Pola asuh yang baik merupakan salah satu kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi oleh para orang tua. Seperti yang dikatakan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), terdapat tiga kebutuhan dasar anak, yaitu Asah, Asih, Asuh.
Asah merupakan stimulasi, asih merupakan kebutuhan emosi dan kasih sayang, dan asuh merupakan kebutuhan fisik anak.
Dalam dunia psikologi, ada empat macam pola asuh. Masing-masing memiliki dampak yang berbeda terhadap karakter anak.
Sebagian besar orang tua akan mengadopsi salah satu pola asuh yang tampak lebih dominan, ketimbang pola asuh lainnya.
Artikel lainnya: 7 Pola Asuh yang Menjauhkan Anak dari Kesuksesan
Di bawah ini adalah jenis-jenis pola asuh orang tua dan efeknya pada karakter anak:
1. Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)
Pada pola asuh ini, orang tua menjadi pemegang kekuasaan tertinggi alias otoriter.
Karakteristik otoriter, yaitu kaku, tegas, merasa selalu benar dalam mengemukakan pendapat, dan menerapkan hukuman jika tidak sesuai aturan atau kemauan orang tua. Pola asuh ini akan membentuk seorang anak dengan karakter disiplin dan patuh.
Namun sayangnya, orang tua yang otoriter sering melayangkan ungkapan “pokoknya” ketika sedang mengutarakan pendapat, tanpa memedulikan atau mendengar pendapat dan keinginan anak.
Hal ini dapat membuat anak menjadi tidak terbiasa dalam membuat keputusan sendiri dan takut mengungkapkan pendapatnya. Tak hanya itu, anak bisa stres serta berdampak terhadap perkembangan emosinya.
Anak nantinya menjadi mudah meledak-ledak, mengalami hubungan interpersonal yang kurang baik, serta cenderung menjadi pribadi yang otoriter di kemudian hari.
Artikel lainnya: Awas, Ini Pola Asuh Anak yang Rentan Memicu Depresi
2. Pola Asuh Indulgent (Permisif)
Pola asuh permisif berkebalikan dari pola asuh otoriter. Orang tua cenderung untuk mengikuti semua keinginan anak atau istilahnya ‘memanjakan’ anak.
Orang tua yang permisif dapat menjadi seorang teman baik bagi anaknya, karena memberikan perhatian, kehangatan, dan interaksi yang cukup baik.
Ciri lainnya dari jenis pola asuh ini, yakni orang tua selalu mendorong anaknya untuk berbuat apa pun yang diinginkan, jarang mengatur jadwal anak, mendukung perilaku anak sekalipun itu negatif, serta menghindari hukuman bagi anak.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh permisif akan tumbuh kreatif karena terbiasa bebas mengekspresikan dirinya dalam berbagai hal.
Namun, dalam jangka panjang, anak menjadi tidak disiplin, berperilaku agresif terutama bila keinginannya tidak dipenuhi, dan kurang inisiatif.
Artikel lainnya: Pola Asuh Permisif, Baik atau Buruk?
3. Pola Asuh Authoritative (Demokratis)
Ini merupakan contoh pola asuh orang tua yang paling ideal, karena adanya keseimbangan permintaan orang tua dibarengi tingginya respons yang diberikan orang tua terhadap anak.
Orang tua dengan jenis pola asuh ini dapat mengarahkan anak secara rasional. Anak akan diberikan batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika batasan tersebut dilanggar.
Tujuan dan konsekuensi tersebut dijelaskan kepada anak pada awal penentuan dan disepakati juga oleh anak.
Selain itu, orang tua tetap memberikan pujian, hadiah, serta dukungan emosional saat anak mencapai suatu prestasi. Komunikasi antara orang tua dan anak terjalin baik sehingga anak juga menjadi jujur, patuh, dan disiplin.
Pola asuh ini menjadikan anak memiliki kepribadian yang seimbang, mandiri dalam mengambil keputusan, disiplin dengan komunikasi yang baik, memiliki rasa percaya diri, kreatif, dan bahagia secara psikologis.
Artikel lainnya: Sikap Orang Tua yang Bikin Anak Membangkang
4. Pola Asuh Neglectful (Cuek)
Pola asuh cuek atau abai merupakan pola asuh yang minim keterlibatan orang tua. Orang tua cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya.
Pada jenis pola asuh ini, orang tua hanya memenuhi kebutuhan fisik dasar anak, seperti makan, tempat tinggal, dan pakaian. Sementara itu, kebutuhan secara psikologis dan emosional jarang terpenuhi.
Berbagai latar belakang menjadi penyebab pola asuh ini, umumnya karena kesibukan orang tua atau karena ada masalah pribadi orang tua (kesehatan mental, tindak kriminal, masalah ekonomi, dan sebagainya).
Pada pola asuh cuek, tidak jarang jika anak lebih banyak dididik oleh gawai, televisi, atau video game.
Saat kecil, mungkin anak belum sadar atas ketidakacuhan orang tuanya. Namun, lambat laun anak menjadi sadar bahwa dirinya tidak ‘penting’ dalam hidup orang tuanya sehingga cenderung menjadi anak yang mandiri.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh cuek cenderung tidak mampu mengontrol diri, kepercayaan diri rendah, sulit menjalin relasi dan komunikasi, emosi tidak terkontrol hingga berdampak kepada nilai akademis yang buruk.
Demikian beberapa jenis pola asuh anak dan dampak terhadap pembentukan karakternya. Pastikan Anda telah menerapkan pola asuh terbaik untuk anak Anda demi mendukung tumbuh kembangnya serta membentuk kepribadian yang baik.
Baca informasi lainnya mengenai pola asuh anak di aplikasi KlikDokter. Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter via fitur Live Chat 24 jam. Gratis!
[RS]