Gagal jantung merupakan kondisi ketika jantung tidak sanggup memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh. Salah satu tipe penyakit tersebut adalah gagal jantung sebelah kiri. Tipe ini pun terbagi lagi menjadi dua, yaitu gagal jantung sistolik dan diastolik.
Pada dasarnya, gagal jantung sistolik dan diastolik menyebabkan bilik kiri jantung mengalami tekanan secara terus-menerus.
Jika tidak diatasi dengan cepat dan tepat, kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi berupa penumpukan cairan di paru-paru, pembengkakan kaki, kenaikan berat badan yang signifikan, serta mudah lelah.
Lantas, apa saja perbedaan gagal jantung sistolik dan diastolik? Yuk, bedah satu per satu lewat ulasan berikut.
Mengenal Gagal Jantung Sistolik
Disampaikan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, gagal jantung sistolik menandakan adanya gangguan fungsi pompa ventrikel kiri. Hal ini terjadi karena ventrikel kiri jantung tidak dapat berkontraksi sepenuhnya.
Kondisi tersebut membuat jantung tidak cukup kuat dan efisien untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Artikel Lainnya: Burnout Syndrome dapat Berdampak pada Kesehatan Jantung, Apa Benar?
Gagal jantung sistolik juga disebut sebagai heart failure with reduced ejection fraction (HFrEF) atau gagal jantung dengan fraksi ejeksi minimum.
Ejection fraction (EF) atau fraksi ejeksi merupakan satuan nilai untuk mengukur jumlah darah yang dipompa ke luar setiap kali ventrikel berkontraksi.
Dalam kondisi normal, nilai EF atau jumlah darah yang dipompa ke luar oleh ventrikel kiri berkisar 50–70 persen.
Jika jumlah darah yang dipompa kurang dari ambang batas normal, hal ini dinamakan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi minimum atau gagal jantung sistolik.
Ketika mengalami gagal jantung sistolik, nilai EF kurang dari 40 persen.
Mengenal Gagal Jantung Diastolik
Gagal jantung diastolik juga terjadi ketika jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh tidak sesuai kebutuhan. Pada gagal jantung diastolik, ventrikel kiri masih bisa memompa darah dengan baik.
Hanya saja, kondisi jaringan ventrikelnya mengalami kekakuan, sehingga menyebabkan ventrikel kiri tidak dapat berkontraksi dengan optimal. Akibatnya, pengisian darah di jantung terhambat.
Artikel lainnya: Berbagai Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Tak Terduga
Kondisi ini yang merupakan perbedaan mendasar antara gagal jantung sistolik dan diastolik. Berbeda dengan gagal jantung sistolik dengan nilai EF di bawah 40, gagal jantung diastolik memiliki nilai EF 50 persen atau lebih.
Kendati jumlah darah yang dipompa ke luar oleh ventrikel kiri tergolong normal, ventrikel yang kaku menyebabkan jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh menjadi lebih sedikit.
Gagal jantung diastolik juga dikenal dengan istilah heart failure with preserved ejection fraction (HFpEF). Untuk mendiagnosis gagal jantung diastolik, dokter perlu melakukan tes pencitraan pada jantung.
Jika pasien memiliki hasil nilai EF yang normal, dokter akan bertanya mengenai ada/tidaknya gejala gagal jantung maupun riwayat masalah organ tersebut pada pasien.
Jika pasien terbukti mengalami gejala gagal jantung atau riwayat terkait organ tersebut dengan nilai EF normal, dokter dapat akan mendiagnosisnya sebagai gagal jantung diastolik.
Gagal jantung diastolik umumnya dialami lansia wanita. Kondisi ini dapat terjadi bersamaan dengan jenis penyakit jantung lainnya. Pasien dengan kondisi tersebut juga mungkin mengalami kondisi medis lain, seperti kanker atau penyakit paru-paru.
Demikian perbedaan gagal jantung sistolik dan diastolik. Jika punya pertanyaan terkait hal tersebut atau ingin mencari tahu fakta lain seputar kesehatan jantung, Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi Klikdokter.
(NB/JKT)
Referensi:
Healthline. Diakses 2021. What’s the Difference Between Systolic and Diastolic Heart Failure?
Heart.org. Diakses 2021. Ejection Fraction Heart Failure Measurement.