Pasca kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, duka kembali bertambah. Kali ini berita duka datang dari seorang relawan penyelam yang meninggal dunia pada hari Jumat (2/11) lalu. Syachrul Anto tewas akibat dekompresi, saat melakukan pencarian korban dan bangkai Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat.
Almarhum Syachrul yang tergabung dalam komunitas Indonesia Diving Rescue Team kerap ikut serta dalam proses evakuasi bawah laut bersama rekan-rekannya di komunitas tersebut dalam rangka membantu Badan SAR Nasional (Basarnas). Namun, nahasnya misi mulia yang dilakukannya secara sukarela kali ini justru merenggut nyawanya.
Kenali faktor risiko dan gejala dekompresi:
Decompression sickness atau dekompresi merupakan kondisi yang sering kali dialami oleh para penyelam. Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya perubahan tekanan barometrik, misalnya ketinggian (berkaitan dengan penerbangan atau kegiatan di udara) dan kedalaman laut.
Saat seseorang menyelam, maka jumlah nitrogen yang terlarut di aliran darah juga akan meningkat. Ketika nitrogen terlarut di jaringan, penyelam yang mengalami kenaikan secara cepat bisa mengubah bentuk gas, sehingga terbentuklah gelembung yang kemudian beredar di aliran darah dan jaringan tubuh. Gelembung udara ini dapat menyumbat aliran darah pada organ-orang vital seperti paru-paru, sistem saraf pusat, dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Tak hanya aktivitas bawah laut, penurunan tekanan seperti saat terbang atau jatuh dari ketinggian juga dapat memicu pembentukan gelembung ini.
Selain akibat perubahan tekanan di sekitar, ada beberapa faktor lain yang bisa turut meningkatkan risiko dekompresi, di antaranya:
- Menyelam terlalu dalam dan lama
- Suhu air yang rendah
- Adanya aktivitas intensitas tinggi di kedalaman
- Naik ke permukaan laut terlalu cepat
Adapun gejala yang muncul saat seseorang mengalami dekompresi adalah:
- Kelelahan berat
- Gangguan mental dalam bentuk disorientasi yang menyebabkan penderitanya tak dapat berpikir atau membuat keputusan
- Gatal di kulit
- Pusing berputar (vertigo)
- Telinga berdenging (tinitus)
- Sesak napas
- Kelemahan otot dan kesemutan
- Nyeri sendi dan otot, terutama pada area tangan dan kaki
- Muntah
- Tidak bisa buang air kecil
- Kejang
- Tremor
- Kehilangan kesadaran
Perhatikan hal-hal ini sebelum menyelam
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal “Aviation, Space, and Environmental Medicine”, disebutkan bahwa angka kejadian dekompresi adalah 1 dari 5.463 penyelam. Sedangkan dekompresi berat yang bisa menyebabkan penyelam meninggal dunia diperkirakan terjadi pada 1 dari 10.291 penyelam. Oleh karena itu, agar keamanan saat menyelam terjaga, sebaiknya para penyelam memperhatikan aturan kembali seperti:
- Memeriksa terlebih dahulu dengan saksama peralatan selam, dan diperiksa ulang oleh orang yang berkompeten pada sebelum dan saat akan menyelam.
- Jangan pernah menyelam sendirian.
- Ketahui cara mengatasi keadaan darurat di bawah air.
- Jangan mencoba untuk menyelam lebih lama atau lebih dalam dari rencana awal yang telah ditetapkan.
- Naiklah ke permukaan dengan perlahan dan bertahap (berhenti sesaat pada kedalaman tertentu).
Cara untuk mengatasi kondisi dekompresi adalah terapi rekompresi. Pada terapi ini, penyelam ditempatkan di ruangan hiperbarik, yaitu ruangan yang tekanannya lebih besar dari tekanan atmosfer kedalaman laut. Tujuan dilakukannya terapi ini adalah supaya gelembung nitrogen dapat berubah bentuk dan terlarut. Proses ini biasa memakan waktu berjam-jam, bahkan hingga beberapa hari.
Meninggalnya Syachrul Anto, relawan penyelam yang punya misi mencari korban jatuhnya pesawat Lion Air tentunya menyisakan duka bagi orang-orang yang mengenalnya. Belajar dari peristiwa ini, diharapkan para penyelam dapat lebih berhati-hati saat menyelam agar terhindar dari ancaman dekompresi.
[RN/ RVS]