Beberapa hari lalu, Polres Metro Jakarta Barat menangkap Jerry Aurum alias JAW terkait kasus narkoba. Mantan suami penyanyi Denada itu ditangkap karena kepemilikan narkoba jenis ekstasi, ganja, dan tembakau gorila.
Mungkin Anda sudah sering mendengar narkoba jenis ekstasi dan ganja, tetapi bagaimana dengan tembakau gorila? Pernahkah Anda mendengarnya?
Tembakau Super cap Gorilla memang sempat marak pada tahun 2015 karena dijual bebas dan menimbulkan efek yang mengkhawatirkan. Dikenal dengan nama Tembakau Gorila/Gori/Gors di kalangan pemakainya, tembakau jenis ini juga sempat dianggap hanya sebagai rokok dengan “efek” yang lebih.
Maka, pemakainya saat itu tidak bisa ditangkap polisi. Padahal, setelah diteliti lebih jauh, zat yang terkandung dalam tembakau jenis ini mempunyai efek seperti ganja. Zat ini akhirnya baru masuk ke undang-undang dan digolongkan sebagai narkoba pada tahun 2017.
Tembakau Gorila, Apa Itu?
Tembakau gorila terdiri dari tembakau, ekstrak cengkih, ekstrak dagga liar, dan mengandung zat cannabinoid sintetis, yaitu zat buatan yang mempunyai efek seperti ganja (cannabis). Selain itu, ekstrak dagga liar merupakan ekstrak tanaman yang dijadikan substansi ganja di beberapa negara dan mempunyai efek sedatif atau penenang.
Zat cannabinoid sintetis jenis AB-CHMINACA biasanya disemprotkan ke bahan lain, seperti tembakau atau tanaman dagga yang terkandung dalam tembakau gorila. Jadi, pada dasarnya tembakau gorila adalah tembakau biasa yang dicampurkan dengan zat kimia buatan turunan ganja.
Artikel Lainnya: Mengapa Narkoba Bisa Bikin Kecanduan?
Zat-zat yang terkandung dalam tembakau ini menempati reseptor di otak yang menimbulkan efek sama dengan ganja. Efek yang dirasakan pada pengguna tembakau gorila di antaranya badan terasa melayang, halusinasi, perasaan tenang, badan terasa kaku dan terbatas seperti sedang ditiban gorila.
Efek Samping Tembakau Gorila
Selain efek-efek yang sudah disebutkan sebelumnya, efek kesehatan yang lebih serius bisa muncul dari konsumsi zat ini dalam jangka panjang. Efek serius itu antara lain:
-
Kerusakan Paru-paru
Sama halnya dengan rokok dan ganja, cara konsumsi tembakau gorila adalah dengan membakarnya lalu diisap. Asap yang masuk melalui paru-paru pastinya akan kontak dengan permukaan saluran pernapasan, mulai dari tenggorokan hingga alveolus pada paru-paru.
Dengan banyaknya kandungan kimia dan sifat asap itu sendiri, sel-sel di permukaan saluran napas akan rusak. Asap yang bersifat oksidatif juga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker paru.
-
Kerusakan Ginjal
Jika pada ganja kandungannya bersifat alami, tembakau gorila penuh dengan bahan kimia buatan untuk menimbulkan efek yang sama dengan ganja. Hal ini tentu akan membebani ginjal sebagai organ yang harus memetabolisme zat-zat kimia yang bersifat toksik itu.
Jika berlangsung terus-menerus, ginjal akan mengalami kerusakan. Ini bisa berakibat orang tersebut perlu cuci darah seumur hidupnya atau ditangani dengan transplantasi ginjal.
-
Menurunkan Kinerja Otak
Zat kimia yang terkandung dalam tembakau gorila akan menyebabkan kerusakan sel-sel saraf pada otak dan bersifat irreversibel (tidak bisa kembali lagi). Hal inilah yang menyebabkan penurunan kinerja otak.
Artikel Lainnya: 5 Bahaya Narkoba untuk Kesehatan
-
Efek Putus Obat
Zat kimia yang terkandung dalam tembakau gorila menempati reseptor di otak sehingga otak memberi respons efek psikoaktif pada tubuh. Efek psikoaktif adalah efek yang menyebabkan perubahan mental dan perilaku pada seseorang, termasuk perasaan tenang dan halusinasi.
Jika dikonsumsi terus-menerus, otak akan terbiasa dengan efek tersebut dan akan terus memintanya. Jika tidak dipenuhi akan muncul efek putus obat atau yang biasa dikenal dengan “sakau”.
Tembakau biasa dalam rokok saja sudah dikenal dengan efek buruknya dalam jangka panjang, apalagi tembakau gorila yang penuh zat kimia berbahaya? Karena itu, jangan pernah berniat mencicipinya karena akan mengakibatkan efek candu dan serangkaian kerusakan organ tubuh dalam jangka panjang.
[HNS/ RVS]