosional dengan anak dan menjalani hari dengan kesendirian.

3. Kecemasan: Khawatir berlebihan tentang kebahagiaan dan masa depan anak-anak ketika jauh dari orangtua atau rumah.

4. Perasaan tidak berarti: Merasa kehilangan tujuan hidup, tidak menikmati peran sebagai orangtua, dan kehilangan identitas sebagai orangtua.

5. Frustasi kehilangan kontrol: Terbiasa memberikan arahan atau kontrol terhadap anak menjadi berubah bahkan hilang.

6. Perubahan emosi signifikan: Cenderung mudah menangis, marah, mudah tersinggung, dan menyalahkan keadaan secara berlebihan.

7. Menurunnya kesehatan: Perubahan pada kualitas tidur, nafsu makan, gangguan pencernaan, psikosomatis, dan kelelahan fisik yang kronis.

8. Isolasi sosial: Merasa tidak percaya diri, menarik diri dari interaksi sosial, dan memilih untuk menghabiskan waktu sendiri.

9. Jenuh berkepanjangan: Tidak merasakan kesenangan dalam menjalankan rutinitas atau tidak adanya variasi kegiatan di rumah.

Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome

Meskipun empty nest syndrome bisa sangat menyakitkan, ada beberapa strategi yang dapat membantu orang tua mengatasi kondisi ini:

1. Mengembangkan hobi baru

Mencari kegiatan baru atau mengembangkan hobi yang selama ini terabaikan dapat membantu mengalihkan perhatian dan memberi rasa pencapaian.

2. Memperkuat hubungan dengan pasangan

Memanfaatkan waktu luang untuk memperkuat hubungan dengan pasangan dapat membantu mengisi kekosongan emosional yang dirasakan.

3. Membangun jaringan sosial

Mengikuti komunitas atau kelompok yang memiliki minat yang sama dapat membantu orang tua merasa lebih terhubung dan mengurangi perasaan kesepian.

4. Melakukan aktivitas fisik

Berolahraga secara rutin dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental.

5. Tetap terhubung dengan anak

Meskipun anak-anak tidak lagi tinggal di rumah, tetap menjalin komunikasi yang baik dengan mereka dapat membantu mengurangi rasa kehilangan.

6. Mencari dukungan profesional

Jika perasaan sedih dan kesepian terus berlanjut, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau konselor dapat sangat membantu.

Pengaruh Budaya terhadap Empty Nest Syndrome

Budaya dan nilai yang diyakini dalam keluarga dapat menentukan apakah orangtua akan mengalami empty nest syndrome.

Jika keluarga dan budaya memegang nilai kemandirian anak dilihat dari kemampuannya untuk merantau dan hidup terpisah maka dapat menjadi faktor protektif bagi orangtua yang ditinggalkan.

Ekspektasi sosial dan budaya tentang anak yang dewasa dapat mempengaruhi bagaimana persepsi orangtua terhadap anak yang tinggal terpisah.

Sebaliknya, dalam budaya yang menekankan pada kebersamaan keluarga, sindrom empty nest mungkin lebih sulit diatasi.

Jika Kamu memiliki pertanyaan seputar topik diatas, Kamu bisa gunakan fitur layanan Tanya Dokter atau Temu Dokter untuk konsultasi yang lebih praktis.

Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dengan rutin cek kesehatan Kamu dan keluarga. Pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online. Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga dan belanja keperluan kesehatan lainnya di KALStore.