Tips Parenting

Mengenal Ciri-Ciri Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter

Annisa Hapsari, 17 Jul 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pola asuh otoriter bisa berdampak buruk pada anak. Ketahui ciri dan dampak pola asuh pada anak di sini.

Mengenal Ciri-Ciri Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter

Apakah kamu memiliki orangtua yang suka mengatur tanpa kompromi dan cenderung tidak bisa menerima masukan dari siapa pun? Jika ya, pola asuh yang diterapkan orangtua ini disebut sebagai pola asuh otoriter.

Menurut Michigan State University, pola asuh otoriter adalah gaya mengasuh anak yang sangat ketat dan ditandai dengan adanya tuntutan besar dari orangtua, namun di saat bersamaan respons orangtua terhadap anak juga sangat rendah.

Orangtua otoriter biasanya memiliki ekspektasi agar anak mengikuti segala peraturan yang diberikan. Selain itu, peraturan-peraturan tersebut dibuat tanpa kompromi serta tidak melalui proses diskusi terlebih dahulu dengan anak. 

Orangtua yang menganut pola asuh otoriter biasanya tidak memberikan informasi dan alasan mengapa perintah maupun larangan dibuat untuk anak. Belum lagi, saat anak tidak bisa mengikuti peraturan yang dibuat, orangtua akan memberikan hukuman keras.

Artikel Lainnya: Anak Tantrum, Benarkah Akibat Salah Pola Asuh?

Agar lebih paham, di bawah ini ciri-ciri orangtua dengan pola asuh otoriter yang perlu kamu tahu.

1. Membuat Peraturan yang Ketat untuk Anak

Ciri utama orangtua otoriter adalah suka membuat peraturan yang sangat ketat untuk anak. Peraturan yang dibuat tidak hanya satu, melainkan sangat banyak. Orangtua otoriter berharap semua peraturan tersebut dipatuhi oleh anak.

Tak hanya itu, orangtua otoriter melakukan micromanage atau mengontrol setiap hal yang dilakukan oleh anak, baik di dalam maupun di luar rumah. Umumnya, mereka juga memiliki peraturan tak tertulis dan berharap sang anak tahu bahwa peraturan tersebut ada dan harus dipatuhi.

Menurut penelitian yang dimuat International Journal of Environmental Research and Public Health, dampak pola asuh otoriter pada anak berpotensi memberikan pengaruh buruk pada perkembangannya. 

Ditambahkan Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi, dampak negatif pola asuh otoriter bisa membuat anak memiliki harga diri yang rendah, daripada orang pada umumnya.

“Karena anak tidak diberikan kesempatan untuk eksplorasi diri,” paparnya.

Selain itu, peraturan ketat dari orangtua juga membuat anak kesulitan mengatur emosi. 

“Dampaknya, bisa menimbulkan masalah perilaku, seperti jadi suka memberontak atau berbohong untuk mendapatkan yang diinginkannya," Ikhsan menambahkan.

2. Tidak Menerima Masukan dari Anak

Menurut Dr. Magdalena Battles, seorang psikolog yang fokus pada anak dan hubungan dalam keluarga, ciri-ciri orangtua dengan pola asuh otoriter tidak mau menerima masukan dari anak. Bagi mereka, opini atau pendapat anak tidaklah ada artinya. 

Orangtua otoriter merasa memiliki wewenang dan hak sepenuhnya untuk mengatur kehidupan sang anak. Peraturan yang mereka buat juga tidak bisa diganggu gugat.

Anak pun tidak diberikan ruang dan kebebasan untuk menentukan atau memilih apa yang mereka mau dan tidak mau lakukan.

Menurut Psikolog Ikhsan, contoh pola asuh otoriter tersebut bisa membuat anak memendam emosi dan pikiran negatifnya.

“Soalnya, ketika mengutarakan sesuatu, anak tidak diafirmasi atau didengar orangtuanya. Sehingga, bisa timbul rasa menyalahkan diri atau memandang diri rendah, hal ini juga dapat menimbulkan stres dan depresi pada anak,” jelasnya.

3. Memberikan Hukuman Keras pada Anak

Berikutnya, ciri-ciri orangtua dengan pola asuh otoriter menurut ahli psikologi, Dr. Magdalena adalah memberikan hukuman keras saat aturan yang diberikan tidak berhasil dilakukan atau dipatuhi anak. 

Tak jarang, hukuman yang diberikan, berupa pukulan atau hukuman fisik lainnya. Orangtua otoriter lebih memilih hukuman fisik dan emosional daripada memberikan hukuman yang bisa memberikan pelajaran positif bagi anak. 

Dampaknya, anak bisa memiliki perilaku agresif atau melakukan tindakan kekerasan serupa pada orang lain. Bukan tidak mungkin, cara ini diterapkan pula ketika si anak menjadi orangtua di kemudian hari.

4. Tidak Adanya Ikatan Emosional dengan Anak

Orangtua otoriter juga senang mengontrol sikap dan perilaku anak daripada berusaha memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan sang anak. 

Bahkan, mereka lebih suka memaksa atau bersikap kasar kepada anak daripada memberikan dukungan atau pujian yang bersifat positif. 

Mereka mengira cara ini bisa membuat anak menjadi lebih disiplin, taat dan patuh pada peraturan yang mereka buat. Sayangnya, hal ini justru membuat orangtua terlihat dingin, cuek, dan kasar. 

Artikel Lainnya: Jenis-Jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada Karakter Anak

5. Tidak Bisa Mempercayai Anak

Contoh sikap orangtua dengan pola asuh otoriter adalah tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak. 

Daripada membiarkan anak membuat keputusan sendiri dan menghadapi konsekuensi dari pilihan yang telah dibuat, orangtua dengan pola asuh otoriter lebih memilih untuk mendikte anak dan memastikan bahwa anak tidak membuat kesalahan sama sekali. 

Sebenarnya sikap orangtua seperti ini bisa merusak anak. Menurut Psikolog Ikhsan, sikap ini bisa membuat anak takut mengambil keputusan secara mandiri.

“Anak pun jadi cenderung membutuhkan orangtua setiap kali mengambil keputusan,” katanya.

Selain itu, anak juga tidak memiliki cukup kebebasan untuk menunjukkan bahwa dirinya bisa bersikap baik tanpa disuruh oleh orangtua. 

6. Menuntut Banyak pada Anak

Ciri orangtua otoriter lainnya adalah menuntut banyak hal kepada anak. Orangtua dengan pola asuh otoriter berharap sang anak harus selalu bisa memenuhi ekspektasi, sekaligus menuruti semua peraturan yang telah mereka buat. 

Selain itu, anak tidak diperkenankan untuk bertanya mengenai tujuan dibuatnya peraturan-peraturan tersebut. Alhasil, anak menuruti peraturan hanya karena takut dengan hukuman yang diberikan, bukan karena memahami betul tujuan dari peraturan tersebut.

7. Merendahkan Anak

Psikolog Ikhsan Bella Persada juga berpendapat bahwa orangtua otoriter memiliki kecenderungan merendahkan anak. Cara ini digunakan untuk memaksa anak mengikuti setiap peraturan yang mereka buat. 

Orangtua otoriter meyakini cara ini dapat memotivasi anak untuk melakukan yang terbaik. Padahal, merendahkan anak justru dapat membuat mereka jadi rendah diri, sulit bergaul, serta takut dan malu ketika berada di sekitar orang lain.

Pola asuh otoriter dalam jangka panjang bisa menimbulkan masalah perilaku pada anak. Karena itu, jika Ayah dan Bunda terlanjur menerapkan gaya asuh ini, segeralah berbenah.

Hal ini agar bisa kembali menumbuhkan ikatan emosional dengan anak. Selain itu, dampak negatif pola asuh otoriter pada anak juga bisa diminimalkan. 

Jika orangtua kesulitan dalam menghadapi si kecil, Ayah dan bunda juga bisa konsultasi psikologi. Yuk, #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi seputar kesehatan mental. 

(ADT/NM)

Referensi: 

  • Michigan State University. Diakses pada 2022. Authoritarian parenting style. 
  • International Journal of Environmental Research and Public Health. Diakses pada 2022. Role of Parenting Style in Children’s Behavioral Problems through the Transition from Preschool to Elementary School According to Gender in Japan. 
  • Lifehack. Diakses pada 2022. Is Authoritarian Parenting Good or Bad for Your Child?
  • Good Therapy. Diakses pada 2022. Authoritarian and Authoritative Parenting Styles: Which Is Best?

Ditinjau oleh Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi 

Parenting
pola asuh