Banyak orang menganggap bahwa penumpukan lemak di tubuh, terutama di area tertentu seperti paha, betis, dan lengan, merupakan hasil dari pola makan yang kurang sehat atau kurangnya aktivitas fisik. Namun, tidak semua lemak tubuh adalah "normal fat" yang dapat diatasi dengan diet dan olahraga.
Salah satu kondisi yang sering disalahartikan sebagai penumpukan lemak biasa adalah lipedema, sebuah gangguan kronis yang menyebabkan penumpukan lemak abnormal pada bagian tubuh tertentu.
Lipedema berbeda dengan lemak normal karena sifatnya yang tidak responsif terhadap pola makan atau aktivitas fisik, serta disertai gejala lain seperti nyeri, pembengkakan, dan mudah memar.
Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam tentang lipedema, gejala yang menyertainya, penyebab, serta bagaimana membedakannya dari lemak normal.
Artikel lainnya: 4 Jenis Lemak pada Makanan yang Harus Kamu Tahu
Apa yang Dimaksud dengan Lipedema?
Lipedema adalah kondisi medis kronis yang ditandai dengan penumpukan lemak abnormal di bawah kulit, terutama pada tubuh bagian bawah seperti paha, betis, dan bokong.
Kondisi ini sering memengaruhi kedua sisi tubuh secara simetris, tetapi tidak melibatkan tangan atau kaki. Meskipun lipedema paling umum terjadi pada wanita, pria juga bisa mengalami kondisi ini, meskipun jarang.
Lipedema bukanlah hasil dari makan berlebihan atau kurang olahraga, melainkan kondisi yang disebabkan oleh gangguan distribusi lemak dalam tubuh.
Penumpukan lemak pada lipedema sering kali disertai rasa nyeri, sensitivitas pada kulit, dan kecenderungan untuk mudah memar.
Ciri utama lipedema
- Biasanya terjadi pada wanita, terutama selama masa perubahan hormonal seperti pubertas, kehamilan, atau menopause.
- Lemak yang menumpuk pada lipedema sulit dihilangkan dengan diet atau olahraga.
- Lemak yang terkena lipedema sering kali menyebabkan rasa berat dan tidak nyaman pada tubuh bagian bawah.
Gejala dan Tanda-tanda Lipedema pada Tubuh
Lipedema memiliki gejala yang cukup khas, yang membedakannya dari lemak normal:
1. Penumpukan lemak yang tidak proporsional
- Lemak terakumulasi di area tertentu seperti paha, betis, bokong, dan lengan atas, tetapi tidak memengaruhi tangan atau kaki.
- Tubuh bagian atas mungkin tetap langsing, menciptakan perbedaan ukuran yang mencolok antara bagian atas dan bawah tubuh.
2. Nyeri dan sensitivitas pada kulit
- Area yang terkena lipedema sering kali terasa nyeri atau tidak nyaman, bahkan saat disentuh ringan.
- Sensitivitas kulit meningkat, membuat penderita merasa tidak nyaman saat mengenakan pakaian yang ketat.
3. Memar yang mudah terjadi
Pembuluh darah di bawah kulit pada area lipedema lebih rapuh, menyebabkan kulit mudah memar meskipun hanya mendapatkan tekanan ringan.
4. Rasa berat dan tegang pada tubuh
Lemak yang menumpuk memberikan perasaan berat dan tegang pada tubuh bagian bawah, terutama setelah berdiri atau berjalan dalam waktu lama.
5. Tekstur kulit yang kasar dan tidak merata
Kulit di area yang terkena lipedema sering memiliki tekstur seperti kulit jeruk (cellulite) yang lebih menonjol dibandingkan lemak normal.
Artikel lainnya: 9 Dampak Kelebihan Lemak yang Mengancam Kesehatan
Penyebab Lipedema
Meskipun penyebab pasti lipedema belum sepenuhnya diketahui, para ahli mengidentifikasi beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan kondisi ini:
1. Faktor genetik
Lipedema sering kali ditemukan dalam keluarga, menunjukkan adanya komponen genetik. Jika anggota keluarga memiliki riwayat lipedema, risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini meningkat.
2. Perubahan hormonal
Kondisi ini lebih sering muncul atau memburuk selama periode perubahan hormon, seperti pubertas, kehamilan, atau menopause. Hal ini menunjukkan bahwa hormon, khususnya estrogen, memainkan peran dalam perkembangan lipedema.
3. Disfungsi pembuluh darah atau sistem limfatik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lipedema dapat terkait dengan gangguan pembuluh darah atau sistem limfatik, yang memengaruhi distribusi cairan dan lemak dalam tubuh.
4. Peradangan kronis
Lipedema juga dikaitkan dengan peradangan kronis tingkat rendah, yang dapat memperburuk penumpukan lemak dan menyebabkan pembengkakan.
Artikel lainnya: 6 Makanan Berlemak yang Baik untuk Kesehatan
Bedanya Lipedema dengan Normal Fat
Membedakan lipedema dari lemak normal sangat penting karena keduanya memerlukan pendekatan yang berbeda dalam pengelolaannya. Berikut adalah perbedaan utama antara lipedema dan normal fat:
1. Penyebab
- Lemak normal: Disebabkan oleh kelebihan kalori dari makanan yang tidak dibakar oleh tubuh melalui aktivitas fisik.
- Lipedema: Disebabkan oleh gangguan distribusi lemak, bukan pola makan atau kurang olahraga.
2. Lokasi lemak
- Lemak normal: Biasanya tersebar merata di seluruh tubuh, meskipun beberapa orang cenderung menyimpan lebih banyak lemak di area tertentu seperti perut atau paha.
- Lipedema: Lemak terlokalisasi secara tidak proporsional, terutama di tubuh bagian bawah, dengan tangan dan kaki yang tidak terpengaruh.
3. Respons terhadap diet dan olahraga
- Lemak normal: Dapat dikurangi melalui pola makan sehat dan aktivitas fisik rutin.
- Lipedema: Tidak berkurang dengan diet atau olahraga, karena terkait dengan gangguan metabolisme lemak.
4. Sensasi dan gejala
- Lemak normal: Tidak menyebabkan nyeri, memar, atau sensitivitas kulit.
- Lipedema: Sering disertai nyeri, mudah memar, dan rasa berat pada tubuh bagian bawah.
5. Perubahan tekstur kulit
- Lemak normal: Kulit di atas lemak normal biasanya halus.
- Lipedema: Kulit sering memiliki tekstur kasar atau tampak seperti kulit jeruk.
Artikel lainnya: Lemak Tak Selamanya Jahat, Kenali Dulu Jenis-Jenisnya
Cara Mengatasi Lipedema
Meskipun lipedema tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, ada berbagai metode untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita:
1. Terapi kompresi
Menggunakan pakaian seperti stocking atau celana khusus membantu mengurangi pembengkakan dan mendukung jaringan yang terkena lipedema.
2. Terapi manual lymphatic drainage (MLD)
Pijat limfatik membantu meningkatkan aliran cairan limfatik dan mengurangi pembengkakan.
3. Latihan fisik yang ringan
Olahraga ringan seperti berjalan, berenang, atau yoga membantu meningkatkan sirkulasi tanpa membebani tubuh.
4. Diet seimbang
Meskipun diet tidak secara langsung mengurangi lemak lipedema, pola makan sehat membantu mengontrol berat badan dan mengurangi risiko komplikasi seperti obesitas.
5. Pengobatan medis
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat antiinflamasi untuk mengurangi peradangan atau mengatasi gejala lainnya.
6. Prosedur bedah
Liposuction berbantuan air (water-assisted liposuction) dapat dilakukan untuk mengangkat lemak abnormal tanpa merusak jaringan lain.
7. Dukungan psikologis
Lipedema dapat memengaruhi kesehatan mental penderitanya. Konseling atau terapi psikologis membantu penderita mengatasi dampak emosional dari kondisi ini.
Lipedema adalah kondisi medis yang serius dan sering disalahpahami sebagai lemak normal. Memahami perbedaan antara lipedema dan lemak biasa sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang efektif.
Lipedema bukan disebabkan oleh pola makan atau kurang olahraga, tetapi oleh gangguan distribusi lemak yang dapat menyebabkan gejala seperti nyeri, pembengkakan, dan memar.
Melalui kombinasi terapi kompresi, latihan fisik ringan, dan perawatan medis, penderita lipedema dapat mengelola gejalanya dengan lebih baik.
Jika Kamu atau orang terdekat mengalami gejala yang mencurigakan, konsultasikan dengan dokter spesialis untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Pelajari lebih dalam tentang lipedema dan perbedaannya dengan lemak normal di KlikDokter! Download aplikasinya sekarang untuk info kesehatan terpercaya dan artikel lainnya yang menarik.
- Földi, M., & Földi, E. (2012). Textbook of Lymphology for Physicians and Lymphedema Therapists. Elsevier.
- Wold, L. E., Hines, E. A., & Allen, E. V. (1951). "Lipedema of the legs: A syndrome characterized by fat legs and edema." Annals of Internal Medicine, 34(6), 1243-1250.
- Langendoen, S. I., et al. (2009). "Liposuction in the treatment of lipedema: A longitudinal study." Journal of Plastic, Reconstructive & Aesthetic Surgery, 62(10), 1331-1335.
- Forner-Cordero, I., et al. (2012). "Lipedema: Diagnosis and treatment." Journal of Vascular Medicine and Surgery, 10(4), 563-570.
- Karst, I., & Wilken, H. (2020). "Management of Lipedema: An Evidence-Based Approach." Journal of Clinical Lipidology, 14(5), 589-599.