Khususnya bagi pekerja kantoran, pekerjaan bisa begitu menguras waktu dan tenaga, sehingga stres dan kelelahan tak terhindarkan. Stres dan tekanan akibat pekerjaan ternyata bisa menyebabkan burnout syndrome, yang bisa pengaruhi kesehatan jantung.
Burnout Syndrome, Apa Itu?
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, burnout syndrome adalah kondisi stres kronis akibat pekerjaan, yang ditandai dengan rasa lelah, kesal dengan pekerjaan, dan merasakan ketidakpuasan. Kondisi ini bisa dirasakan secara fisik maupun emosional.
Karakteristik dari burnout antara lain:
- Merasa seperti kehabisan energi atau kelelahan.
- Meningkatnya pemisahan diri antara diri dan hal-hal yang terkait pekerjaan (mental distance), atau perasan negatif atau sinisme yang berkaitan dengan pekerjaan.
- Penurunan produktivitas kerja.
Berdasarkan sebuah jejak pendapat, ditemukan bahwa sekitar dua pertiga pekerja mengalami sindrom burnout ada pekerjaan mereka, dengan hampir seperempat dari pekerja tersebut merasa sering atau selalu mengalaminya.
Seorang peneliti, Dr. Parveen K. Garg, yang merupakan lektor kepala (associate professor) kedokteran klinis dari Keck School of Medicine di Universitas Southern California, Amerika Serikat (AS), mengatakan, burnout bisa disebabkan oleh stresor (pemicu stres) apa pun. Bahkan, stres bisa berasal dari diri sendiri atau tekanan di rumah
Artikel lainnya: Berapa Kali Waktu Liburan yang Ideal dalam Satu Tahun?
Kelelahan Fisik dan Psikis dalam Bekerja Memengaruhi Kesehatan Jantung?
Ternyata bikin capek fisik dan psikis, ternyata sindrom burnout berkaitan dengan kesehatan jantung.
Seorang dokter spesialis jantung di AS, Dr. J. Shah, sekaligus penulis buku “Heart Health: A Guide to the Tests and Treatments You Really Need” mengatakan bahwa kemarahan, kekhawatiran, dan depresi berhubungan dengan berkembangnya penyakit jantung koroner dan gagal jantung kongestif.
Sebuah penelitian terbaru menemukan hubungan antara kondisi burnout yang parah dengan sebuah tipe gangguan irama jantung atau aritmia, yaitu fibrilasi atrium. Konsekuensinya bisa fatal, bisa berujung pada gagal jantung, dan komplikasi jantung lainnya.
Fibrilasi atrium adalah gangguan irama jantung yang mana jantung berdenyut dengan cepat dan tidak teratur, sehingga menyebabkan rendahnya aliran darah yang dikeluarkan jantung.
Gangguan irama jantung jenis ini paling sering terjadi dapat menyebabkan gejala seperti:
- Nyeri dada.
- Jantung berdebar.
- Pusing.
- Sesak napas.
- Kelelahan.
Tak hanya itu, fibrilasi atrium juga dapat meningkatkan risiko stroke meski tidak ada gejala yang menyertai.
Hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis “European Journal of Preventive Cardiology” meneliti lebih dari 11 ribu partisipan, yang dipantau selama hampir 25 tahun.
Tim peneliti mencari tanda-tanda dari burnout yang parah atau kelelahan, kemarahan, penggunaan obat antidepresan, dan dukungan sosial yang buruk.
Hasilnya, peserta yang memiliki tingkat kelelahan tertinggi mempunyai risiko 20 persen lebih tinggi menderita atrial fibrilasi dibandingkan peserta yang memiliki risiko rendah.
Partisipan yang menggunakan obat antidepresan juga dikatakan memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami gangguan irama jantung tersebut. Namun, hubungan tersebut akhirnya menghilang setelah tim peneliti mengikutsertakan faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan fibrilasi atrium.
Untuk orang-orang dengan stres dalam tingkatan rata-rata, bila tidak ada penyebab sebelumnya dari fibrilasi atrium, stres yang dialami tidak akan menyebabkan gangguan irama jantung tersebut.
Faktor risiko dari fibrilasi atrium yang bisa diubah adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi, penyakit jantung, dan gemar minum minuman beralkohol.
Artikel lainnya: 7 Fakta tentang Penyakit Jantung yang Wajib Diketahui
Meski penelitian tersebut menemukan pengaruh antara burnout dan meningkatnya risiko perkembangan fibrilasi atrium, stres kronis dapat memengaruhi tubuh dalam berbagai cara.
Orang-orang yang merasa kacau, kesal, sedih, atau kurangnya kemampuan untuk berpikir positif memiliki peningkatkan risiko terkena penyakit penyakit jantung dan pembuluh darah secara keseluruhan.
Jadi, meskipun risiko mengalami fibrilasi atrium rendah, tetapi belajar untuk mengurangi atau mengatasi stres perannya krusial. Misalnya dengan berolahraga teratur, melakukan atau menekuni hobi, ngopi dengan sahabat, keluar dari lingkungan yang bikin stres, dan sebagainya.
Kesehatan fisik dan mental saling memengaruhi. Dengan menjadi lebih positif, Anda dapat merasakan peningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Temuan penelitian ini masih harus diteliti lebih lanjut untuk memastikan kaitan antara burnout dan kesehatan jantung. Namun, mulai sekarang prioritaskan kesehatan mental dan fisik agar terhindar dari segala macam penyakit.
Masalah Kesehatan Lainnya yang Juga Bisa Terjadi akibat Burnout
Tak hanya dapat memengaruhi kesehatan jantung, tetapi kondisi tersebut juga dapat menyebabkan gangguan seperti:
- Sulit tidur atau insomnia
- Diabetes melitus tipe 2
- Kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat tertentu
- Susah mengendalikan emosi
- Rentan terserang penyakit
Tips Mengatasi Burnout
Karena akibatnya cukup serius, yuk atasi burnout dengan tepat itu memengaruhi kesehatan fisik dan mental lebih jauh. Ikuti tips di bawah ini:
- Hindari berkata “ya” pada semua pekerjaan. Bila semua dikerjakan tanpa pilih-pilih, bisa-bisa Anda stres berat.
- Jangan pernah melewatkan me-time. Manjakan diri dengan quality time dengan orang-orang tersayang atau teman, melakukan hobi, mencoba aktivitas yang menyenangkan, meditasi, dan sebagainya.
- Buat standar yang lebih realistis.
- Rutin olahraga dan istirahat cukup.
Meski burnout syndrome sering ditemukan pada pekerja kantor, tetapi kondisi tersebut meski ditangani dengan. Dampaknya tak hanya pada jantung, tetapi juga gangguan kesehatan lainnya. Bila tips di atas tak mampu mengatasinya, sebaiknya minta bantuan ahli kejiwaan profesional, sebelum itu memengaruhi kinerja dan aspek kehidupan lainnya.
(RN/RPA)