Putus cinta memang paling tidak enak. Dunia serasa hancur dibuatnya. Hari-hari Anda pun dihiasi dengan kegalauan setiap saat.
Mungkin Anda pernah berpikir, biarlah waktu yang menyembuhkan dan Anda akan lupa dengan sendirinya. Namun jangan salah, ternyata patah hati yang kronis pun bisa menimbulkan penyakit yang serius, salah satunya adalah broken heart syndrome.
Apa dampak stres emosional pada kesehatan tubuh?
Sebagai manusia, sungguh wajar jika kita mengalami stres apalagi jika kita kehilangan orang yang kita sayangi. Stres emosional memang dapat memicu berbagai dampak kesehatan, tak hanya susah tidur dan hilang nafsu makan tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine, risiko penyakit jantung atau stroke meningkat hingga 3 kali lipat pada 3 bulan pertama setelah kematian orang yang disayangi. Para peneliti juga menemukan bahwa terdapat peningkatan risiko 25% lebih tinggi kematian pada 1 tahun setelah ditinggal orang yang disayangi pada pasangan lansia, dengan puncaknya adalah 3 bulan pertama.
Rasa nyeri atau pedih yang kita alami tersebut dapat menyebabkan darah mengalir ke area otak yang "bertanggung jawab" untuk menghasilkan nyeri fisik.
Selain itu, stres emosional dapat menurunkan kekebalan tubuh dan menyebabkan timbulnya peradangan dan penyakit.
Saat Anda mengalami patah hati yang membuat Anda sangat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin dan kortisol secara berlebihan. Pada dosis kecil hormon ini dapat meningkatkan denyut jantung. Namun jika berlebihan dapat berakibat fatal untuk jantung.
Apa itu broken heart syndrome?
Broken heart syndrome adalah suatu penyakit atau gangguan yang terjadi pada jantung, bersifat sementara dan sering kali disebabkan oleh situasi penuh tekanan (misalnya kehilangan orang yang dicintai).
Pada broken heart syndrome, terdapat gangguan sementara dari fungsi pompa jantung. Kondisi ini kerap disebut dengan sindrom takotsubo.
Pada saat serangan, otot jantung yang "sakit" tidak dapat memompa darah secara normal ke seluruh tubuh. Hal ini bila dibiarkan dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan mengancam jiwa.
Bagaimana gejala broken heart syndrome?
Gejala-gejala broken heart syndrome dapat menyerupai gejala serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.
Biasanya gejala-gejala tersebut dapat sembuh sendiri dalam kurun waktu 1 minggu. Namun jika Anda mengalami nyeri dada tiba-tiba, dada berdebar ataupun sesak setelah adanya peristiwa yang membuat Anda tertekan, segeralah pergi ke rumah sakit.
Apa penyebab broken heart syndrome?
Penyebab dari broken heart syndrome masih belum diketahui secara pasti. Namun diduga disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak hormon stres, misalnya hormon adrenalin yang dapat menyebabkan kerusakan jantung sementara.
Beberapa faktor pemicunya dapat berupa:
- Kehilangan atau kematian orang terkasih.
- Diagnosis penyakit yang "menakutkan".
- Kekerasan fisik/verbal/seksual.
- Kehilangan harta benda dalam jumlah banyak dan mendadak.
- Bencana alam.
- Kehilangan pekerjaan.
- Perceraian.
- Dsb.
Bagaimana membedakan broken heart syndrome dengan episode serangan jantung?
Gejala-gejala broken heart syndrome hampir mirip dengan serangan jantung. Kebanyakan serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah pada arteri jantung. Jika berlangsung secara terus-menerus, sel-sel otot jantung dapat mati dan menyebabkan kerusakan permanen jantung.
Sedangkan pada broken heart syndrome berbeda. Kebanyakan orang yang mengalami broken heart syndrome memiliki pembuluh darah jantung yang normal. Sel-sel jantung "terhenti" sementara oleh hormon stres, namun tidak mati dan menyebabkan kerusakan pada jantung.
Karena gejala-gejala broken heart syndrome mirip dengan serangan jantung, penting bagi Anda untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Penanganan serangan jantung harus dilakukan sesegera mungkin.