Sebagian pengidap diabetes mellitus akan mengalami gangguan tidur di malam hari. Tak jarang, peristiwa ini membuat mereka tak bersemangat, badan lemas, dan selalu mengantuk di waktu siang.
Terkait peristiwa tersebut, sebuah studi di tahun 2012 menemukan adanya hubungan yang kuat antara gangguan tidur dan penyakit diabetes. Gangguan ini umumnya dirasakan sebagai kesulitan untuk tidur, tidak dapat mempertahankan tidur dalam waktu lama, atau terlalu lama tidur. Pada diabetes, ketiga hal tersebut dapat disebabkan oleh kadar gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Kondisi kadar gula darah yang tinggi membuat tubuh terasa lebih hangat dan lebih banyak berkeringat. Karenanya, keinginan untuk tidur cenderung rendah lantaran perasaan tidak nyaman.
Di samping itu, kadar gula darah yang tinggi juga membuat produksi urine meningkat, sehingga keinginan untuk berkemih juga tinggi. Kelanjutan dari sering berkemih adalah dehidrasi, karenanya rasa haus kerap tak bisa dihindari. Ujung dari permasalahan tersebut adalah keinginan untuk berkemih dan minum di malam hari, sehingga kualitas tidur akan terganggu sama sekali.
Di sisi lain, kadar gula darah yang terlalu rendah akan menimbulkan keluhan seperti gemetar, rasa melayang, lemas, dan keringat dingin. Itu semua juga dapat menurunkan kualitas tidur pengidap diabetes.
Gangguan tidur akibat diabetes mellitus
Berikut adalah beberapa gangguan tidur yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus:
1. Obstructive sleep apnea (OSA)
Obstructive sleep apnea merupakan gangguan tidur tersering pada pengidap diabetes yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Kondisi ini terjadi bila pernapasan Anda hilang timbul—ditandai dengan adanya periode henti napas—di sepanjang waktu tidur. Keluhan utama yang khas adalah mengorok kala tidur. Keluhan lain, seperti rasa lelah dan mengantuk di siang hari.
2. Restless leg syndrome (RLS)
Keluhan khas dari RLS adalah dorongan terus-menerus untuk menggerak-gerakkan kaki, yang umumnya terjadi di malam hari. Akibatnya, Anda akan sulit tertidur atau mempertahankan tidur.
Biasanya, RLS terjadi akibat kekurangan zat besi. Namun, faktor lain juga dapat memengaruhi kemunculannya, seperti kadar gula darah yang tinggi, gangguan ginjal, kelainan tiroid, serta merokok.
3. Insomnia
Pengidap diabetes memang lebih berisiko mengalami insomnia akibat kadar gula darah yang tinggi. Namun, kemunculannya bergantung dari ada atau tidaknya pemicu, seperti stres fisik atau stres emosional.
Anda dianggap mengalami insomnia bila sering sulit tertidur atau mempertahankan tidur. Begitu pula bila Anda sering bangun terlalu dini dan tak mampu tidur kembali. Saat terbangun pun, biasanya masih merasa lelah atau mengantuk.
Agar kualitas tidur tetap baik meski diabetes
Kurang tidur jelas akan memengaruhi mood dan kualitas hidup Anda. Lantas, berapa lama waktu tidur yang ideal? Tentunya, hal ini bervariasi pada tiap individu. Namun sebagian besar orang dewasa membutuhkan waktu tidur sebanyak 8 jam per hari.
Selain kuantitas, yang juga penting diperhatikan oleh pengidap diabetes adalah kualitas tidur. Untuk mencapai hal itu, berikut tindakan yang dapat dilakukan:
- Menjaga kadar gula darah sesuai target pengobatan diabetes dengan rutin berolahraga, menjaga pola makan, dan patuh minum obat.
- Menjaga berat badan di rentang normal.
- Gunakan tempat dan bantal tidur yang membuat Anda nyaman.
- Mengupayakan kamar tidur yang gelap, bebas dari kebisingan, sejuk, dan berventilasi baik.
- Memiliki pola tidur yang sehat, dengan selalu berusaha untuk bangun dan tidur di jam yang sama.
Penyakit diabetes mellitus memang dapat memengaruhi kualitas tidur pengidapnya. Namun, keadaan ini tentu bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup dan pola tidur yang sehat.
[NB/ RVS]