Berita Kesehatan

Studi Terbaru: Varian Deltacron Ditemukan Keberadaannya

Aditya Prasanda, 11 Mar 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Terungkap adanya mutasi virus corona terbaru bernama Deltacron. Seberapa berbahaya varian COVID Deltacron? Yuk, simak di sini.

Studi Terbaru: Varian Deltacron Ditemukan Keberadaannya

Mutasi virus corona terbaru ditemukan di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Prancis, Belanda, dan Denmark. Temuan tersebut resmi dilaporkan oleh WHO pada Rabu (9/3/2022). 

Berdasarkan hasil whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan peneliti lab genetika Amerika Serikat, Helix, strain COVID-19 tersebut memiliki kombinasi materi genetik Delta dan Omicron. Untuk sementara, peneliti menjulukinya sebagai COVID Deltacron.

Setidaknya terdapat tujuh belas orang yang sudah diidentifikasi terinfeksi varian COVID Deltacron. Berikut temuan awal terkait mutasi virus corona Deltacron yang perlu Anda tahu.

Proses Pembentukan Deltacron

Menurut sebuah studi yang dirilis melalui medRxiv, Deltacron memiliki protein lonjakan (spike protein) strain Delta dan Omicron. Spike protein digunakan virus corona untuk memasuki sel tubuh manusia dan membuatnya lebih menular.

Temuan tersebut berdasarkan tiga kasus infeksi Deltacron yang ditemukan di Prancis. Meski begitu, studi yang digagas peneliti IHU Mediterranee Infection, Prancis, ini belum melalui peer review (ditinjau sejawat). Artinya, riset belum ditinjau oleh pakar lain di bidangnya.

Artikel Lainnya: Herd Stupidity, Alasan Masyarakat Mulai Abaikan COVID-19?

Pembentukan Deltacron sendiri diduga terjadi karena adanya rekombinasi genetik alami virus. 

Menurut Philippe Colson, selaku peneliti dari IHU Mediterranee Infection, rekombinasi genetik COVID-19 bisa terjadi ketika dua varian menginfeksi sel inang yang sama. 

Dalam kasus tersebut, strain Delta dan Omicron menginfeksi satu orang, kemudian kedua virus menggabungkan diri dan menghasilkan DNA rekombinan.

Adanya DNA rekombinan memungkinkan Deltacron bereplikasi (memperbanyak diri). Kemudian, melalui protein lonjakan, COVID Deltacron menular dari satu individu ke individu lainnya.

Namun, menurut dr. Devia Irine Putri, kombinasi Delta dan Omicron diduga bisa terjadi karena kontaminasi virus.

Studi lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui proses detail terbentuknya Deltacron. 

Artikel Lainnya: Bolehkah Terima Vaksin COVID-19 saat Haid? Ini Kata Dokter

Diduga Punya Tingkat Penularan Rendah

Chief Science Officer Helix, William Lee, menduga Deltacron memiliki tingkat penularan yang rendah. Hal ini berdasarkan sedikitnya laporan infeksi varian Deltacron.

Senada dengan William, COVID-19 Technical Lead WHO, dr.  Maria Van Kerkhove, mengungkapkan hal serupa.

“Untuk saat ini, WHO belum melihat adanya perubahan secara epidemiologis (pola penyebaran penyakit) dari infeksi Deltacron. Tingkat penularannya masih rendah, begitu pun tingkat infeksi yang ditimbulkan mutasi coronavirus tersebut,” jelasnya.

Meski begitu, dr. Maria menegaskan bahwa penelitian terus berlangsung, sehingga terlalu dini untuk menyimpulkan bahaya Deltacron saat ini.

William Lee mengatakan temuan Deltacron setidaknya menegaskan bahwa SARS-CoV-2 terus berevolusi dan pandemi COVID-19 belum berakhir.

Karenanya, penting untuk melindungi diri dan keluarga dari penularan virus corona dengan vaksinasi, memperoleh booster, dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Langkah-langkah proteksi tersebut penting guna menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) dan mengurangi tingkat keparahan infeksi coronavirus.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19, konsultasi dengan dokter via Live Chat. Dapatkan info lengkap lainnya seputar virus corona di aplikasi KlikDokter.

(FR/JKT) 

 

Referensi:

WHO. Diakses 2022. Media briefing on COVID-19 and other emergencies.

medRxiv. Diakses 2022. Culture and identification of a “Deltamicron” SARS-CoV-2 in a three cases cluster in southern France.

Nature. Diakses 2022. Deltacron: the story of the variant that wasn’t.

Ditinjau oleh dr. Devia Irine Putri

virus corona
Omicron
mutasi virus corona