Akhir-akhir ini banyak beredar kabar bahwa jengkol dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan ginjal seseorang. Hal ini terkait dengan bau atau tidaknya urine yang keluar setelah makan jengkol. Hoaks atau fakta?
Sebelum menjawab hal tersebut, Anda perlu tahu bahwa salah satu fungsi ginjal adalah untuk membuang sisa produksi di dalam tubuh melalui urine. Memang, aroma urine bisa dijadikan acuan ada atau tidaknya gangguan pada ginjal.
Tapi tunggu dulu! Sebab ada perbedaan kategori aroma urine. Seperti apa bedanya?
Dunia medis membedakannya ke dalam dua kelompok, yaitu fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal). Secara fisiologis, aroma tak sedap pada urine bisa terjadi akibat konsumsi makanan berbau khas. Misalnya: petai, jengkol, bawang putih, bawang merah, atau obat-obatan jenis tertentu.
Sedangkan aroma urine yang tidak normal, biasanya disebabkan akibat adanya gangguan kesehatan. Misalanya adanya suatu penyakit di ginjal, infeksi, atau kekurangan cairan (dehidrasi).
Karena tergolong sebagai penyebab fisiologis, maka aroma urine akibat makan jengkol tidak dapat dijadikan acuan untuk mendeteksi kesehatan ginjal.
Gangguan pada ginjal itu sendiri sebenarnya dapat diketahui dari kondisi-kondisi di bawah ini:
- Urine yang dikeluarkan sedikit
- Warna urine berubah menjadi kemerahan atau kecokelatan.
- Urine terlihat berbusa
- Pemeriksaan urine mendapatkan hasil yang tidak normal, seperti adanya kadar eritrosit, protein dan leukosit
Jadi, Anda tidak dapat melakukan cek kesehatan ginjal. Ingat, tak semua informasi yang beredar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebelum meyakininya, sebaik cek terlebih dahulu fakta di balik berita tersebut.
(NB/ RH)