Data Riset Kesehatan Dasar menemukan bahwa setidaknya 7 dari 10 penduduk dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi. Kondisi ini terbilang berbahaya. Pasalnya kolesterol tinggi umumnya tak bergejala, namun menjadi cikal bakal penyakit mematikan seperti serangan jantung dan stroke. Tak heran, jika seseorang mengetahui kolesterolnya tinggi, ia sesegera mungkin meminum obat penurun kolesterol.
Tindakan mengonsumsi obat penurun kolesterol tidaklah selalu diperlukan. Sebelum membahas mengenai obat lebih lanjut, Anda perlu mengetahui kadar kolesterol yang ideal dan yang tinggi.
Terdapat empat jenis kolesterol yang utama di dalam tubuh, yaitu kolesterol total, kolesterol LDL (low density lipoprotein), kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan trigliserida.
Idealnya, kadar kolesterol total kurang dari 200 mg/dl (milligram per desiliter); kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dl atau kurang dari 70 mg/dl jika memiliki diabetes, penyakit jantung, atau stroke; kolesterol HDL lebih dari 50 mg/dl; dan trigliserida kurang dari 150 mg/dl.
Artikel Lainnya: Ciri Kolesterol Tinggi yang Perlu Anda Waspadai
Pencegahan Kolesterol
Jika salah satu kadar kolesterol tak sesuai rentang idealnya, artinya Anda mengalami dislipidemia, atau dikenal secara sederhana dengan istilah kolesterol tinggi. Penanganan awal kolesterol tinggi tidak menggunakan obat-obatan, melainkan dengan memperbaiki gaya hidup berupa:
- Tidak mengonsumsi lemak trans (misalnya gorengan) sama sekali.
- Mengonsumsi banyak sayur dan buah.
- Melakukan olahraga ritmik (bersepeda, joging, berenang, dll) setidaknya empat kali seminggu, minimal 30 menit tiap kali.
Lakukan ketiga hal tersebut dengan teratur selama 1 bulan, lalu periksa kadar kolesterol ulang. Jika kadar kolesterol turun, maka usaha diet dan olahraga Anda efektif untuk menurunkan kolesterol. Pertahankan gaya hidup tersebut dan lakukan dengan rutin.
Artikel Lainnya: Pinggiran Kornea Mata Tampak Putih, Benarkah karena Penumpukan Kolesterol?
Obat Kolesterol
Namun jika kolesterol tak kunjung turun setelah 1 bulan diet dan olahraga, konsumsi obat penurun kolesterol perlu dipertimbangkan, terutama pada:
- Orang berusia 40-75 tahun yang memiliki kadar kolesterol LDL >100 mg/dl dan mengalami diabetes.
- Orang yang memiliki riwayat serangan jantung, stroke, penyakit arteri perifer, atau gangguan pembuluh darah lainnya.
- Orang berusia 21-40 tahun yang memiliki kadar LDL di atas 190 mg/dl.
Ada banyak jenis obat penurun kolesterol, seperti:
1. Statin
Statin merupakan salah satu obat yang sering dijadikan pilihan pertama untuk menurunkan kolesterol LDL dengan cara menghambat pembentukan kolesterol sehingga akan menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL. Contoh obat yang biasa diberikan adalah:
- Simvastatin
- Atorvastatin
- Rosuvastatin calcium
- Fluvastatin
- Lovastatin
- Pravastatin
- Pitavastatin
Penggunaan statin hendaknya digunakan sampai batas maksimal yaitu 80 mg, kecuali Rosuvastatin (40mg) dan Pitavastatin (4mg) per hari. Namun, hati-hati untuk penggunaan Simvastatin dapat dapat menyebabkan miopati.
Artikel Lainnya: Pola Makan Ini Dianjurkan untuk Penderita Kolesterol Tinggi
2. Niacin
Obat kolesterol yang banyak ditemukan di pasaran lainnya adalah niacin atau biasa dikenal dengan vitamin B. Niacin memiliki kandungan yang efektif untuk menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol HDL. Walaupun baik untuk kolesterol, niacin memiliki efek samping berupa gatal, kemerahan, dan sakit perut.
Namun, penggunaan obat ini dibutuhkan perhatian khusus, sebab memiliki efek samping yang buruk bagi hati (liver) karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, untuk penderita diabetes juga harus diawasi dengan ketat karena niacin dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat.
3. Fibrat
Fibrat adalah obat penurun kolesterol yang bekerja untuk menurunkan trigliserida. Obat jenis ini tidak efektif untuk menurunkan kolesterol LDL. Namun, jika HDL Anda terlalu rendah atau kadar trigliserida terlalu tinggi, biasanya dokter akan mengombinasikan dengan obat golongan Statin.
Obat kolesterol yang tersedia di pasaran yang termasuk golongan fibrat adalah:
- Clofibrate
- Gemfibrozil
- Fenofibrate
Hati-hati, penggunaan obat golongan fibrat memiliki efek samping mual, sakit perut, diare, dan batu empedu bila dikonsumsi bertahun-tahun.
4. Bile Acid Sequestrant
Ada 3 jenis bile acid sequestrant :
- Kolestiramin
- Kolesevelam
- Kolestipol
Cara kerja obat golongan bile acid sequestrant dengan mengikat cairan empedu yang terdapat pada usus sehingga kolesterol LDL dari makanan tidak dapat diserap usus.
Obat ini dapat direkomendasikan bila tubuh Anda tidak bisa mencerna obat golongan statin. Perlu diketahui, penggunaan obat golongan ini, tidak memiliki efek pada kolesterol HDL namun dapat meningkatkan trigliserida.
Artikel Lainnya: Inilah yang Terjadi pada Tubuh Saat Kolesterol Tinggi
Selain itu, pengunaan obat bile acid sequestrant memiliki efek samping berupa perut kembung, sembelit, dan sakit perut.
5. Inhibitor Absorpsi Kolesterol
Ezetimibe merupakan obat penurun lipid pertama yang menghambat ambilan kolesterol dari diet dan kolesterol empedu tanpa mempengaruhi absorpsi nutrisi yang larut dalam lemak. Penurunan yang terjadi terutama pada kolesterol LDL.
Dosis ezetimibe yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari dan harus digunakan bersama statin. Penggunaan obat ini, bila ditambahkan dengan evolocumab pada statin, dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
6. Inhibitor CETP
Cholesteryl ester transfer protein (CETP) berfungsi membantu transfer cholesteryl ester dari kolesterol HDL yang akan dibersihkan dari sirkulasi melalui reseptor pada hati (liver). Penggunaan obat golongan ini mempunyai efek ganda yaitu meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL dan menurunkan konsentrasi kolesterol LDL.
7. PUFA Omega 3
Walaupun penggunaannya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut dan dapat dikatakan aman, terapi dengan PUFA omega 3 dapat meningkatkan risiko perdarahan terutama jika diberikan bersama aspirin atau klopidogrel.
8. Aferesis Kolesterol LDL
Tindakan terapi aferesis kolesterol LDL sebaiknya diberikan bagi pasien penderita kolesterol tinggi tipe familial di mana terapi obat dengan inhibitor PCSK9 gagal menurunkan konsentrasi kolesterol LDL. Teknik terapi ini tergolong cukup mahal dan rumit karena harus dilakukan setiap 1 atau 2 minggu sekali.
Artikel Lainnya: Seberapa Besar Pengaruh Minyak Goreng pada Kolesterol Tinggi?
Kapan Konsumsi Obat Kolesterol?
Untuk mengonsumsi obat penurun kolesterol, Anda disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Melakukan pengobatan sendiri tidaklah dianjurkan karena tidak ada pihak yang memantau kemungkinan adanya efek samping obat. Untuk diketahui, obat penurun kolesterol dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan fungsi hati, nyeri otot, mual, dan sebagainya.
Selain itu, jika dokter menyarankan Anda untuk mengonsumsi obat kolesterol, hal yang perlu diperhatikan adalah untuk mengonsumsi obat tersebut secara rutin. Konsumsilah pada waktu yang sama (misalnya, setiap pagi setelah mandi atau sesaat sebelum tidur pada malam hari), menyimpan obat di tempat yang tertutup dan sejuk, dan periksa kolesterol Anda secara berkala. Pada awal penggunaan obat umumnya kolesterol diperiksa setiap 3 bulan.
Jangan lupa, sekalipun dokter menyarankan Anda mengonsumsi obat penurun kolesterol, pengobatan utama kolesterol tinggi seperti pengaturan pola makan dan olahraga teratur tetap tak boleh ditinggalkan.
[RS/ RVS]