Pada hari Selasa (4/12) kemarin, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia melansir berita bahwa terdapat dua merek obat yang mengandung Valsartan dan Losartan diputuskan untuk ditarik dari peredaran karena mengandung zat pengotor (impurities). Setelah itu, beredar informasi yang menyatakan bahwa kedua obat tersebut menyebabkan kanker.
Informasi bahwa Valsartan dan Losartan menyebabkan kanker sebenarnya tidak tepat. Sebuah penelitian skala besar melibatkan hampir 150.000 orang yang mengonsumsi obat tersebut dipublikasikan dalam jurnal Pubmed Central.
Ditemukan bahwa setelah dilakukan pengamatan jangka panjang, mengonsumsi obat tersebut tak menyebabkan risiko mengalami kanker tertentu. Belum ada penelitian yang melaporkan bahwa penderita hipertensi mengalami kanker akibat konsumsi obat tersebut.
Meski demikian, US Food and Drug Administration (FDA) serta BPOM RI mengambil langkah untuk menarik beberapa merek obat Valsartan dan Losartan karena adanya laporan di Amerika dan Eropa bahwa terdapat produsen bahan baku obat yang menemukan bahwa kedua zat aktif obat tersebut tercemar dengan zat pengotor bernama N-Nitrosodiethylamine (NDMA).
Artikel Lainnya: Obat Hipertensi Valsartan dan Losartan Ditarik BPOM, Ada Apa?
Kenali dampak zat NDMA
NDMA merupakan zat yang dapat ditemukan di dalam pestisida atau cairan pembersih klorin. Namun kadang kala NDMA dapat terbentuk secara tak sengaja dari proses reaksi kimia tertentu.
Dampak NDMA pada manusia belum diketahui dengan jelas. Yang telah diketahui hingga saat ini adalah bahwa NDMA bisa menyebabkan mutasi genetik yang berujung pada potensi kanker pada binatang percobaan. Karena temuan ini, maka NDMA tidak boleh terdapat pada makanan dan obat karena dianggap berpotensi meningkatkan risiko kanker.
Tak semua merek obat Valsartan dan Losartan yang beredar di Indonesia mengandung pengotor NDMA. BPOM menyatakan bahwa yang mengandung pengotor tersebut adalah obat dengan bahan baku produksi Zhejiang Huahai Pharmaceuticals, Linhai, China yang beredar dengan merek Acetensa (tablet salut selaput 50 mg) dan Insaar (tablet 50 mg). Sementara itu obat merek lain yang mengandung Valsartan atau Losartan dinyatakan aman hingga saat ini.
Artikel Lainnya: Hati-hati, Obat Pelangsing Bisa Sebabkan Hipertensi Paru
Sakit hipertensi, haruskah minum obat?
Pemberitaan yang simpang siur mengenai bahaya obat hipertensi ini membuat sebagian masyarakat khawatir. Beberapa penderita hipertensi mempertimbangkan untuk tak lagi mengonsumsi obat karena takut mengalami efek samping yang tidak diinginkan.
Keputusan untuk berhenti mengonsumsi obat sebaiknya tidak dilakukan. Seseorang yang sudah didiagnosis mengalami hipertensi harus mengonsumsi obat penurun tekanan darah secara rutin untuk mengontrol tekanan darahnya.
Obat-obat yang beredar saat ini telah menjalani penelitian jangka panjang untuk membuktikan efektivitas dan keamanannya. Hingga saat ini, belum ada studi yang menemukan bahwa obat hipertensi dapat menyebabkan dampak atau bahaya tertentu.
Sebaliknya, jika penderita hipertensi memutuskan tidak mengonsumsi obat, justru berbagai komplikasi dapat terjadi. Tekanan darah yang tidak terkontrol berkepanjangan menyebabkan gangguan pada pembuluh darah di berbagai tempat dan bisa mengakibatkan stroke, penyakit jantung koroner, penyakit arteri pada tungkai bawah, gagal ginjal, serta retinopati (gangguan pada pembuluh darah mata yang menyebabkan tajam penglihatan terganggu secara permanen).
Agar Anda tidak bingung, konsultasikan pada dokter mengenai pemilihan jenis obat hipertensi yang tepat agar Anda bisa mendapatkan manfaat optimal dari obat tersebut dan terjauh dari efek samping.
Selain itu, untuk membantu mengontrol tekanan darah, penderita darah tinggi juga harus berolahraga dengan teratur. Hal-hal lain yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah dengan menghindari stres, menghindari paparan asap rokok, serta menjaga berat badan di kisaran angka ideal.
[RVS]