Gempa di Palu, Donggala, Mamuju dan beberapa lokasi lain di Sulawesi Tengah - yang disusul dengan tsunami - menghancurkan stabilitas kehidupan masyakarat setempat. Kebutuhan pokok seperti bahan pangan dan air minum menjadi barang langka. Dengan minimnya ketersediaan air minum, mengingat bantuan masih dalam perjalanan, memunculkan kekhawatiran bahwa korban gempa Sulawesi Tengah rentan terkena gangguan ginjal.
Gangguan ginjal bisa muncul akibat kondisi dehidrasi berat, saat asupan cairan benar-benar menurun. Dehidrasi adalah kondisi kurangnya asupan cairan, serta tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk menjalankan fungsinya secara normal. Seperti yang telah diketahui, setiap cairan yang terbuang harus digantikan kembali dengan cara minum secukupnya. Ketika keseimbangan ini terganggu, dehidrasi akan muncul.
Waspadai gagal ginjal akut
Saat dehidrasi berlangsung dalam waktu lama, kerja ginjal untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh akan semakin berat. Beban yang bertambah bagi ginjal ini lama-kelamaan dapat menyebabkan jaringan ginjal kesulitan melakukan filtrasi urine, sehingga gagal ginjal akut (acute kidney failure) bisa terjadi.
Kondisi gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal secara tiba-tiba kehilangan kemampuan untuk menyaring produk-produk sisa dari darah. Ketika ginjal tidak mampu lagi menyaring darah, maka produk sisa yang tidak berguna akan menumpuk dalam darah. Dalam waktu singkat, ketidakseimbangan komponen darah akibat produk sisa ini akan mengacaukan keseimbangan kimiawi darah.
Gagal ginjal akut umumnya terjadi dengan cepat, dalam waktu kurang dari beberapa hari. Dalam keadaan normal, umumnya yang mengalami gagal ginjal akut adalah pasien rumah sakit yang dirawat intensif. Namun, gagal ginjal akut sifatnya reversibel, alias fungsi ginjal bisa kembali normal atau mendekati normal ketika penyebab gagal ginjal telah tertangani.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang muncul ketika terjadi gangguan ginjal.
- Jumlah urine berkurang
- Terdapat penumpukan cairan di tubuh, utamanya pergelangan kaki
- Sesak napas
- Lemah dan kelelahan
- Nyeri dada
- Kejang dan koma
- Kebingungan
- Mual muntah
Mereka yang berisiko terkena gangguan ginjal
Komplikasi dehidrasi yang bisa sebabkan gangguan ginjal lebih mungkin dialami oleh orang-orang dengan kondisi berikut:
1. Bayi dan anak-anak
Bayi dan anak-anak merupakan kelompok usia yang sangat rentan mengalami gangguan ginjal. Ini karena bayi dan anak memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar dibandingkan volume tubuh, maka mereka akan lebih mudah mengalami kehilangan cairan dalam jumlah besar. Ada pula risiko bahwa mereka belum sensitif untuk merasakan haus (tanda kekurangan cairan).
2. Lansia
Semakin bertambahnya usia, maka cairan tubuh yang disimpan akan semakin berkurang. Kemampuan lansia untuk menyimpan cadangan air juga berkurang. Kondisi gangguan ginjal juga akan semakin mudah terjadi bila sebelumnya telah terdapat penyakit kronis.
3. Penderita penyakit kronis
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol, apalagi bila tidak diobati, akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan ginjal sebagai komplikasi dehidrasi.
4. Domisili di wilayah dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi
Saat cuaca panas, terutama di tempat dengan kelembapan tinggi, maka risiko kehilangan cairan tubuh akan bertambah. Temperatur tubuh yang meningkat membuat tubuh membutuhkan lebih banyak air.
Sesungguhnya gangguan ginjal bukanlah satu-satunya komplikasi dehidrasi. Dehidrasi juga dapat berujung pada terjadinya syok, trombosis sinus venosus, kejang, dan kehilangan kesadaran.
Oleh sebab itulah kondisi kekurangan cairan pada korban bencana alam seperti di Sulawesi Tengah bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Kondisi ini sebaiknya menjadi salah satu fokus utama arus bantuan korban gempa. Apalagi ternyata dehidrasi yang mengawali gangguan ginjal sering kali tidak didahului oleh rasa haus. Penting untuk diketahui, rasa haus tidak menjadi indikator yang tepat atas kebutuhan cairan tubuh. Terutama bagi lansia, umumnya mereka tidak merasakan haus sampai telah dalam keadaan dehidrasi. Inilah pentingnya memastikan asupan cairan, bahkan sebelum menunggu rasa haus muncul.
Bagaimana jika telah terjadi kekurangan cairan para korban gempa dan tsunami Sulawesi Tengah, apakah sudah pasti terkena gangguan ginjal? Jawabannya tidak. Prognosis dari penderita dehidrasi akan sangat baik ketika dapat ditangani secara efektif, yaitu dengan memberikan asupan cairan yang cukup. Semoga kebutuhan air minum, pangan, air bersih, dan kebutuhan mendesak lainnya segera terpenuhi, dan kota-kota yang terdampak gempa maupun tsunami bisa kembali pulih.
[RN/ RVS]