Gagal ginjal merupakan penyakit yang membuat penderitanya sangat kerepotan. Penyakit ini menuntut sang penderita untuk melakukan cuci darah seumur hidupnya, agar tetap bisa bertahan dan memiliki kualitas hidup yang mumpuni.
Gagal ginjal itu sendiri merupakan kondisi dimana ginjal tidak dapat melakukan fungsinya untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan cairan berlebih dalam tubuh. Keadaan ini juga dikenal dengan sebutan lain, yaitu penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease.
Pada penyakit ginjal kronis, penderitanya mengalami penurunan fungsi ginjal yang progresif dalam kurun waktu beberapa bulan hingga tahun. Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Di Indonesia, menurut data dari Kemenkes RI yang dilansir tahun 2017, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung.
Gagal ginjal pada pria dan wanita
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Indonesian Renal Registry (IRR), angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia pada pria lebih tinggi (0,3 persen) dibandingkan wanita (0,2 persen).
Namun, data dari Center Disease Control (CDC) di Amerika Serikat menunjukkan hasil yang berbeda. CDC menyebut bahwa penyakit gagal ginjal lebih tinggi dialami oleh wanita (18 persen) dibandingkan pria (13 persen). Seperti dilansir oleh situs John Hopkins Medicine, diperkirakan ada 195 juta wanita mengalami gagal ginjal di seluruh dunia dan penyakit tersebut dinobatkan sebagai penyebab kematian nomor 8 di kalangan wanita.
Merujuk National Kidney Foundation, alasan mengapa wanita lebih rentan mengalami gagal ginjal adalah karena mereka lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih (ISK), dan preeklamsia yang dijumpai pada 3–10 persen wanita hamil. Selain itu, penyakit sistemik lain seperti systemic lupus erythematosus (SLE), rheumatoid arthritis (RA), dan systemic scleroderma (SS) juga lebih berisiko dialami oleh wanita. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal ginjal. Pada penyakit SLE misalnya, 50 persen pasien wanita yang mengalaminya berakhir pada kondisi gangguan fungsi ginjal yang sangat mungkin berujung pada gagal ginjal.
Melengkapi temuan di atas, studi yang dipublikasikan di Journal of the American Society of Nephrology menyebut bahwa wanita yang mengalami gagal ginjal kronis, menjalani cuci darah, dan dirawat di rumah sakit cenderung lebih banyak daripada pasien pria. Angka masuk rumah sakit pada wanita gagal ginjal yang cuci darah adalah sekitar 2.08 per tahun, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pria hanya 1.68 per tahun.
Kesimpulannya, gagal ginjal lebih mungkin dialami oleh wanita. Kendati begitu, pria tak boleh berlega hati begitu saja, karena pada dasarnya penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja. Oleh karena itu, baik pria maupun wanita sama-sama dianjurkan untuk menerapkan gaya hidup aktif dan sehat mulai sekarang, agar penyakit gagal ginjal maupun kondisi merugikan lainnya tidak terjadi di kemudian hari.
[NB/ RVS]