Salah satu masalah kesehatan yang mungkin ditakuti oleh semua pria adalah disfungsi ereksi alias impotensi. Sebab keadaan ini bisa menyebabkan hilangnya keperkasaan, karena penis tak mampu lagi bereaksi terhadap rangsangan seksual. Benarkah disfungsi ereksi juga menandakan pria tersebut mengidap penyakit jantung?
Menurut dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan penis untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang berkualitas. Keadaan ini bisa benar-benar mengganggu kehidupan seksual penderitanya.
Lebih daripada itu, sebuah artikel yang dimuat di International Journal of Clinical Practice membeberkan fakta, bahwa disfungsi ereksi ternyata juga merupakan tanda peringatan dini dari penyakit jantung.
Disfungsi ereksi dan penyakit jantung
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa disfungsi ereksi akan menjadi pertanda penyakit jantung pada sekitar dua pertiga pria. Hubungan ini lebih menonjol pada pria sehat yang berusia 40 hingga 69 tahun dibandingkan pria yang lebih tua.
Pada studi lain, pria dengan disfungsi ereksi lebih berpotensi terkena penyakit jantung dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Pria dengan keluhan tersebut juga berisiko mengalami penyakit pembuluh darah lainnya, seperti serangan jantung atau stroke, dalam tiga hingga lima tahun setelahnya.
"Disfungsi ereksi bisa menjadi penanda awal penyakit jantung koroner yang asimtomatik (tidak bergejala), sehingga bisa memprediksi kejadian jantung dalam dua hingga lima tahun ke depan," kata peneliti sekaligus seorang ahli jantung di London Bridge Hospital, Graham Jackson, MD.
Lebih lanjut, Jackson menjelaskan bahwa hubungan antara disfungsi ereksi dan penyakit jantung terletak pada penyebabnya. Masing-masing kondisi tersebut terjadi akibat adanya penumpukan plak di arteri (aterosklerosis), yang membatasi aliran darah ke organ jantung maupun penis.
Lebih lanjut, Jackson juga menjelaskan bahwa disfungsi ereksi dapat dikaitkan dengan diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Kesemua hal tersebut merupakan faktor risiko dari kejadian jantung koroner yang mungkin tidak terdeteksi
“Disfungsi ereksi memberi kita kesempatan untuk menemukan faktor risiko dan mengobati sebelum itu menjadi masalah besar," ungkapnya.
Melengkapi temuan di atas, seorang ahli jantung Bradenton Cardiology Center di Bradenton, Fla Srinivas Iyengar, MD, setuju bahwa pria dengan disfungsi ereksi perlu diperiksa jantungnya. Apalagi bila dirinya memiliki usia 40 tahun ke atas.
"Jika Anda memiliki disfungsi ereksi, pria berisiko lebih tinggi untuk meninggal akibat adanya penyakit pembuluh darah. Karena itu, seorang pria berusia 40 tahun dengan disfungsi ereksi harus mendapatkan pemeriksaan pembuluh darah,” kata Iyengar.
"Dokter yang mendiagnosis dan mengobati disfungsi ereksi juga harus mengevaluasi faktor risiko penyakit jantung, apakah obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, atau diabetes," sambung Iyengar.
Meski demikian, Iyengar menekankan bahwa disfungsi ereksi tak melulu berujung pada penyakit jantung. Namun, memang, pria yang mengalami disfungsi ereksi memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk berakhir pada kondisi penyakit jantung.
"Mereka berada pada risiko yang lebih tinggi, dan profil risiko mereka secara keseluruhan naik jika memiliki disfungsi ereksi," jelas Iyengar..
Nah, sekarang sudah jelas bahwa pria dengan disfungsi ereksi lebih berisiko terkena penyakit jantung di kemudian hari. Atas sadar ini, jika Anda mengalami masalah seksual tersebut, sebaiknya tak perlu menunda lagi untuk berobat ke dokter, agar bisa mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat.
[NB/ RVS]