Sedang mencari cara alami untuk menurunkan kolesterol tinggi selain dengan mengatur pola makan dan berolahraga? Di pasaran banyak beredar suplemen makanan yang katanya dapat menurunkan kolesterol. Namun, benarkah konsumsi suplemen-suplemen tersebut dapat bekerja secara efektif?
Meski tak selalu sempurna, bukti ilmiah merupakan cara terbaik untuk menentukan apakah suatu suplemen betul-betul efektif untuk memerangi kadar kolesterol yang berlebih. Inilah profil efektivitas beberapa suplemen penurun kolesterol yang mungkin Anda kenal.
Minyak ikan dan omega-3
Asam lemak sehat omega-3 dalam bentuk EPA dan DHA merupakan kandungan utama dalam suplemen minyak ikan. Minyak ikan diketahui dapat menurunkan kadar trigliserida hingga 10-30 persen dalam sebuah uji klinis yang menggunakan dosis tinggi 3 gram atau lebih. Faktanya, semakin tinggi kadar trigliserida, semakin efektif kerja minyak ikan. Meski demikian, minyak ikan tidak menurunkan, malah sedikit meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL).
Hasil ini didapatkan berbeda saat seseorang mengonsumsi omega-3 yang berasal dari minyak krill, yaitu minyak dari udang-udangan yang ditemukan di Samudra Antartika. Berdasarkan meta-analisis dari tujuh uji klinis, suplementasi minyak krill dapat menurunkan kolesterol LDL dan trigliserida, sekaligus meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) secara signifikan.
Kedelai
Protein kedelai bersumber dari makanan seperti tahu, tempe, edamame, dan susu kedelai. Kedelai juga mengandung isoflavon fitoestrogen, yang memiliki efek serupa hormon estrogen dalam tubuh. Hormon ini memengaruhi kadar kolesterol darah serta menghambat oksidasi LDL yang berhubungan dengan pembentukan plak dan sumbatan pembuluh darah.
Hasil kajian sistematis menemukan bahwa konsumsi protein kedelai dalam jumlah besar (50 gram per hari) atau mencapai 50 persen dari asupan protein harian total, hanya menurunkan kolesterol LDL sebanyak 3 persen. Efek kedelai terhadap kadar kolesterol HDL dan trigliserida pun tidak signifikan.
Selanjutnya
Minyak kelapa
Sebuah kajian klinis menemukan bahwa minyak kelapa justru meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL. Ini karena minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh laurat dan miristat. Karenanya, para pakar tidak menganjurkan penggunaan minyak kelapa untuk menurunkan kolesterol.
Bawang putih
Bawang putih merupakan salah satu suplemen penurun kolesterol yang sangat populer di masyarakat. Tetapi, studi-studi terkini tak berhasil membuktikan adanya manfaat bawang putih dalam menurunkan kolesterol.
Sebuah studi pada tahun 2007 yang dimuat dalam jurnal Archives of Internal Medicine membandingkan konsumsi bawang putih mentah dengan bentuk suplemennya selama 6 bulan. Hasilnya, tidak ditemukan efek pada keduanya, baik terhadap kadar kolesterol total, LDL, HDL, maupun trigliserida. Pada tahun berikutnya, sebuah meta-analisis dari berbagai uji klinis menyimpulkan bahwa bawang putih tidak memiliki efek terhadap kadar kolesterol darah.
Serat larut
Jenis serat larut seperti psyllium, pektin, dan dekstrin diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL. Serat larut bisa didapat dari makanan seperti oatmeal, jali, dedak, kacang-kacangan, jeruk, maupun dari suplemen serat. Ditemukan bahwa serat dari biji-bijian utuh (whole grain) paling efektif dalam menurunkan kolesterol.
Mekanisme kerja serat larut dalam menurunkan kolesterol berbeda-beda tergantung jenisnya. Cara kerjanya bisa dengan memperlambat pengosongan lambung sehingga rasa kenyang bertahan lebih lama, menghambat pembentukan kolesterol di hati, serta meningkatkan pengeluaran kolesterol melalui garam empedu dan feses. Begitupun dengan efeknya dalam menurunkan kolesterol, bervariasi antara 4-17 persen.
Angkak (red yeast rice)
Angkak merupakan produk beras yang telah difermentasi dan biasanya digunakan sebagai campuran dalam masakan oriental. Angkak dapat menurunkan kolesterol karena secara alami mengandung monacolin, yang kerjanya menghambat enzim pembentuk kolesterol. Kandungan ini jugalah yang ada di dalam obat penurun kolesterol jenis lovastatin.
Dari beberapa studi, ditemukan bahwa suplemen angkak dapat menurunkan kolesterol LDL hingga 20-30 persen, sebanding dengan obat penurun kolesterol golongan statin. Meski efektif, penggunaannya tidak dianjurkan karena produk suplemen ini belum memperoleh standardisasi. Efektivitasnya pun bervariasi karena komposisi kandungan aktif angkak di dalam satu produk bisa berbeda dari produk yang lainnya. Di samping itu, tidak bisa diketahui berapa jumlah sebenarnya yang dikonsumsi. Kualitas dan keamanannya pun belum terjamin.
Selanjutnya
Kalsium
Studi pada manusia dan hewan menemukan bahwa asupan kalsium dapat memengaruhi kadar lemak darah, dengan cara menghambat penyerapan lemak di dalam usus. Meski demikian, belum ada bukti kuat yang berasal dari uji klinis. Selain itu, tidak ada studi yang menunjukkan bahwa konsumsi kalsium dapat menurunkan risiko serangan jantung atau strok. Sebaliknya, beberapa studi menemukan bahwa suplementasi kalsium dapat meningkatkan risiko-risiko ini.
Sterol dan stanol
Sterol dan stanol kian populer sebagai suplemen penurun kolesterol. Keduanya bekerja dengan cara menghambat penyerapan kolesterol dalam usus kecil. Suplemen yang berasal dari tanaman ini tersedia dalam bentuk makanan yang telah difortifikasi seperti margarin, jus, jeruk, dan yoghurt.
Hasil studi menunjukkan bahwa konsumsi 0,8- 3 gram stanol dan/atau sterol dalam makanan yang telah difortifikasi selama seminggu dapat menurunkan kadar kolesterol hingga 10 persen. Karenanya, suplemen ini dianggap cukup efektif.
Para pakar menganjurkan konsumsi 2 gram sehari untuk membantu menurunkan kolesterol, terutama kolesterol LDL. Suplemen ini juga aman digunakan bersama dengan obat kolesterol golongan statin untuk menghasilkan efek penurunan kolesterol yang lebih besar.
Jadi, apakah suplemen penurun kolesterol baik untuk dikonsumsi? Mungkin saja. Beberapa studi memang menunjukkan bahwa suplemen tertentu dapat menurunkan kadar kolesterol. Namun, perlu dicatat bahwa tidak ada studi yang menunjukkan bahwa suplemen-suplemen ini dapat mencegah serangan jantung, strok, dan masalah lain yang disebabkan oleh kolesterol tinggi.
Bila Anda tertarik dan memutuskan untuk mencobanya, ingat bahwa di Indonesia belum ada regulasi yang memenuhi standar terkait distribusi, pembuatan, dan produksi suplemen. Artinya, apa yang tertulis pada label kemasan suplemen penurun kolesterol belum tentu sama dengan kandungan di dalamnya. Konsultasikan pula pada dokter sebelum mulai mengonsumsi suplemen tertentu, untuk mengetahui apakah suplemen tersebut aman serta tidak berinteraksi dengan obat-obat penurun kolesterol maupun obat lain yang Anda konsumsi.
[RN/ RVS]