“Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi.” Demikian kutipan lirik lagu dangdut lawas “Sakit Hati” yang dibawakan oleh Meggy Z. Bagi Anda yang pernah mengalami sakit hati karena patahnya hubungan, pasti tahu bahwa dunia seperti runtuh dan seolah tak ada rasa sakit lain yang bisa menandinginya, bahkan sakit gigi (yang padahal sama tak enaknya!). Faktanya, patah hati tak hanya memengaruhi suasana hati seseorang, tapi secara medis juga bisa mengubah detak normal jantung.
Nyatanya, patah hati tak melulu soal perasaan. Kesedihan akibat patah hati juga memengaruhi kesehatan jantung. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis “Openheart” menunjukkan bahwa mereka yang sedang berduka akibat ditinggal pasangan rentan mengalami gangguan detak jantung, yang istilah medisnya adalah atrial fibrilasi. Senyawa sitokin yang banyak keluar dari tubuh saat merasa sedih membuat irama jantung tidak teratur. Bila dibiarkan, gangguan ini bisa fatal akibatnya, bahkan hingga mencetuskan serangan jantung.
Waspada sindrom patah hati
Lebih jauh lagi, patah hati juga bisa menyebabkan broken heart syndrome atau sindrom patah hati. Sindrom patah hati yang juga disebut sebagai takotsubo cardiomyopathy merupakan kondisi seseorang yang mengalami gejala serangan jantung setelah mengalami peristiwa menyedihkan, terutama kematian pasangan.
Saat terjadi peristiwa duka, tubuh mengeluarkan hormon stres dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan pembuluh darah di sekitar jantung menyempit, menyebabkan penurunan kemampuan otot jantung dalam memompa darah, serta gangguan detak jantung. Akibatnya, penderitanya akan mengalami gejala nyeri dada yang serupa dengan serangan jantung.
Gangguan jantung yang diakibatkan patah hati tersebut memang bersifat sementara. Kondisi ini akan membaik bila ditangani dengan tepat dan penderitanya tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung lainnya, seperti tekanan darah tinggi atau penyakit gula (diabetes mellitus). Namun, tetap ada komplikasi jangka panjang yang bisa terjadi seperti penumpukan cairan di paru-paru, tekanan darah rendah, dan gagal jantung.
Daya tahan tubuh pun melemah karena patah hati
Selain masalah pada jantung, kesedihan akibat patah hati juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan lain. Zat kimia seperti interleukin-8 (IL-8) yang keluar saat Anda merasa sedih akan memicu respons peradangan di seluruh tubuh. Senyawa tersebut dapat melemahkan sistem daya tahan tubuh dan membuat tubuh lebih mudah terserang penyakit. Selain itu, hormon kortisol yang merupakan hormon stres dapat mengganggu kualitas tidur, membuat kadar gula darah tidak stabil, dan membuat badan terasa lemas.
Patah hati bukanlah akhir dari segalanya
Sekarang Anda telah mengetahui bahwa kesedihan mendalam karena patah hati, jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan beberapa masalah yang terkait dengan kesehatan jantung. Lantas, adakah cara yang bisa dilakukan agar bisa mengatasi patah hati, mengingat kondisi ini adalah salah satu episode hidup yang sering kali tak terelakkan?
Saat sedih, memang Anda perlu waktu untuk bisa move on. Saat merasa patah hati, yang bisa Anda lakukan adalah sebisa mungkin tetap menjaga pola makan dan istirahat cukup. Jangan jadikan makan makanan siap saji yang tinggi garam dan gula menjadi “pelarian” saat Anda patah hati. Makanan tersebut malah akan membuat kondisi tubuh Anda lebih lemah.
Usahakan memiliki waktu tidur yang cukup, yaitu minimal 8 jam. Tidur cukup akan membuat tubuh dan pikiran Anda lebih segar. Nantinya, saat suasana hati sudah membaik, Anda bisa memulai aktivitas fisik dengan intensitas ringan, seperti berjalan, bersepeda, atau berenang. Aktivitas fisik akan memicu tubuh mengeluarkan hormon dopamin, sehingga timbul perasaan nyaman dan senang. Hal tersebut akan membantu Anda untuk mengobati patah hati.
Patah hati memang bisa dirasa sangat menyakitkan. Namun, jangan sampai patah hati yang Anda alami berujung pada gangguan detak jantung dan masalah kesehatan lainnya. Cobalah untuk tetap berpikir positif, terbuka dengan sahabat atau keluarga, atau bila perlu meminta bantuan profesional. Yang juga tak kalah penting, terapkan pola hidup sehat agar Anda siap menghadapi hidup kembali dan membuka lembaran baru.
[RN/ RVS]