Ginjal merupakan salah satu organ yang sangat penting bagi manusia. Oleh sebab itu, berbagai teknologi dikembangkan untuk menjaga fungsi organ satu ini. Salah satu yang sedang jadi perbincangan adalah ginjal bionik atau ginjal buatan, yang disebut bisa menjadi pengganti prosedur cuci darah. Bagaimana efektivitasnya? Simak penjelasannya berikut ini.
Ginjal berfungsi mengeluarkan berbagai senyawa berbahaya dari dalam tubuh melalui urine. Selain itu, ginjal juga memproduksi hormon untuk mengatur tekanan darah, meningkatkan produksi sel darah merah, dan mendukung kesehatan tulang.
Ketika ginjal mengalami gangguan dan jatuh pada keadaan gagal ginjal tahap akhir, maka berbagai fungsi di atas tidak dapat dilakukan lagi.
Tindakan terhadap gagal ginjal
Momok bagi setiap penderita gagal ginjal adalah kemungkinan untuk menjalani terapi pengganti ginjal. Sampai saat ini, terdapat tiga jenis terapi pengganti ginjal, yaitu hemodialisis (umum dikenal dengan cuci darah), Continous Ambulatory Periteneal Dyalisis (cuci darah melalui membran perut), dan transplantasi ginjal.
Dari ketiganya, salah satu yang paling dikenal masyarakat adalah cuci darah, di mana penderita datang ke fasilitas kesehatan untuk menjalani prosedur cuci darah dengan mesin khusus dan biasanya dilakukan sebanyak 2-3 kali per minggu.
Akan tetapi, satu hal yang menurunkan daya tarik cuci darah adalah kewajiban bagi penderita gagal ginjal untuk datang ke fasilitas cuci darah secara rutin. Namun, sepertinya hal ini dapat berubah di masa yang akan datang.
Kini, sedang dikembangkan ginjal bionik untuk menggantikan fungsi ginjal. Ginjal buatan ini akan ditanam di dalam tubuh manusia dan berfungsi layaknya “mesin cuci darah mini” yang terus menjalani fungsinya selama 24 jam.
Mengenal lebih jauh ginjal bionik atau ginjal buatan
Adanya alat pengganti fungsi ginjal yang dapat diletakkan di dalam tubuh manusia tentu akan menjadi terbososan besar dalam dunia kesehatan.
Ginjal buatan akan memberikan manfaat penyaringan darah secara terus-menerus, tidak seperti cuci darah saat ini yang hanya berfungsi beberapa saat saja. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Setelah alat ini ditanam, darah diharapkan dapat bergerak masuk ke dalam ginjal seperti pada orang sehat, yaitu dengan kekuatan pemompaan jantung dan melalui pembuluh darah.
Namun sayangnya, ginjal buatan ini belum dapat menggantikan berbagai fungsi ginjal yang lain. Salah satunya adalah kemampuan ginjal untuk memproduksi berbagai jenis hormon yang penting untuk kelangsungan hidup manusia, seperti hormon eritropoetin yang berguna untuk pembuatan sel darah merah.
Kendala pada ginjal bionik atau ginjal buatan
Salah satu masalah yang perlu diselesaikan dari teknologi ini adalah pembekuan darah yang mungkin terjadi pada penggunaan alat atau benda asing dari luar tubuh, seperti ginjal buatan.
Saat trombosit darah bersentuhan dengan permukaan mekanik, trombosit dan faktor pembekuan darah akan memiliki kecenderungan alami untuk menggumpal, menyebabkan penyumbatan darah, dan kerusakan perangkat.
Oleh karena itu, para peneliti masih mencari cara bagaimana menjaga darah mengalir lancar melalui alat buatan tanpa pembekuan.
Gumpalan darah memang merupakan hal yang perlu diwaspadai. Gumpalan darah dapat terlepas dari tempat asalnya dan bermigrasi ke paru, sehingga dapat menyebabkan emboli paru atau sumbatan pembuluh darah paru.
Emboli paru sendiri dapat menyebabkan keluhan sesak napas, penurunan kesadaran, bahkan kematian mendadak.
Sampai saat ini, ginjal bionik atau ginjal buatan masih berada pada tahap penelitian dan belum tersedia luas untuk digunakan. Jika teknologi ini berhasil, tentunya akan memberikan harapan baru bagi penderita gagal ginjal yang selama ini harus menggantungkan nyawanya pada prosedur cuci darah.
[MS/ RVS]