Jantung merupakan organ tubuh yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk dapat berkontraksi dan melakukan tugasnya, jantung memiliki sistem listrik.
Sistem listrik jantung berfungsi menjaga agar organ ini berdetak dengan normal. Umumnya, jantung orang dewasa yang sedang beristirahat dapat berdetak sebanyak 60-100 kali per menit.
Namun kondisi tertentu, seperti penuaan, kerusakan otot jantung setelah serangan jantung, faktor genetik, serta pengaruh obat-obatan dapat menyebabkan jantung berdetak lebih lambat atau disebut bradikardia.
Untuk mengatasi hal ini, dokter mungkin akan merekomendasikan penggunaan alat pacu jantung kepada Anda. Disampaikan dr. Theresia Rina Yunita, perangkat yang dikenal juga sebagai defibrillator ini berfungsi untuk membantu mengatur irama jantung. Fungsi defibrillator juga dapat mengobati kondisi gagal jantung.
Artikel Lainnya: Seputar Prosedur Kateterisasi Jantung
Prosedur dan Cara Kerja Pemasangan Alat Pacu Jantung
Untuk dapat mengontrol detak jantung, alat pacu jantung akan ditanamkan di tubuh.
“Pemasangannya (alat pacu jantung) melalui prosedur operasi, di mana alat ini akan ditanam di dalam dada (implan). Setelah dipasang, alat pacu jantung otomatis akan menyesuaikan irama jantung,” kata dr. Theresia.
Karena fungsi alat pacu jantung sangat vital, perangkat ini juga dapat ditanamkan secara permanen.
Alat pacu jantung hanya bekerja ketika detak jantung tidak teratur maupun terlalu lambat.
“Alat ini akan bekerja mengirim sinyal listrik ke jantung untuk mengontrol irama atau detak jantung agar normal,” jelas dr. Theresia.
Beberapa alat pacu jantung keluaran terbaru ada yang dilengkapi sensor untuk mendeteksi gerakan tubuh dan laju napas.
Nantinya, alat tersebut dapat memberikan sinyal kepada perangkat untuk meningkatkan detak jantung sesuai kebutuhan.
Artikel Lainnya: 6 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Operasi Katup Jantung
Risiko Penggunaan Alat Pacu Jantung
Komplikasi akibat penanaman alat pacu jantung sangat jarang terjadi. Kendati demikian, pemasangan perangkat ini dapat memicu sejumlah kondisi kesehatan tertentu.
Berikut risiko penggunaan alat pacu jantung yang terjadi di sekitar lokasi pemasangannya:
- Infeksi.
- Pembengkakan, memar, maupun perdarahan, utamanya jika Anda mengonsumsi obat pengencer darah.
- Penggumpalan darah.
- Kerusakan pembuluh darah atau saraf.
- Paru-paru kolaps.
- Perdarahan di antara paru-paru dan dinding dada.
Artikel Lainnya: Latihan Pernapasan untuk Atasi Detak Jantung Tidak Teratur
Efektivitas Alat Pacu Jantung
Berdasarkan Mayo Clinic, alat pacu jantung dapat mengurangi gejala, seperti kelelahan, pusing, maupun pingsan akibat detak jantung melambat,
Selain itu, perangkat kecil ini juga dapat membantu penggunanya melanjutkan gaya hidup yang lebih aktif.
Karena sebagian besar alat defibrillator, secara otomatis dapat menyesuaikan kebutuhan detak jantung sesuai aktivitas fisik pengguna.
Baterai alat pacu jantung dapat bertahan selama 5-15 tahun. Jika baterai habis, maka Anda harus melakukan operasi kembali untuk menggantinya.
Dokter sendiri akan memeriksa alat pacu jantung secara rutin setiap 3-6 bulan sekali. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dari jarak jauh.
Alat pacu jantung akan mengirimkan informasi soal detak jantung, masa penggunaan baterai, hingga kinerja perangkat dalam mendukung detak jantung.
Alat pacu jantung bermanfaat bagi Anda yang memiliki detak jantung tidak teratur. Namun jika mengalami efek samping berupa kenaikan berat badan, pembengkakan kaki dan tangan, serta pusing atau pingsan selama menggunakan alat pacu jantung, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar alat medis lainnya, konsultasi langsung dengan dokter melalui fitur Live Chat.
(OVI/JKT)