Cangkok ginjal adalah prosedur menggantikan ginjal yang tak lagi mampu bekerja dengan baik. Seperti yang dialami oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yunahar Ilyas. Namun, sayangnya ia tutup usia saat proses persiapan cangkok ginjal.
Yunahar Ilyas, atau yang akrab disapa Buya Yunahar, meninggal dunia pada hari Kamis (2/1), sekitar pukul 23.47 WIB, setelah dirawat di Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. Sebelum ia wafat, pihak rumah sakit berencana melaksanakan prosedur cangkok ginjal atau transplantasi ginjal.
Dirangkum dari berbagai sumber, almarhum memang sudah lama menderita gagal ginjal, dan sebelum wafat penyakitnya dilaporkan sudah pada tahap akhir. Mendiang didiagnosis mengalami gagal ginjal sebagai komplikasi diabetes yang dideritanya. Kondisi tersebut sempat mengharuskannya cuci darah seminggu sekali.
Sekilas tentang Gagal Ginjal
Menurut penjelasan dr. Devia Irine Putri dari KlikDokter, gagal ginjal terjadi ketika organ penyaring kotoran dari darah ini fungsinya menurun sehingga tak mampu bekerja sebagaimana mestinya.
“Fungsi utama ginjal adalah menjaga kestabilan cairan dan elektrolit, serta menyaring toksin yang tidak diperlukan tubuh. Selain itu, ginjal juga membantu mengatur hormon renin. Hormon tersebut membantu pengaturan tekanan darah maupun eritropoietin (EPO), yang membantu merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang belakang,” jelas dr. Devia.
Secara garis besar, gagal ginjal terbagi menjadi dua: gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
“Gagal ginjal akut merupakan penurunan cepat dari fungsi ginjal yang dilihat dari laju filtrasi glomerulus dan umumnya dapat kembali normal. Sedangkan gagal ginjal kronis adalah kondisi penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara bertahap atau perlahan,” terang dr. Devia.
Artikel lainnya: Ginjal Bionik, Ginjal Buatan Pengganti Cuci Darah
Penyebab Gagal Ginjal
Penyebab gagal ginjal beragam. Dalam kasus gagal ginjal akut, pemicunya meliputi dehidrasi berat, infeksi berat atau sepsis, penyakit autoimun, infeksi saluran kemih, obstruksi pada saluran kemih, penggunaan obat-obatan bebas tanpa pengawasan dokter, atau penyakit jantung seperti gagal jantung kronis atau serangan jantung.
Dalam kasus gagal ginjal kronis, biasanya penyebabnya adalah komplikasi dari penyakit lain, seperti diabetes—seperti yang dialami oleh mendiang Yunahar—dan hipertensi yang tak terkontrol.
“Selain itu, apabila pasien gagal ginjal akut tidak ditangani dengan baik, maka kondisi tersebut bisa berlanjut menjadi gagal ginjal kronis,” lanjut dr. Devia.
Semakin menurunnya fungsi ginjal, akan membuat penderita mengalami penyakit ginjal kronis, hingga akhirnya terjadi gagal ginjal sebagai akhir dari tingkat keparahan rusaknya organ berbentuk kacang ini.
Penanganan Gagal Ginjal: Cuci Darah atau Cangkok Ginjal?
Saat ginjal dikatakan mengalami kegagalan, artinya organ tersebut sudah tak lagi dapat berfungsi dengan baik. Karenanya, pasien butuh tindakan hemodialisis alias cuci darah untuk menggantikan fungsi ginjal.
“Tak semua kasus gagal ginjal memerlukan cuci darah. Namun, apabila fungsi ginjal makin menurun, maka tindakan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal harus dilakukan,” ujar dr. Devia.
Bila pasien memenuhi syarat dan tak ingin bolak-balik melakukan hemodialisis, dr Devia mengatakan operasi cangkok ginjal bisa dipertimbangkan.
Dengan operasi cangkok ginjal, pasien gagal ginjal bisa mendapatkan renal baru yang dapat berfungsi dengan baik. Sedikit informasi, transplantasi ginjal adalah prosedur pencangkokan organ yang paling sering dilakukan di seluruh dunia, yaitu sekitar 70 persen.
Artikel lainnya: 8 Kebiasaan Pemicu Penyakit Ginjal
Persiapan Operasi Cangkok Ginjal
Ada beberapa langkah persiapan untuk operasi cangkok ginjal. Dikutip dari beberapa sumber, persiapan tersebut meliputi:
1. Evaluasi
Untuk mengetahui seorang pasien bisa menjalani prosedur cangkok ginjal atau tidak, pasien akan melakukan berbagai tes seperti: tes darah dan jaringan, tes untuk HIV dan hepatitis, cek prostat, mamografi dan pap smear, cek jantung dan paru-paru, tes ginjal dan hati, hingga kolonoskopi.
Tak hanya fisik, kondisi mental juga akan dievaluasi untuk memastikan kesiapan pasien untuk pencangkokan, serta apakah pasien nantinya dapat merawat ginjal barunya dengan benar.
Selain itu, tim transplantasi juga akan menanyakan kesiapan finansial, support system, hingga asuransi.
2. Mencari Donor yang Tepat
Bila “lulus” evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah mencari donor yang tepat. Umumnya, donor berasal dari anggota keluarga pasien yang secara sukarela ingin mendonorkan ginjalnya dan memiliki kecocokan.
Untuk mencari kecocokan organ donor dengan pasien, biasanya akan dilakukan pemeriksaan golongan darah, human leukocyte antigen (HLA), dan tes kecocokan darah (crossmatch). Kecocokan yang paling tinggi umumnya memang berasal dari keluarga.
3. Menjaga Kesehatan
Bila operasi cangkok ginjal sudah dijadwalkan, pasien harus menjaga kesehatan tubuh sebaik mungkin.Tubuh yang sehat dan bugar dapat membantu pemulihan lebih cepat.
Cara pasien untuk tetap sehat sembari menunggu jadwal tindakan transplantasi ginjal antara lain sebagai berikut ini.
- Minum obat sesuai anjuran dokter.
- Ikuti pola makanan dan latihan fisik yang dianjurkan.
- Tidak merokok.
- Cek dengan tim dokter secara berkala.
- Terlibat dalam aktivitas sehat, seperti relaksasi dan menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat.
Artikel lainnya: Batu Ginjal Bisa Berakhir Gagal Ginjal, Benarkah?
4. Saat Operasi Cangkok Ginjal Berlangsung
Operasi cangkok ginjal dilakukan di bawah pengaruh anestesi, sehingga pasien tak akan terbangun saat prosedur berlangsung. Tim bedah akan memonitor denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat oksigen dalam darah sepanjang operasi.
5. Pasca Pencangkokan
Setelah prosedur pencangkokan ginjal selesai, pasien akan dirawat secara intensif selama beberapa hari hingga berminggu-minggu di rumah sakit. Tujuan utamanya adalah untuk memantau tanda-tanda komplikasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi kegagalan fungsi ginjal yang baru akibat penolakan dari tubuh, infeksi, penggumpalan darah, perdarahan, tersumbat atau bocornya ureter yang baru, gangguan fungsi hati, hingga stroke dan serangan jantung.
Namun, bila semuanya lancar, pasien dapat kembali beraktivitas normal sekitar 8 minggu pascaoperasi.
Pasien juga diwajibkan untuk memeriksakan kondisinya secara berkala dan mengonsumsi obat-obatan. Jangan sungkan untuk bertanya mengenai perawatan yang bisa dilakukan di rumah.
“Setelah menjalani transplantasi ginjal, penerima harus tetap mengonsumsi obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan tubuh, agar ginjal barunya tidak mengalami penolakan,” kata dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter.
Meski bisa bikin pasien khawatir, tetapi dr. Karin mengatakan, transplantasi ginjal merupakan terapi terbaik bagi penderita gagal ginjal jika dibandingkan dengan cuci darah.
“Selain hasil akhir yang lebih baik, secara keseluruhan harganya lebih ekonomis. Selain itu, kualitas hidup pasien yang melakukan transplantasi ini akan menjadi lebih baik,” kata dr. Karin.
Ingin Menjadi Donor Ginjal? Ketahui Persyaratannya
Berdasarkan penjelasan dari dr. Karin, tidak semua orang dapat menjadi donor untuk transplantasi organ.
“Pendonor harus berusia antara 18-60 tahun dan memenuhi syarat kesehatan tertentu. Akan lebih baik lagi jika sang pendonor memiliki hubungan darah dengan penerima ginjal. Jika tidak ada hubungan darah, sang pendonor masih dapat mendonorkan ginjalnya, tetapi prosedurnya akan lebih rumit dan memengaruhi biaya yang dibutuhkan,” ia memaparkan.
Meski dikatakan lebih baik untuk pasien gagal ginjal stadium akhir ketimbang harus bolak-balik cuci darah, keputusan untuk melakukan transplantasi cangkok ginjal harus dipikirkan masak-masak. Konsultasikan dengan dokter tentang kesiapan baik secara fisik, psikis, serta finansial.
Bicarakan dan minta pula dukungan dari orang-orang terdekat, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang persiapan operasi cangkok ginjal dari ahlinya, sehingga semua prosesnya dapat berjalan lancar.
(RPA/AYU)