Indonesia berduka setelah salah satu tokoh bangsa, KH Salahuddin Wahid, meninggal dunia pada Minggu (02/02) malam WIB. Pria yang akrab disapa Gus Sholah itu meninggal dunia setelah mengalami gangguan ritme jantung yang tak beraturan atau dalam bahasa medisnya disebut aritmia.
Pria yang juga adik dari Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini meninggal pada usia 77 tahun. Pertama kali yang mengabarkan Gus Sholah meninggal dunia adalah sang putra, Irfan Wahid.
"Gus Sholah baru saja wafat, pada pukul 20:55. Mohon dimaafkan seluruh kesalahan. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu," tulis putra dari Gus Sholah, Irfan Wahid dalam akun twitternya, Minggu (2/2).
Irfan menjelaskan, bahwa kesehatan sang ayah sudah menurun sejak dua minggu lalu. Saat itu, Gus Sholah mengalami gangguan pada organ jantung. "Ada keluhan ritme jantung yang tidak beraturan," tambahnya seperti yang dilansir dari Liputan6.com.
Gus Sholah sempat menjalani operasi terkait gangguan irama jantung atau aritmia yang dialaminya. Operasinya berjalan lancar tapi kemudian setelah pulang ke rumah, badannya kembali lemas.
Irfan kemudian menjelaskan kondisi kesehatan Gus Sholah mulai menurun drastis pada 31 Januari, sampai akhirnya dinyatakan meninggal pada 2 Februari.
Artikel lainnya: Aritmia Penyebab Jantung Sering Berdebar
Berbagai Jenis Aritmia
Aritmia yang dialami Gus Sholah sebelum meninggal adalah kondisi yang memengaruhi ritme alami jantung. Ada berbagai jenis kondisi aritmia, berikut ini jenis aritmia yang paling umum terjadi.
-
Takikardia
Jika normalnya detak jantung manusia berdenyut sebanyak 60 hingga 100 kali per menit, pengidap takikardia justru jantungnya berdetak lebih dari 100 kali walaupun sedang beristirahat! Bahkan ada banyak jenis takikardia, yakni Fibrilasi Atrium, Atrial Flutter, Takikardia Ventrikel, Fibrilasi Ventrikel, dan Takikardia Supraventrikular.
-
Bradikardi
Kondisi kelainan aritmia yang satu ini berkebalikan dengan takikardi, sebab penderita aritmia bradikardi denyut jantungnya hanya berdetak kurang dari 60 kali per menit. Risikonya, pasien yang mengalami kelainan ritme jantung ini bisa merasa pusing hingga pingsan.
-
Kontraksi Atrial Premature
Kelainan yang juga disebut dengan istilah PAC atau APC ini menunjukkan adanya denyut tambahan. Bagi orang yang mempunyai denyut lebih pada kondisi tubuh sehat biasanya tak perlu mendapatkan perawatan khusus.
Namun jika mengalami riwayat penyakit jantung serta sering merasakan munculnya gejala atrial premature, memungkinkan seseorang bisa mengalami gangguan masalah aritmia pada jantung jangka panjang.
-
Kontraksi Ventrikel Prematur
Masalah jantung yang dikenal dengan istilah PVCs ini bisa menyerang orang tanpa penyakit jantung hingga penderita penyakit jantung. Bagi beberapa orang, kondisi ini bisa muncul akibat stres, terlalu banyak konsumsi kafein atau nikotin, bahkan bisa jadi karena terlalu sering berolahraga.
Namun biasanya PVCs bisa disebabkan karena penyakit jantung atau ketidakseimbangan kadar elektrolit. Jika mengalami kondisi seperti ini, sudah seharusnya ditangani dan dievaluasi dokter karena sangat berbahaya.
-
Fibrilasi Atrium
Kelainan aritmia fibrilasi atrium ini merupakan keadaan irama jantung yang cepat dan tidak teratur saat otot atau serat dalam jantung Anda akan berdenyut dan berkontraksi.
-
Fibrilasi Ventrikel
Seseorang bisa terserang fibrilasi ventrikel jika ia memiliki riwayat penyakit jantung dan pernah mengalami trauma berat seperti tersambar petir. Kondisi ini sangatlah fatal karena denyut jantung yang terlalu cepat membuat bilik jantung bawah tidak dapat berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
-
Debar Atrium
Nyaris mirip dengan fibrilasi atrium, tetapi ritme jantungnya lebih teratur, namun denyut menjadi tak teratur diakibatkan oleh adanya gangguan listrik yang bisa berpotensi menimbulkan fibrilasi atrium.
Artikel lainnya: Mengenal Takikardia, Penyakit Gangguan Irama Jantung
Tanda dan Cara Mendeteksi Kelainan Aritmia
Selain masalah irama jantung yang tidak beraturan, aritmia biasanya juga ditandai dengan:
- Pusing
- Jantung berdebar atau berdetak kencang
- Denyut nadi lambat
- Nyeri dada
Menurut dr. Alvin Nursalim, SpPD dari KlikDokter, kebanyakan aritmia tidak berbahaya tapi beberapa jenisnya dapat menyebabkan komplikasi lebih serius yang mengakibatkan kematian.
"Apabila irama jantung terganggu, kemungkinan jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah cukup untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Akibatnya sel-sel tubuh termasuk diantaranya adalah otak, ginjal, dan organ lain kekurangan oksigen dan nutrisi," ungkap dr. Alvin menjelaskan.
Untuk memastikan seseorang mengalami aritmia atau tidak umumnya perlu dilakukan pemeriksaan EKG, nantinya dokter akan melihat apakah denyut jantung Anda normal atau tidak. Seperti diketahui, denyut jantung yang normal berkisar antara 60-100 kali per menit pada saat istirahat.
"Menghitung denyut nadi paling baik adalah selama 1 menit penuh, atau dengan menghitung selama 15 detik kemudian hasilnya dikalikan 4," kata dr. Alvin.
Jika kemudian Anda menemukan bahwa detak jantung tidak beraturan, jangan anggap enteng. Perhatikan juga gejala lainnya seperti yang sudah disebutkan di atas.
Meninggalnya Gus Sholah akibat aritmia banyak membuat orang terdekat merasa kehilangan. Apalagi Ia dikenal sebagai salah satu pengasuh Pondok Pesantren terbesar di Indonesia, yaitu Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur. Gus Sholah juga dianggap sebagai salah satu ulama yang toleran dan selalu menaruh perhatian terhadap urusan bangsa Indonesia.
Apa yang dialami Gus Sholah bisa dialami semua orang. Oleh karena itu, waspada dan paham akan gejala dan jenis aritmia sangat penting. Untuk mengetahui seputar masalah penyakit jantung lebih lanjut, ajukan pertanyaan tentang kesehatan dengan dokter ahli lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(OVI/RPA)