Kehidupan generasi milenial saat ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi. Pada era digital ini, ponsel bukan lagi barang mewah, tetapi merupakan bagian dari kebutuhan primer. Hanya dengan satu kali klik, jutaan informasi bisa didapatkan. Meski berbagai kemudahan didapatkan oleh generasi milenial, pada sisi lain mereka juga rentan terhadap berbagai ancaman kesehatan.
Apa saja gangguan kesehatan yang rawan terjadi pada mereka? Berikut di antaranya:
1. Obesitas
Generasi milenial hidup di zaman yang serba instan. Gaya hidup pun menuntut mereka untuk bergerak dengan lebih cepat, tanpa batas. Ini akhirnya memengaruhi selera mereka dalam memilih makanan. Makanan yang praktis dan cepat disaji lebih disukai ketimbang harus memasaknya sendiri. Ribet, demikian alasannya.
Bisa dipastikan, para milenial takkan menolak jika disuguhi piza, mi goreng, hamburger, nugget, dan ayam goreng. Padahal makanan tersebut mengandung tinggi kalori dan lemak jenuh yang tentunya dapat merugikan kesehatan.
Jika dikonsumsi berlebihan, makanan cepat saji dapat menaikkan risiko obesitas. Ujung-ujungnya, ini akan meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes, darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.
2. Kurang aktif
Kemudahan teknologi menawarkan begitu banyak kemudahan. Mau pesan makanan, belanja, mencari informasi, mengganti chanel televisi, dan aktivitas lainnya, semua bisa dilakukan sambil duduk. Namun, ini ternyata bisa menjadi pedang bermata dua.
Pola hidup sedenter tentu saja membuat Anda membakar lebih sedikit kalori, yang akhirnya memicu kenaikan berat badan. Tak hanya itu, Anda akan kehilangan kekuatan otot karena tidak digunakan dengan maksimal. Metabolisme tubuh juga dapat terpengaruh. Alhasil, risiko obesitas, kolesterol, tekanan darah tinggi, dan penyakit lainnya meningkat.
Jadi, cobalah untuk aktif bergerak dan berolahraga secara teratur. Agar lebih semangat, ajak orang-orang kesayangan atau bahkan hewan peliharaan untuk berolahraga bersama.
3. Kurang mampu bersosialisasi
Bagi generasi milenial, memiliki ratusan teman di media sosial dan mendapat puluhan likes setiap kali menggunggah foto di media sosial seolah jauh lebih penting ketimbang memiliki sahabat di dunia nyata. Ibarat pepatah, teknologi menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Ketika berkumpul dengan teman-teman sebaya pun, generasi milenial cenderung lebih asyik dengan ponselnya sendiri ketimbang mengobrol. Internet benar-benar memisahkan manusia satu dengan manusia lainnya. Tak heran jika milenial dikatakan sebagai generasi yang individualistik. Dan bahayanya, hal tersebut dapat berujung pada kesepian dan gangguan mental seperti depresi.
4. Bullying
Bullying memang bukan fenomena di kalangan milenial saja. Perilaku ini sudah ada sejak dulu, dan kini seolah dianggap lumrah. Namun dengan kemajuan teknologi dan orang yang kini cenderung reaktif di media sosial, perundungan di era digital alias cyberbullying menjadi makin rentan.
Di Instagram dan Twitter misalnya. Setiap kegiatan seseorang lebih mudah dipantau oleh orang lain. Terlalu banyak berbagi sesuatu (oversharing) juga membuat orang rawan jadi korban perundungan. Misalnya, ketika mereka mengemukakan pendapat yang tak umum, bisa berpotensi terjadi pertentangan yang kemudian membuat orang tersebut jadi bahan bullying.
Jika tidak ditangani dengan tepat, bullying dapat membuat korbannya rentan depresi, bahkan bisa berujung pada bunuh diri.
Berbagai kemudahan yang didapatkan oleh generasi milenial, tentu perlu menjadi perhatian bagi para orang tua. Terlebih pada era yang serba instan ini, milenial makin rentan mengalami ancaman kesehatan seperti di atas. Sebagai orang tua, penting sekali untuk tak hanya memperhatikan kesehatan fisik anak tetapi juga kesehatan mental mereka. Yuk, rangkul mereka untuk lebih sadar akan kesehatannya!
[RS/ RVS]